Warung sate kambing makin banyak saja di Tegal. Entah warung sate kambing yang buka cabang baru, ataupun pemain baru yang ingin coba-coba peruntungan di dunia per-sate kambing-an. Memang jika diperhatikan, sate kambing Tegal ini makin populer saja, apalagi setelah ada exit tol Adiwerna. Banyak mobil plat luar kota yang sengaja keluar tol, lalu mampir Tegal sekadar untuk mencicipi sate kambing Tegal.
Sebagai orang asli Tegal, saya senang ketika sate kambing mulai dijadikan sebagai destinasi wisata kuliner. Meskipun demikian, ada semacam kegelisahan yang harus saya utarakan. Daripada dipendam sendiri dan jadi jerawat, saya memilih untuk menumpahkan kegelisahan tersebut lewat tulisan.
Daftar Isi
Pertama, soal menu. Tak bisa dimungkiri, sate Tegal ini pancen enak. Sate kambing Tegal terkenal karena dagingnya yang empuk, tidak prengus dan rendah kolesterol. Pasalnya, daging kambing yang digunakan adalah daging kambing muda yang berumur di bawah tiga bulan (batibul).
Namun, ketika kita pergi dalam rombongan, bisa jadi nggak semua orang suka makan sate kambing. Atau, ada yang pantangan makan daging kambing. Maka sudah seharusnya warung sate kambing menyediakan menu yang lain. Sate ayam, misalnya. Ayam-ayaman—maksud saya ayam bakar atau ayam goreng—juga boleh. Supaya semua orang bisa bahagia.
Beberapa warung sate kambing di Tegal memang sudah melengkapi menunya dengan makanan non-kambing. Tapi, beberapa lainnya ada yang hanya menyediakan sate kambing dan olahannya. Kalau sudah begitu, terpaksa harus mampir bungkus ayam dulu di Rocket Chicken, supaya bocil yang nggak suka sate kambing bisa tetap makan. Kan ribet.
Jangan pelit, sediakan juga potongan rawit
Selanjutnya, soal pritilan yang menyertai si sate kambing. Jadi, ketika sate kambing disajikan di meja, pelayan juga akan menyajikan sambal kecap, kecap manis, dan irisan tomat serta bawang merah dalam piring yang terpisah. Masalahnya, di beberapa warung sate kambing di Tegal, sering kali sambel kecapnya kurang nampol. Pedesnya cuma lewat gitu gara-gara rawit dalam sambel kecapnya yang terlalu irit.
Okelah, mungkin level pedas orang beda-beda. Jadi, pemilik usaha mengambil jalan aman dengan menyediakan sambal kecap yang pedasnya sedang. Tapi, bagi pencinta pedas, sambal kecap level sedang ini sungguh merusak suasana. Bayangkan. Satenya sudah enak, ehhh, pas dilumuri sambal kecap, jebul yang dominan malah rasa kecapnya. Hmmm.
Jadi, bisa kali pemilik warung sate kambing Tegal nggak cuma menyediakan irisan bawang merah dan tomat saja, tapi sediakan juga irisan rawit merah. Supaya para pencinta pedas bisa menambahkan rawit saat merasa sambal kecapnya kurang nendang.
Open kitchen sih open kitchen, tapi…
Terakhir, soal konsep warungnya. Kalau kalian pernah mampir ke warung sate kambing Tegal, pasti kalian tahu bahwa warung sate kambing Tegal menggunakan konsep open kitchen. Pembeli dapat melihat secara langsung proses penyudukan daging kambing hingga pembakarannya.
Nah, karena proses pembakaran satenya ada di pintu masuk, tak jarang asap pembakaran sampai memenuhi ruangan. Alhasil, rentan bikin mata perih. Apalagi kalau pas lagi rame-ramenya pesanan yang membuat waktu tunggu jadi lebih lama.
Itu sebabnya, meskipun mengusung tema open kitchen, ada baiknya warung sate kambing Tegal juga menyediakan tempat tertutup yang lebih aman dari serangan asap. Jadi, pelanggan bisa lebih khusyuk menikmati sate kambing tanpa terganggu. Minimal, kalau nggak ada tempat tertutup karena keterbatasan ruang, sirkulasi udaranya harus diperhatikan. Jadi, asapnya nggak muter-muter di dalam ruangan.
Demikianlah tulisan ala-ala surat terbuka ini saya buat. Siapa tahu, tulisan ini nantinya dibaca oleh pemilik warung sate kambing Tegal dan bisa segera dieksekusi.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Rekomendasi 3 Sate Kambing Muda di Tegal yang Paling Lezat.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.