Dulu, saya pernah menulis untuk Mojok kalau Suzuki Shogun bisa mengalahkan Honda Vario. Kala itu, Suzuki Shogun memang andalan saya. Kini, 7 tahun kemudian, saya menemukan Honda Blade 2011 110cc. Sebuah motor yang akhirnya harus mengalah kepada Supra X, yang lebih “disayang” Honda.
Blade 2011 itu bodinya gemoy, beda banget dengan pendahulunya yang lebih kurus. Blade saya ini ciamik bener lantaran memiliki 2 striping berbeda, bahkan ada mode striping macam pembalap.
Betapa bahagianya saya memiliki motor ini. Sudah gesit, beda pula dari yang lain. Saya jadi merasa eksklusif karena tidak banyak orang yang memiliki Blade. Beda dengan teman sejawatnya, Supra X atau Revo.
Namun sayang, rasa cinta saya seperti “bertepuk sebelah tangan” setelah Honda tidak melanjutkan produksi Blade. Padahal saya lagi pengin beli motor dan generasi terbaru Blade yang akan saya pinang. Yah, rencananya begitu.
Pertanyaan dan hujatan berputar di dalam kepala. Kenapa motor kesayangan, yang lain dari yang lain, terpaksa “mati”?
Daftar Isi
Banyak yang memandang sebelah mata bodi gemoy si Blade
Ibarat semangka, bodi Blade itu bulat dan menyegarkan. Joknya lebar, cocok untuk siapa saja yang lemaknya menyebar di pantat. Tapi nggak bakal masuk ke kriteria cantik, sih. Beda dengan Supra X yang kurus itu.
Kepungan motor matik menjadi tantangan Supra X dan Blade
Zaman sekarang, motor matik sudah menguasai jalanan. Makanya, semboyan “real man uses three pedals” jadi makin nggak terkenal. Orang-orang juga malas pakai motor bebek atau oper gigi. Come on! Enak banget lho pakai manual. Pegalnya merata, nggak cuma di tangan.
Yang kayak gini jadi tantangan Supra X, Blade, dan motor manual lainnya. Padahal, yang manual itu lebih enak. Misalnya, paling enak kalau pas di lampu merah yang kebetulan posisinya di tanjakan. Tangan satunya bisa bebas menggaruk misal hidung mendadak gatal.
Mohon maaf, Supra X itu bentuk pilih kasih dari Honda
Ini menurut saya aja, ya. Buat saya, Honda itu pilih kasih, deh, khususnya untuk Supra X ketimbang Blade. Misalnya, Supra X kan udah punya 125cc sejak 2007. Sementara itu, Honda baru ngasih 125cc untuk Blade pada 2014. Padahal, Blade itu unik, baik dari sisi bodi sampai striping.
Iya, saya agak maklum karena Supra itu “buyutnya” Blade. Jadi mungkin tirakatnya memang lebih mantap. Selain itu, Blade juga memilih tahu diri. Sebagai cucu dari Supra, ya sudah jadi legowo saja.
Overall, saya tetap cinta Blade. Meski sudah berusia lebih dari 10 tahun, Blade masih tetap irit. Buat 50 kilometer, cuma butuh 1 liter aja. Untuk ukuran motor tua, itu masih tangguh. Blade juga kuat banget buat muter-muter di gunung. Jalan nanjak juga masih oke.
Terlebih, paling penting ketika di parkiran kamu nggak bingung letak motormu kayak mereka yang naik matik dan Supra X. Di situ Blade hadir mencolok lahir dan batin!
Penulis: Anisa Fitrianingtyas
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Supra X 2004, Motor Penuh Kenangan yang Tetap Tangguh meski Dimakan Usia