4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Liburan ke Surabaya

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Liburan ke Surabaya Mojok.co bandung

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Liburan ke Surabaya (unsplash.com)

Sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, Surabaya punya pesonanya sendiri. Itu mengapa, setiap tahun berbondong-bondong orang mendatangi kota ini untuk mengadu nasib atau sekadar berwisata. Mereka mungkin ingin mencicipi gemerlap mal Surabaya, jejak cerita kepahlawan, hingga kuliner yang menggoyang lidah. 

Akan tetapi, tempat yang banyak menarik orang-orang ini tidak selalu cocok untuk semua orang, khususnya wisatawan yang hanya mampir beberapa hari. Apabila dipaksakan, alih-alih menikmati indahnya momen liburan, sejumlah tipe wisatawan berikut justru akan merasa tidak nyaman.

#1 Pemburu pemandangan alam jangan berharap banyak dari kota ini

Bagi para pemuja kecantikan alam sejati yang mendamba panorama memukau, Surabaya mungkin bukan kanvas yang tepat untuk memenuhi hasrat visual tersebut. Pasalnya, kota ini tidak menawarkan paparan pegunungan hijau, air terjun tersembunyi, atau pantai berpasir putih nan sepi. Sebaliknya, jumlah pusat perbelanjaan justru lebih mendominasi.

Daya tarik utama Surabaya terletak pada kekayaan sejarahnya yang kental, sebagaimana julukan Kota Pahlawan tersematkan. Selain arsitektur kolonial yang menghiasi, dinamika khas kota besar merupakan tombak andalan. Jadi, kalau tujuan pelancong adalah menemukan debur ombak, maka mereka kudu siap dikecewakan.

#2 Tak bisa lepas makeup tebal saat tamasya, lebih baik coret Surabaya dari daftar kunjungan ke Surabaya

Sebagian orang berpendapat bahwa makeup adalah bagian tak terpisahkan dari penampilan, bahkan saat liburan. Jika sulit lepas dari riasan tebal, ada baiknya mempertimbangkan kembali rencana wisata ke Surabaya. Pasalnya, kota ini dikenal dengan iklimnya yang panas dan cenderung terik sehingga ketahanan makeup menjadi tidak ciamik.

Saat menjelajahi beberapa area wisata ikonik seperti Kota Lama atau berburu kuliner kaki lima, aktivitas berjalan kaki sering kali menjadi keharusan. Cuaca menyengat yang memicu produksi keringat berlebih berpeluang melunturkan tata rias hingga tampak amburadul. Bukannya asyik menikmati piknik, tipe pelancong demikian akan lebih sibuk memulas ulang riasan. Padahal, kebiasaan mengaplikasi ulang sunscreen ketika di Surabaya jauh lebih dibutuhkan.

#3 Pecandu kesunyian tidak akan menemukan kedamaian di Surabaya

Surabaya mungkin akan terasa seperti labirin yang melelahkan untuk orang yang menginginkan ketenangan. Bunyi klakson yang bersahutan, lalu lintas yang padat, serta hiruk pikuk ala kota metropolitan adalah bagian tak terpisahkan. Kota bersimbol ikan hiu dan buaya ini akan terasa terlalu bising dan menguras energi bagi mereka yang mencari pelarian dari keramaian. Daripada dibilang memulihkan mental, wisata ke Surabaya malah akan membuat mereka hilang akal.

#4 Perut dan lidah susah beradaptasi, berpotensi frustasi

Pemilik perut dan lidah sensitif yang enggan mencoba hal baru pasti akan menganggap Surabaya sebagai medan uji kesabaran. Kota ini adalah surga bagi penyuka cita rasa kuat dan ekstrim, tetapi merupakan mimpi buruk individu yang anti bereksperimen dalam wisata kuliner. Di Surabaya, lidah akan diuji dengan hidangan seperti Rujak Cingur yang menggunakan moncong sapi rebus maupun santapan lain yang menyisipkan jeroan.

Lebih dari itu, makanan asli Surabaya sangat identik dengan penggunaan petis, kecap kental, dan cabai rawit hijau. Gabungan dari ketiganya mungkin menjadi neraka bagi lidah yang belum biasa. Di sisi lain, menolak mencicipi hidangan lokal saat bertamasya sama artinya menyia-nyiakan esensi liburan itu sendiri.

Ditambah lagi, mengambil gambar kuliner autentik Surabaya akan mendorong mereka ke dalam jurang putus asa. Sebab, aneka hidangan tersebut jauh dari standar foto estetik untuk media sosial. Maka, jika seseorang tidak sanggup berkompromi dengan sajian eksentrik itu semua, alangkah mulia untuk mengurungkan niat menyambangi Surabaya.

Satu hal yang patut digarisbawahi, semua orang tidak harus jatuh cinta pada yang sama, termasuk ketika memutuskan destinasi wisata. Bagaimanapun, Surabaya punya kepribadiannya sendiri yang tak selalu orang suka. Daripada waktu berlibur habis untuk mencerca, mengapa tidak membelokkan arah perjalanan ke Malang? Siapa tahu, kota yang tersohor dengan apelnya tersebut adalah jodoh piknik yang selama ini dinanti.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 4 Cara Cerdik Berwisata ke Dufan Ancol Jakarta biar Nggak Rugi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version