“Super 30” Film India Soal Pendidikan yang Nggak Kalah Menarik dari “3 Idiots”

super 30

"Super 30" Film India Soal Pendidikan yang Nggak Kalah Menarik dari "3 Idiots"

Sejak menonton film 3 Idiots, jujur saya akui, saya benar-benar jadi dibuat penasaran dengan film-film India bertema pendidikan. Saya yakin, pasti banyak di antara teman-teman yang membaca tulisan ini yang sudah pernah menonton film tersebut. Film yang dibintangi oleh Aamir Khan tersebut memang sangat mengesankan. Selain temanya yang menarik, motto all is well adalah satu hal yang membekas di ingatan saya ketika membahas film 3 Idiots.

Berangkat dari rasa terkesan akan film tersebut, pada akhirnya saya pun dibawa untuk menjelajahi beberapa film India (bertema pendidikan) lainnya. Belum banyak sih memang, tapi lumayanlah untuk membuat saya semakin jatuh cinta pada film India.

Selain 3 Idiots, Super 30 adalah salah satu film India bertema pendidikan yang menurut saya juga sangat menarik untuk ditonton. Super 30 bercerita tentang perjalanan hidup seorang Anand Kumar (seseorang yang sangat jago di bidang ilmu matematika) yang harus berjuang keras demi cita-citanya karena terhalang tembok tinggi bernama kemiskinan.

Film yang dibintangi oleh Hritik Roshan ini berlatar di sebuah desa di India bernama Patna. Meski begitu, ada beberapa hal yang saya rasa keadaannya tidak jauh berbeda dengan di negara kita tercinta, Indonesia.

Film ini adalah sebuah film yang diangkat dari kisah nyata Anand Kumar saat menginisiasi program belajar Super 30. Anand ingin membuktikan kepada dunia bahwa orang miskin pun bisa menjadi orang yang jenius. Anand ingin mematahkan stigma bahwa yang bisa menjadi raja hanyalah keturunan raja, rakyat miskin akan selalu hidup dalam kemiskinan.

Dibanding 3 Idiots, film ini memang lebih serius atau katakanlah kurang menampilkan sisi humoris. Film ini terasa lebih menyentuh dengan adegan-adegan dramatis yang bertebaran sepanjang durasi film. Kita akan melihat bagaimana potret kemiskinan yang mungkin saja juga begitu dekat dengan keadaan sekitar. Anak-anak yang putus sekolah karena terpaksa membantu mencari nafkah. Anak-anak yang tempat tinggalnya belum tersentuh listrik sama sekali.

Ketika menyorot perjuangan tiga puluh anak untuk bisa sampai ke tempat bimbingan belajar Anand, kita akan disajikan pemandangan yang miris dan menggetarkan. Mereka sungguh anak-anak yang luar biasa.

Namun perjuangan mereka masih harus ditambah dengan masalah lain. Lallan Sing, atasan (CEO) sebuah lembaga bimbingan belajar tempat Anand pernah mengajar dulu, ternyata tidak bisa menerima pengunduruan diri Anand. Lallan merasa bimbingan belajar yang dibangun oleh Anand sebagai sesuatu yang harus dilenyapkan. Berbagai cara licik pun ditempuh. Anand bahkan sempat hampir kehilangan nyawa karena perjuangannya mempertahankan Super 30. Adegan ini cukup menegangkan sekaligus mengharukan.

Adegan ketika para siswa Super 30 menjalani kompetisi bersama siswa dari bimbingan belajar milik Lallan Sing, adalah salah satu bagian yang paling menarik dari film ini. Kita diajak untuk melihat bagaimana potret ketimpangan dalam dunia pendidikan. Betapa jauhnya jarak antara siswa miskin dan kaya. Penampilan, perlengkapan sekolah, bahkan sampai gaya bahasa. Saya suka sekali ketika para siswa Super 30 pentas dalam merayakan hari Holi. Melalui pertunjukan teater yang kemudian diiringi tari dan lagu, mereka mengungkapkan bahwa bahasa asing itu penting, tapi bukan berarti lantas harus lupa pada bahasa sendiri. Duh, sampai merinding nontonnya.

Kisah-kisah mengharukan datang ketika menyorot perjuangan Anand. Ada perang batin dalam diri Anand. Di satu sisi dia butuh uang, di sisi lain dia punya cita-cita dan mimpi untuk tiga puluh anak, bahkan untuk dirinya sendiri. Anand bukan hanya memberi bimbingan belajar gratis, tapi juga menampung dan memberi makan. Tiga puluh orang jelas bukan jumlah yang sedikit. Anand sering dihadapkan pada situasi serbasulit. Bagaimana makanan yang sangat terbatas harus dibagi rata.

Dari segi cara mengajar, Anand mengajar dengan cara menyenangkan. Memadukan teori dengan praktik secara langsung. Anand tidak sekadar memberi tapi juga mengajak para siswanya untuk berbuat. Moment ketika Anand masuk rumah sakit akibat luka tembak, adalah moment yang menggambarkan bagaimana teori yang selama ini diberikan oleh Anand dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Pada bagian ini, bersiaplah untuk kembali mengingat pelajaran-pelajaran di bangku sekolah yang mungkin sudah cukup samar dalam ingatan.

Jika mencari unsur percintaan, film ini memang tetap punya hal itu, tapi tidak banyak. Anand adalah satu dari sekian banyak pemuda yang harus rela melepas wanita yang dia cintai jatuh ke pelukan ornag lain. Bukan karena Anand tidak ingin berjuang. Tapi karena Anand punya mimpi dan cita-cita yang memang mengharuskannya putus cinta. Anand bukan tidak peduli, Anand justru tahu wanita yang dia cintai akan jauh lebih bahagia bersama orang lain. Huhuhu.

Saya menonton film ini dengan tujuan ingin mendapat hiburan, dan memang itulah yang saya dapatkan. Film bertema pendidikan yang menggambarkan bagaimana seorang guru mengajar di luar ruangan memang sudah cukup banyak, tapi bagi saya setiap film tentu punya sudut pandang atau hal berbeda yang diangkat dalam tema seperti itu. Alih-alih merasa bosan, saya justru merasa ingatan saya tentang pelajaran semasa sekolah dipancing untuk muncul kembali.

Dalam kehidupan nyata, bimbingan belajar Super 30 yang diinisiasi oleh Anand Kumar terlah mendapat berbagai macam penghargaan dua di antaranya:
– Sekolah terbaik di ASIA pada tahun 2010 oleh Majalah Time.
– Salah satu dari empat sekolah paling inovatif di dunia oleh Newsweek.

Sesuai dengan tujuannya, bimbingan belajar (sekolah nonformal) Super 30 ini pun sudah mengantarkan banyak muridnya untuk lulus di Indian Institute of Technology (IIT).

Jika teman-teman mencari film hiburan yang tetap mengesankan, saya rasa film ini bisa menjadi salah satu pilihan.

BACA JUGA Mempertanyakan Polisi di Film India yang Hobi Telat Saat Tangkap Penjahat atau tulisan Utamy Ningsih lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version