Hari Jumat kemarin, 14 Agustus 2020, merupakan hari bersejarah bagi adik-adik SMA. Penantian penuh perjuangan untuk masuk ke PTN favorit berakhir sudah. Pengumuman kelulusan sudah diumumkan. Jelas momen tersebut sangat membahagiakan bagi yang lulus ujian itu. Pandangan (((menyenangkan))) tentang belajar di bangku kuliah sebentar lagi terwujud. Terlebih masuk kampus idaman semua anak dan calon mertua (eh?). Dan salah satu kampus favorit yang ada di Indonesia ada di tanah Surakarta alias Solo, yaitu UNS.
Jika ada pesan pertama dari kami warga dan alumni untuk mahasiswa baru UNS, isinya adalah: harap berhati-hati, jangan sampai salah menyebut kepanjangan kampus ini.
Walau sudah digembar-gemborkan lewat media sosial, dalam presentasi di SMA-SMA, dan di berita media, kepanjangan nama UNS memang sulit ditangkal baik dalam pengucapan maupun penulisannya.
Kejadian kemarin ini, ya ada lah semingguan, saya bertemu seorang bapak-bapak di sebuah warung kopi. Kami ngobrol tentang banyak hal, salah satunya anaknya yang mau masuk perkuliahan. Ketika ditanya oleh bapak-bapak itu, “Mas, dulu kuliahnya di mana?” saya menjawab, “Di UNS, Pak.”
“Oh, Universitas Negeri Surakarta ya?”
“Hehehe, bukan, Pak. Itu (namanya) Universitas Sebelas Maret.”
Setelah jawaban, si bapak nggak tanya-tanya lagi masalah kepanjangan nama kampus yang aneh. Syukurlah, tidak terjadi perdebatan sengit. Wkwkwk.
Temen-temen maba UNS harus tahu, atau udah mulai ngalamin, pengalaman seperti itu akan sering terjadi. Dan kadang proses tanya jawabnya lebih rumit ketimbang obrolan dengan bapak-bapak teman ngopi tersebut.
Beberapa tahun lalu, saat saya masih aktif sebagai mahasiswa UNS, ada teman dari kampus lain menanyakannya. “Kok bukan USM sih? Kan lebih cocok itu.” Duh, kan aku bukan ibu yang melahirkan UNS.
Tapi mungkin jawabannya gini. Soalnya singkatan USM sudah dipakai Universitas Semarang. Kampus yang sesuai namanya berada di Semarang ini sejak lahir telah memakai penyebutan USM. Walau lahir tahun 1987, lebih muda dibanding UNS yang lahir tahun 1976, tapi kita tidak bisa memaksakan Kampus USM dan UNS untuk berganti singkatan, dengan alasan nama “Universitas Sebelas Maret” lebih cocok dengan singkatan U-S-M.
Selain itu, sebenarnya ada alasannya Universitas Sebelas Maret sekarang singkatan U-N-S. Sebab, awalnya kampus yang merupakan gabungan beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta ini punya nama lebih panjang, yakni (tarik napaaas!): Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret (UNS Sebelas Maret).
Panjang kan? Biar lebih sederhana, pada 1982 nama ini disederhanakan menjadi Universitas Sebelas Maret yang disingkat UNS aja.
Kalau tadi alasan kita harus hapal kepanjangan nama kampus ini biar bisa meladeni orang kepo, ada alasan lain mengenai faktor keselamatan.
Jika nanti ingin pergi ke UNS via ojek pangkalan maupun ojek online, bilang yang jelas. “Mau ke kampus UNS, “Ke kampus Kentingan nggih”, atau “Sebelas Maret ya!” Di sana tukang ojek sudah hafal semua dengan sebutan itu. Jangan bilang, “Ke Universitas Surakarta ya?” karena bisa-bisa kamu akan dibawa ke Kabupaten Karanganyar, domisilinya Universitas Surakarta. Kampus ini udah kampus lain lagi. Namanya biasa disingkat UNSA. Kalau UNS berada di sisi barat Sungai Bengawan Solo, UNSA berada di sisi timurnya.
Tapi, kalau sekadar guyonan sih boleh-boleh saja misalnya menyebut UNS adalah singkatan “Universitas Nang Solo”. Gapapaaa. Ya, emang benar kan letaknya di Solo. Cuma ini kurang tepat karena di Solo universitasnya tidak hanya Universitas Sebelas Maret. Ada ISI Surakarta, UIN Surakarta, Poktekkes Kementerian Kesehatan Cabang Surakarta, dan beberapa kampus swasta seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan UNSA.
Ada lagi yang menyebut singkatan ini berarti “Universitas Ngangeni Sekali”. Iya sesuai dengan slogan Kota Solo, yaitu “Solo Ngangeni”. Bagi yang sedang maupun sudah menjadi alumni UNS dan kini merindukan Kota Solo, khususnya Kampus Biru, kepanjangan main-main ini juga cocok.
Atau bisa saja menyebutnya dengan “Universitas Nge-hemat Sangat”. Mungkin ada yang belum tahu bahwa kuliah di UNS memang bisa hemat. Sebelum lahir istilah “Uang Kuliah Tunggal” alias UKT, UNS dikenal sebagai kampus murah biayanya. Patokannya adalah Jurusan Pendidikan Dokter. Biaya Pendidikan Dokter-nya dikenal paling murah dibanding kampus negeri lain. Coba saja cek.
Belum lagi sarana penunjang seperti wifi gratis setiap sudut kampus. Biasanya tiap malam, para pemburu gratisan menyerbu kampus untuk sekedar mencari bahan kuliah atau nonton film. Kemudian warung makan dan angkringan juga murah meriah. Modal 20 ribu bisa buat makan 3 kali sehari. Serius. Asal nggak dipake jajan-jajan. Kos-kosannya juga terbilang terjangkau.
Akhirnya, saya ucapkan selamat datang untuk teman-teman maba UNS. Kalian tinggal sedikit lagi sah menjadi bagian dari keluarga besar UNS. Sebagai orang baru, harapan masa depan ada di pundak kalian. Salah satunya meluruskan salah kaprah kepanjangan nama kampus kita. Ya minimal mengurangi kesalahan penyebutan dan penulisan kepanjangan dari UNS di masyarakat awam. Kita belum benar-benar merdeka kalau masih ada yang bilang UNS adalah “Universitas Negeri Surakarta” atau “Universitas Negeri Solo”.
Sumber gambar: Wikimedia Commons
BACA JUGA Romantisme Kampus Bengawan dari Ke-uwu-an Sampai Ke-cidro-an dan tulisan Hepi Nuriyawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.