Surat Terbuka dari Es Krim Viennetta untuk Kalian Semua

Surat Terbuka dari Es Krim Viennetta untuk Kalian Semua terminal mojok.co

Saya es krim Viennetta, pengin ngomong penting!

Dear, warga bumi, khususnya warga Indonesia yang makin hari makin bikin geleng-geleng. Terkhususnya lagi bagi mereka yang selalu mengunjungi Indomaret untuk mencari aku, padahal aku adanya di Alfamart. Xixixi~

Begini, bukan maksudnya menyaingi virus corona yang bikin surat spektakuler untuk warga bumi. Suratnya pun isinya nyalah-nyalahin warga bumi sak penak udel e dewe. Apa lagi, jika ndak salah, virus corona nyewa ghost writer bernama Cinta Laura yang ngomong R aja belibet.

Aku nulis ini bukan juga hendak menambah keruh suasana, tapi aku hanya ingin meluruskan beberapa hal yang kurang lurus aja. Ngganjel rasanya jika kebar-baran makhluk terngeyel di muka bumi, manusya Indonesia, dibiarkan begitu aja. Aku jadi ndak tenang ada di dalam kulkas. Krim-krim super lezat ku ini rasanya meronta-ronta, ingin meleleh melihat tingkah dan prilaku kalian yang nggateli itu.

Iya, iya, aku paham kok aku itu primadona. Aku sudah menggeser bahan obrolan ibu-ibu komplek yang berkutat pada bahasan es krim Hula-Hula, kerabat jauh ku, yang akan diberikan kepada anak-anak mereka karena murah. Denger-denger, aku juga udah menggeser obrolan anak indie senja kopi yang berkutat pada diskusi serius dalam tajuk es krim Feast. Makin terkenal aku, makin banyak pula yang mencariku.

Nih, asal kalian tahu, ya. Es krim jenisku itu sangat berjaya pada masanya. Aku pernah diceritain sama babe aku waktu mini market udah tutup, padahal katanya mini market itu bukanya 24 jam. Babe cerita dan beberapa es krim lain nguping. Bahkan, nugget yang ada di lemari es samping ikut nguping. Nih, aku akan ceritakan pada kalian.

Pada malam yang suntuk di dalam lemari es Alfamart, aku mendengar cerita dari babe ku yang memberikan kisah betapa agungnya ras Vienetta pada jaman orde baru. Kata babe, hanya orang-orang berumah gedongan atau bahkan hanya Keluarga Cendana yang dapat menikmati ku. Harga ras Vienetta kala itu 30 ribu, kamu bisa beli bahan kebutuhan pokok selama seminggu penuh dengan uang segitu pada masa Orde Baru. Piye, enak jaman babe ku, to?

Tapi semacam hipokrit, hadirnya aku pada masa itu malah memperlihatkan bahwasannya kesenjangan tetap menghantui walau kini gambar-gambar di belakang truk sering memperlihatkan orangtua sedang nyengir dan melambaikan tangannya. Seakan masa itu baik-baik saja. Padahal sudah makan Paddle Pop juga udah sujud syukur bagi kaum urban. Bukan aku loh yang bilang, tapi babe. Aku mana tahu masalah gituan. Aku kan milenial. Yang aku tahu suaraku selalu didengar oleh Staf Khusus Milenial.

Intinya, pada jaman itu, jika kamu ingin menjilati tubuhku, eh, maksudnya krimku, minimal Bapak kamu harus jadi lurah dulu, deh. Babe aku juga cerita, ia pernah dijilati anak pejabat sambil muter-muter kampung dan pamerin ke anak-anak lainnya. Mulutnya memang sibuk menjilati Babe, tapi batinnya seakan berkata “miskin, miskin, miskin, miskin” kepada anak-anak lain. Apa lagi anak-anak guru. Ah, bicara jaman itu kata Babe seperti Slank, alias ndak ada matinya.

Beranjaknya waktu, banyak yang inginkan aku hadir lagi sampai-sampai bikin petisi online kepada pihak Wall’s. Kalian ini ndak ada kerjaan atau apa, sih? Kalau boleh tau, kenapa, sih, ngebet banget aku kembali hadir? Kalian sekarang merasa lebih kaya gitu, ya? Atau perasaan Mas Agusmul yang membahas tentang balas dendam akan kemiskinan juga mewakili klean-klean semua? Sampai-sampai ingin krim lembut nan berlipat seperti diriku ini hadir kembali. Ckckck.

