Dear Kawanku,
Apa kabarmu hari ini? Aku ternyata rindu juga denganmu, akhirnya, kusampaikan lewat surat ini. Jujur kerinduanku ini sudah sangat membuncah di ubun-ubun kepalaku. Aku rindu kehadiranmu walau sekejap, aku rindu batang hidungmu walau sesaat dan aku rindu kita bekerjasama untuk hasil yang bulat. Aku bukannya patah hati dengan keacuhanmu. Tentu saja kita bukan sepasang kekasih, kita hanya sekelompok orang yang bekerjasama demi tercapainya sebuah sistem yang dapat menjadi wajah bangsa kita entah sekarang atau seratus tahun kemudian. Aku pastinya tidak bisa memaksamu untuk terus-terusan perhatian terhadapku. Sekali lagi aku tegaskan kita bukan sepasang kekasih yang dimabuk asmara. Bukan, camkan itu!. Semua ini karena rasa sayangku terhadapmu, masa kamu begitu tega mengacuhkan rasa sayangku ini?
Kita tentunya selalu bertegur sapa di sudut ruang kelas kuliah, kita tentunya juga sering sekali berkomunikasi secara langsung ataupun tidak langsung. Dan itu bagiku sungguh mengasyikkan. Apalagi dunia yang kita tinggali saat ini tidak suka manusianya hidup dengan keterlambatan. Dunia saat ini ingin kita hidup serba cepat, serba efisien dan serba enak. Jadi diciptakanlah berbagai alat guna mempercepat dunia saat ini. Kita tentunya saat ini seorang teman, bisa dibilang sahabat dan juga seperjuangan menghadapi dunia yang kita tempuh saat ini.
Kita sering menghabiskan waktu untuk tertawa bersama, duduk berjejer menghadap dosen yang sama, dan juga pernah menjadi boneka para kakak tingkat yang menggemaskan. Ingatkah kamu akan hal itu kawanku? Atau perlu kuperdalam lagi cerita kita sejauh ini. Oke aku perdalam dan perjelas. Kita pernah traveling bersama, pernah sholat berjamaah dan mojok di warung makan paling murah di sekitar kampus kita. Aku yakin kamu sudah mengingatnya bukan? Atau masih belum. Oke kita juga saling mengikuti di sosial media Instagram dan kita punya grup aneh di sosial media Line. Pasti dong kamu ingat?
Bukannya aku mengkhianati cerita yang pernah kita ukir dengan adanya surat ini. Tapi seperti yang aku sebutkan di atas, kerinduanku sudah sangat membuncah. Kamu tahu kan bagaimana perilaku orang-orang yang sedang merindu luar biasa. Jika bertemu tentu akan meluapkan segala emosinya terhadap orang yang dirindu. Saat ini, begitulah suasana perasaanku padamu kawan. Kita juga tentunya orang-orang yang senang hidup di dunia serba cepat ini. Aku punya telepon genggam dengan fungsi mutakhir dan tentunya kamu pun memilikinya. Kamu punya akun Instagram dan aku pun sangat wajar pasti juga memilikinya. Aku mengikutimu di Instagram dan kamu melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan. Kita cukup dekat dan seperti yang kuceritakan, kita telah melalui berbagai kenangan indah sejauh ini.
Oh iya, aku lupa kawan. Kamu tentunya masih garuk-garuk kepala kan? Mencoba mencari-cari alasan kenapa aku tiba-tiba rindu kepadamu serta hal apa yang melatarbelakanginya.
Baiklah akan aku ceritakan secara runtut alasan mengapa aku merindukanmu melebihi rindunya para Calon Legislatif menduduki kursi Senayan. Kemarin kita bersama teman-teman yang lain berjalan bersama menuju ruang kuliah. Kebetulan ada dua mata kuliah dan total bobot SKS kedua mata kuliah tersebut berjumlah enam. Lama dan bosan kita lalui bersama di ruangan berpendingin yang tak dingin. Padahal kita selalu setor uang tiap dua belas bulan sekali. Tapi nyatanya kampus memang bukan sebuah hotel yang menyediakan hal yang kita butuhkan untuk istirahat. Kampus hanya suka membuat diri kita berpikir dan senang berandai-andai.
