Sebagai warga Sumenep, saya merasa perlu menyampaikan uneg-uneg tentang penerangan jalan untuk bapak ibu anggota Pemda Sumenep. Jangan anggap saya sedang nyinyir, anggap saja saya perhatian sama tempat di mana saya hidup dan menghirup udara.
Apa-apa itu memang butuh lampu atau sinar untuk menyongsong kehidupan. Dulu, saya nggak tahu apa-apa. Hati saya semacam tak ada cahayanya. Maka, saya oleh orang tua disekolahkan agar dapat ilmu pengetahuan, agar hati saya tak jadi gelap. Kendaraan, butuh lampu. Agar sang pengendara tahu mana jalan dan mana selokan. Mesin pembajak sawah pun, ada lampunya. Makanya diberi lampu biar tak membajak kakinya. Apalagi penerangan jalan umum, jelas ada undang-undangnya. Penerangan, bisa dibilang sama pentingnya dengan jalan itu sendiri.
Terus, jika ada salah satu jalan umum yang jelas-jelas sudah wajib diberi lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) tapi tak kunjung diberi lampu oleh pihak berwenang, itu gimana?
Di Sumenep, Madura, Jawa Timur, (yang jadi wilayah kerja kalian) ada salah satu jalan umum yang ternyata hingga saat ini masih tak diberi PJU. Jalan umum tersebut, merupakan jalan penghubung antar tiga kecamatan: Ambunten, Rubaru, dan Pasongsongan. Yakni jalan dari Desa Campaka, Samporah sampai Perigi, Ganding. Sampai sekarang, daerah tersebut sudah mirip masa depan Indonesia: gelap gulita.
Kalau hanya terjadi beberapa bulan karena kerusakan, masih maklum lah. Perbaikan pun harus melalui birokrasi, yang kita tahu birokrasi negara kita ada untuk mempersulit hidup rakyatnya. Tapi kalau nggak ada penerangannya, ini sudah nggak mempersulit sih, bahkan lebih dari itu.
Baiklah jika jalan tersebut kualitasnya bagus, lumayan ramai, serta—yang paling penting—aman. Masalahnya, jalan tersebut terkenal jadi tempat begal beraksi. Yang kena imbas ya warga yang harus melewati jalan itu untuk mobilitas.
Saya sering banget lewat jalan ini. Jika saya pergi dan belum pulang mendekati maghrib, orang tua saya panik. Ya gimana nggak panik, kalau saya pulang malam lewat jalan ini dan kena begal, ya mereka sedih.
Perkara begal ini sebenarnya bukan rahasia lagi. Semua orang sudah tahu. Nggak mungkin juga kalau nggak nyampai ke telinga para petinggi. Tapi hingga detik ini, PJU alias penerangan jalan belum ada tanda-tanda akan segera dipasang.
Selain begal, jalan ini juga terkenal angker. Ya nggak kaget, daerah kalau gelap itu cuman dua ujungnya: dipake begal beraksi atau ditempatin setan.
Saya jadi heran sendiri, apa susahnya sih masang lampu PJU? Apakah akan menghabiskan APBD? Apakah proyek penerangan jalan itu menghabiskan triliunan rupiah? Apa memang dasarnya nggak peduli aja sama kesejahteraan rakyat?
Masang lampu aja kek susah banget. Pantes sih ini negara kek nggak ada tanda-tanda.
Saya yakin, bakal ada yang berargumen “makanya jangan pergi malem-malem!” sebagai sebuah usaha untuk melawan kritikan saya. Ya argumen itu bener kok. bener-bener goblok maksudnya. Lanjut.
Saya tahu memasang lampu tak menghilangkan begal dan hantu secara instan. Tapi setidaknya, jalanan lebih terang dan lebih aman. Lagian penerangan jalan itu kan memang wajib, nggak usah diminta pun harusnya udah ada. Kayak orang pengin berak, ya obatnya cuman berak. Jalan ya kek gitu, sepaket sama penerangannya.
Jadi bapak ibu anggota Pemda Sumenep yang terhormat, dengan rendah hati saya minta perhatikanlah jalan itu. Kasih lah barang satu-dua lampu, kasih lampu LED Philips juga nggak apa-apa deh penting nyala udah itu aja. Asal jalan keliatan, asal kita pulang bisa aman, udah puas saya. Saya nggak minta yang berat-berat kok ke kalian, cuman minta lampu.
Kalau masih nggak bisa ngasih penerangan jalan yang layak, ya sudah, emang cuman segitu berarti kualitasnya.
Penulis: Zubairi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Lampu Jalan yang Dimatikan Adalah Langkah Baik Pemerintah yang Patut Diapresiasi