Setelah membaca liputan menarik dari jurnalis Viriya Singgih pada Project Multatuli, saya jadi kepikiran mengapa sampai saat ini belum ada opsi pemberian tip untuk kurir di aplikasi marketplace dan mengapa juga itu adalah hal yang penting.
Sebanyak 10.800 kata dari liputan Mas Viriya Singgih saya baca dalam satu kali dudukan. Pun selama itulah saya turut merasakan letih dan penatnya menjadi kurir di marketplace, yang dalam hal ini adalah Shopee Express.
Beberapa bulan yang lalu, tagar #ShopeeTindasKurir sempat ramai di Twitter. Para kurir Shopee Express sempat mogok kerja sebab tarif antar per paket mereka yang turun menjadi Rp1500 per paket. Saya yang mendengar berita tersebut merasa pedih nggak karuan. Bahkan, klarifikasi dari Shopee menyebutkan bahwa tarif mereka masih terhitung lebih tinggi dari kompetitor lain. Apa nggak ngenes?
Lantas ide brilian datang dari seorang jurnalis Viriya Singgih yang menjajal langsung menjadi kurir Shopee Express selama dua minggu. Pengalaman getir dalam rangka bertahan hidup menjadi kurir itu ia kemas dengan cara yang ringan namun tetap meninggalkan makna yang dalam.
Saya jadi sadar betapa penting dan berpengaruhnya opsi kasih uang tip untuk kurir atau driver di aplikasi marketplace. Banyak yang berpendapat bahwa memberi uang tip untuk kurir, driver, pelayan restoran, atau pelayan hotel adalah etika dasar kesopanan dan bahkan merupakan aturan tak tertulis di beberapa negara seperti Amerika. Namun, saya punya pendapat lain.
Selain bentuk etika dan apresiasi kita terhadap layanan yang diberikan, bagi saya pemberian tip kepada driver atau kurir adalah bentuk solidaritas konsumen terhadap buruh yang diupah secara tidak layak oleh perusahaan. Daripada kurir-kurir di marketplace harus terus menderita akibat upah yang tidak manusiawi, mending bikinkan opsi agar konsumen bisa ikut membantu. Tapi, jangan malah jadikan opsi tip sebagai alih tanggung jawab lho, ya. Sudah seharusnya perusahaan memberi upah yang layak terhadap karyawannya. Bahkan banyak dari marketplace yang menyebutnya dengan “mitra” alih-alih “karyawan.” Yang mana seharusnya yang namanya mitra diperlakukan secara adil dan terhormat dong, ya? Lha ini mitra kok diperlakukan semena-mena?
Saya akui, saya yang lahir dan besar di Indonesia ini mulanya belum tau budaya memberikan tip dan apa sih pentingnya memberikan tip. Dengan bodohnya dulu saya berpikir “Kan, udah digaji sama perusahaannya?” Namun, ternyata masih banyak saudara-saudara kita yang diperlakukan secara tidak layak oleh tempatnya bekerja dan itu menjadikan uang tip dari kita sangat berarti.
Maka, usul saya terhadap Shopee juga terhadap marketplace yang lain, jangan malu-malu memberi opsi pemberian uang tip terhadap “mitra” kalian. Meski dengan adanya opsi tersebut seharusnya menjadi tamparan tersendiri terhadap marketplace yang belum mampu mencukupi kebutuhan dasar karyawannya. Tapi, biarkan kami yang masih punya hati dan solidaritas ini ikut membantu. Atau pindah haluan ke marketplace lain aja ya yang lebih menghargai karyawannya?
Di samping itu, berhentilah bermain kata demi menghindari kewajiban ala pemerintah. Yang tadinya “Karantina Wilayah” jadi “Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.” Yang kemudian diadopsi juga oleh Shopee dan marketplace lain dari yang tadinya “karyawan” menjadi “mitra.” Apalagi kalau bukan agar terhindar dari kewajiban-kewajiban terhadap pekerja?
Oleh karena itu, alih-alih mengagungkan quotes ala Pak Jokowi yang berbunyi “Kerja, kerja, tipes” itu, mending kita dengerin perkataan Abraham Lincoln aja yang bilang, “”Labor is prior to, and independent of, capital. Capital is only the fruit of labor, and could never have existed if Labor had not first existed. Labor is superior to capital, and deserves much the higher consideration.” Makanya, yuk marketplace bisa yuk untuk lebih perhatiin kesejahteraan buruh lagi!
BACA JUGA #ShopeeTindasKurir Adalah Situasi yang Bikin Saya sebagai Pelanggan Shopee Jadi Simalakama dan tulisan Yafi’ Alfita lainnya.