Siang menunjuk matahari untuk berada di tengah-tengah horizon, panas dan lapar di ruang kuliah diakhiri dengan pembagian tugas membuat laporan beserta turun lapangan. Aku sebenarnya tidak mempedulikan harus berbagi tempat dengan siapa jika bicara membentuk kelompok tugas. Dengan dirimu atau dengan orang lain aku tidak masalah. Kita satu kelompok dan kuliah berakhir hari itu.
Sudah mulai menemukan alasan mengapa aku merindukanmu? Jika sudah bukan berarti aku berhenti untuk memperjelas alasanku merindukanmu. Tugas laporan beserta turun lapangan dikumpul setelah dua minggu. Aku masih merasa baik-baik saja, tidak ada kecurigaan sama sekali. Aku juga masih senang melihat instastory-mu yang setiap waktu update dengan isi yang luar biasa tidak penting. Dan ternyata perasaan baik-baikku tadi mulai terusik dan ganjil ketika kita membuat grup tugas kuliah di salah satu media sosial chatting. Aku buat grupnya dan kamu masuk. Aku sapa hai, dan hampir semua menyambut dengan stiker dan candaan. Oke sepertinya baik-baik saja.
Seminggu lewat, dan rasa baik-baikku mulai berubah menjadi agak tidak baik ketika aku bertanya, “Gimana tugas laporannya nih, ada yang paham atau mengerti nggak?”
Dua detik kemudian ada tertulis dua orang telah membaca, namun tidak ada respon. Satu jam kemudian setelah kucek ternyata semua orang yang ada di dalam grup tugas tersebut sudah membacanya. Namun tentu saja kamu sudah paham bukan apa yang kamu lakukan saat itu kawan?
Deadline tugas laporan tinggal satu hari, aku kembali bertanya, “Gimana tugas laporannya nih, ada yang paham atau mengerti nggak?”
Alarmku sudah berbunyi sangat keras dan menyuarakan bahwa ini sangat tidak baik. Respon yang aku terima seperti sebelumnya, nihil dengan soto kikil.
Namun dari semua itu aku merasa takjub, ada sesuatu yang entah aku rasa ini gila dan luara biasa. Aku percaya Neil Armstrong adalah orang yang pernah ke bulan. Namun aku merasa bagaimana sejarah meneyebutkan kehebatan seorang Neil Armstong tersebut bakal kalah dengan apa yang aku lihat saat ini. Ini lebih gila dan luar biasa dari apapun.
Respon di grup tugas yang nihil ternyata membuatku rindu setengah mati ingin menghabiskan waktuku bersama orang-orang di dalamnya. Bagaimana mungkin respon 0% di sebuah grup tugas kuliah yang waktu pengumpulan tugasnya tersisa satu hari saja bisa kamu anggap tidak penting. Dan gilanya kamu masih sempat instastory dengan berbagai gaya dan tulisan-tulisan kebijaksanaan di dalamnya. APA MAKSUDMU SOBAAAAAAT……
Lewat surat ini kuakui bahwa kamu hebat, aku juga punya kesibukan dan semua orang punya kesibukan. Aku memang bukan orang yang pintar. Tapi aku punya logika yang bahkan anak berusia lima tahun bisa membayangkan bahwa tidak mungkin orang yang bisa buka Instagram lalu bikin instastory lantas tidak bisa membuka chat di grup tugas kuliah. LOGIKANYAAAAA DIMANAAAAAAA…………
Bagaimana sudah sadar mengapa aku membuat surat ini kepadamu? Aku tadi juga sudah melihat instastory-mu. Isinya penuh sajak dan kalimat-kalimat kebijaksanaan, yah seperti biasanya lah. Mungkin cukup sekian yang aku bisa sampaikan. Intinya jangan pernah membuat aku terlalu rindu. Aku terlalu malas meluapkan rinduku kepadamu, apalagi jika sampai rasa rinduku bisa membuatmu diam dan membisu hingga duduk lesu lantas layu dan jadi dungu.
Aku orang yang sabar lho. Tidak percaya? Sampai surat ini di diterbitkan di Mojok, percayalah aku masih terus bersabar menerima penderitaan yang pedih ini. Bahkan mungkin jika perlu akan kutulis surat-surat yang lainnya. Tapi kuharap jangan sampai ya.
Dari,
Kawanmu yang-melihat-instastory-mu-selalu-update-tapi-kamu-tidak-pernah-respon-grup-tugas-kuliah