Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Surat Terbuka untuk para Kreator Konten Jogja: Segitu Saja Konten Kalian? Yakin Cuma Tugu-Malioboro-Titik Nol doang nih?

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
19 Juli 2025
A A
3 Alasan yang Membuat Orang Purwokerto Minder dan Iri pada Warga Jogja Mojok.co

3 Alasan yang Membuat Orang Purwokerto Minder dan Iri pada Warga Jogja (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

“Di sudutnya selalu ada kenangan,” ujar salah satu kreator konten. Visualnya memamerkan Jogja yang temaram oleh lampu kota. Suara lalu lalang kendaraan dibisukan, diganti Voice Over si kreator konten. Menjanjikan kota yang menjadi hidup oleh kenangan dan suka cita penghuninya. Serta hasrat untuk selalu kembali di antara teh hangat, nasi kucing, dan tawa penuh keakraban.

“Wes? Mung ngono thok?” Tanya saya pada si kreator konten yang jauh di sana. Yakin, segitu saja kontennya?

Jogja punya banyak keindahan (dan masalah). Tapi konten tentang Jogja hanya berpusar pada narasi yang lebih tua dari Generasi Alfa. Kalau tidak setiap sudutnya romantis, ya berkembang di kota istimewa. Dengan footage Tugu, Nol Kilometer, Malioboro, dan Kraton. Lalu disempurnakan dengan intonasi yang mendayu. Wes ngono thok.

Saya jadi penasaran: sebenarnya para kreator konten Jogja ini kenal kota yang diromantisasi atau tidak? Atau hanya kenal Jogja dari hal-hal viral saja? Jogja lebih romantis daripada seluruh konten kalian.

Jogja yang dikerdilkan konten

Setiap ada kawan yang ingin ke Jogja, saya langsung dicecar pertanyaan yang itu-itu saja. “Kopi Klotok itu enak nggak?” “Pernah ke HeHa Ocean View?” “Tempo Gelato enak nggak sih?” “Tau jalan ke Laguna Depok?” Tentu saja, info itu didapat dari konten-konten media sosial.

Akhirnya Jogja hanya dikenal di titik-titik itu saja. Lingkup kecil yang bising dan padat setiap libur panjang. Tidak pernah dikenal sebagai satu daerah luas yang punya kekhasan masing-masing. Keindahan otentik yang kadang jauh lebih cantik daripada tempat-tempat viral itu.

Dinamika kehidupan juga makin sempit. Seolah-olah Jogja hanya punya kopi, buku, dan patah hati ketika pacarmu ditikung. Budaya dan seni juga hanya menyorot satu dua galeri atau komunitas. Paling banter kalau bukan FKY, Artjog, ya Royal Orchestra.

Jogja menjadi lebih sempit bagi banyak orang. Bahkan oleh mereka yang sedang menetap di daerah istimewa ini. Hanya dikenal berdasar spot-spot yang viral, dan kuliner yang terbatas. Romantisnya Jogja menjadi kerdil bukan karena terbatas. Tapi dikerdilkan para kreator konten. Bukan disengaja, tapi karena mereka tidak pernah mengeksplorasi Jogja yang begitu kaya. 

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Eksplorasi sangat minim, eksploitasi sampai kering

Fenomena viral di Jogja selalu berulang: Ada satu tempat yang diviralkan, lalu semua kreator konten berkerumun seperti lalat. Konten yang ada hanya seperti replikasi tema dengan narasi yang sedikit dibedakan. Tidak ada kebaruan kecuali munculnya momen viral baru.

Tidak ada yang mencoba memeluk dan mencumbu Jogja dengan kreatif. Semua fokus pada narasi usang dan kelewat hampa. Tidak ada upaya mengenal satu dua sudut lain yang lebih otentik. Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan? Mana angkringannya? Oh iya, dikuasai pemodal yang mengubah angkringan kecil jadi kedai mahal. Dan para kreator konten memuja angkringan yang seperti ini sebagai simbol romantisnya Jogja.

Eksplorasi yang minim ini bisa dimaklumi. Kan mata uang para kreator konten adalah engagement. Untuk apa eksplorasi dan riset melelahkan untuk hal baru? Kalau sistem ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) lebih mudah dan mendatangkan penonton besar? Tidak perlu modal besar, tidak perlu tenaga lebih, konten bisa viral. Persetan dengan Jogja yang itu-itu saja. 

Jadi jangan kaget kalau setiap bulan ada saja konten indahnya malam di Tugu. Atau romantisnya bersama pasangan di Titik Nol Kilometer. Padahal kalian bisa menikmati malam yang indah, dengan selendang Bima Sakti di angkasa, ketika ngelamun di Turi. Atau kalian bisa mengabadikan momen berdua di hadapan Embung Kaliaji.

Eksploitasi konten juga melahirkan eksploitasi ide. Dari tempat wisata warung makan, sampai event semua merujuk pada hal viral. Bahkan terkesan dipaksakan. Daripada melakukan eksperimen dan memaksimalkan potensi yang ada, mending bikin warung makan pendapa jilid sekian. Minimnya kreasi ini adalah imbas dari konten viral yang sempit. 

Baca halaman selanjutnya

Kota Istimewa lebih luas ketimbang layar tabletmu

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 20 Juli 2025 oleh

Tags: Jogjakonten kreator jogjaromantisasi jogja
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

kos-kosan gayam mojok

Sandiwara Radio ‘Kos-kosan Gayam’ dan Romantisme Mahasiswa Jogja

17 Juli 2020

Rekomendasi Film Berlatar Jogja: Ternyata Jogja Memang Romantis

31 Mei 2021
Sewa Tanah Gratis Buruh Jawa: Sejarah Pabrik Gula di Jogja

Sewa Tanah Gratis Buruh Jawa: Sejarah Pabrik Gula di Jogja

15 Juli 2022
gentrifikasi romantisisasi jogja mojok

Romantisisasi, Gentrifikasi, dan Jogja yang Menjadi Tamu di Rumah Sendiri

31 Januari 2021
Kerja Part Time di Jogja Adalah Jalan Pintas Menuju Perbudakan, Gaji Setengah UMR pun Nggak Ada! umr jogja gaji di jogja gaji umr jogja

Kalau Mau Sejahtera, Gaji Paling Kecil untuk Hidup di Jogja Harus 4 Juta per Bulan, Kecuali Situ Hobinya Menderita

16 September 2024
Jogja Menertawakan Orang yang Putus Asa (Unsplash)

Jogja Tak Selalu Istimewa, tapi di Sini Kamu Bakal Malu kalau Putus Asa

21 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.