Setelah aku hadir, mampir ke mini market kesayangan kamu yang biasanya jadi tempat nongki kamu sampai lupa waktu, kenapa kalian ini jadi beringas banget, sih? Seakan mengamini konsep homo homini lupus-nya Mas Hobbes. Dari mulai aku dicukongin sampai dibanding-bandingkan sama Vienneta negara lain, capek tahu. Coba deh gimana perasaan kamu jika dibanding-bandingkan sama anak tetangga. Sakit, kan? Ya, sama.

Apa lagi ada yang menjual teman aku, Mbak Vienneta Rosella Anugrah, di harga 90 ribu. Kan asu. Aku ini hadir di Orde Baru harganya 30 ribu, lho. Dan setelah bertahun-tahun hilang, akhirnya aku hadir lagi dan harganya hanya naik 20 ribu saja. Bayangkan, setelah melewati krisis ekonomi dan segala tetek bengeknya, aku cuma naik 20 ribu aja! Ndilalah malah dicukongi.

Tega banget manusya-manusya ini. Ini namanya Vienneta Trafficking! Belum saja aku laporin sama SJW-SJW vienneta, kalian-kalian yang cukongin temen-temen aku nanti bisa di-spill habis-habisan sama mereka. Salah satu SJW, Miss Viennetta Husada Milea, bahkan sambat di Twitter-nya, “manusya ini nggak pernah melihat kami secara setara!” dyar kowe!

Lebih dongkolnya lagi, ada beberapa oknum manusya yang menyembunyikan ras Viennetta di dalam lemari es paling dalam. Ini maksudnya apa, to? Apa sih spesialnya kami dibandingkan es krim yang lain? Semisal harga kami terlalu murah, mbok ya o bikin petisi lagi di Change.id. Kasih judul yang menentang, “Untuk Wall’s, Naikan Harga Viennetta jadi 500 Ribu!” dari pada beli aku, mendingan juga ke Gelato, kan? Bisa menikmati es krim sembari yang-yangan.

Bukannya apa-apa, aku ini hadir untuk meredam laju gerak BuzzerRp yang kian hari kian ndak ada otaknya. Supaya kalian-kalian, manusya Indonesia, berhenti ngurusin wong-wongan ra nggenah macam mereka. Supaya timeline kalian ini riuh akan lekuk tubuh diriku yang mengundang liur ini. Eh, malah yang ada konflik kepentingan antara penikmat dan penimbun. Kan bajing, ya.

Pun ini buat kamu, yang mencintaiku dengan melebihi ambang batas. Jangan lebai kayak fans indie-indie itu, deh. Seakan yang boleh menikmati ras vienneta seperti aku ini cuma kamu. Stop bilang “apa cuma gue….” atau “viennetta jangan terkenal, ntar jadi nggak berkelas lagi”. Heh, biji kadal, aku bilangin ya, ras vienneta ini sudah ada ketika bapak ibumu itu ngedumel sama penguasa kala itu. Ndak usah merasa sok paling ngehe dari bermiliar-miliar manusia di muka bumi, deh. Duh, maaf ya, geram ini sampai ke senar bass rasanya!

Kalau hadirnya diriku malah bikin makin ribut dan kusut, mending Wall’s tarik aku lagi dan ras viennetta lainnya sekalian, deh. Aku tuh sebel liat kalian ribut-ribut karena aku. Apa lagi kan katanya bumi sedang ndak baik-baik saja, kok ya sempat sih mempermasalahkan kelahiranku kembali pasca Orde Baru? Aku bukan Captain America yang betah membeku dalam kulkas, aku juga ingin kalian nikmati dengan damai dan apa adanya. Mbok tenan.

Udah, ah, gitu aja surat terbuka dari aku untuk klean semua. Kayaknya ada orang yang mau beli aku tapi masih mikir-mikir mending beli aku yang lezat mandra guna ini atau satu pak mie instan untuk kebutuhan swakarantina selama satu bulan di kosannya.

Salam sejahtera.

BACA JUGA Ngobrol sama Rak Es Krim, Saksi Kunci Langkanya Viennetta atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.
Exit mobile version