Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Ekonomi

3 Alasan Mengapa Kita Merasa Sungkan Memberikan Uang Receh Saat Membeli Sesuatu

Diaz Robigo oleh Diaz Robigo
26 Agustus 2023
A A
3 Alasan Mengapa Kita Merasa Sungkan Memberikan Uang Receh Saat Membeli Sesuatu

3 Alasan Mengapa Kita Merasa Sungkan Memberikan Uang Receh Saat Membeli Sesuatu (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pernah nggak merasa nggak enak apabila memberikan uang receh saat membeli sesuatu? Saat berbelanja atau melakukan transaksi pembayaran, sering kali kita merasa sungkan untuk memberikan uang receh. Padahal kalau dipikir-pikir, recehan ini kan juga memiliki nilai yang sama dengan uang kertas.

Fenomena ini cukup sering saya alami. Baru saja beberapa hari yang lalu saya berbelanja di sebuah warung kelontong dekat kosan. Kebetulan ada uang kembalian yang saya terima dari transaksi tersebut. Ibu penjaga warung lalu berkata pada saya, “Maaf ya, Dek, uangnya recehan.”

Awalnya saya merasa nggak ada yang janggal dari ucapan ibu penjaga warung. Namun di perjalanan pulang ke kos saya jadi kepikiran. Kenapa ya kita merasa sungkan saat memberikan uang recehan? Padahal kan uang receh itu juga sah dan diakui oleh negara kita. Kenapa kita merasa sungkan dengan hal itu? Sampai di kos, saya merenungkannya dan menarik beberapa kesimpulan.

Bentuk uang receh dinilai kurang praktis

Saya berasumsi, mungkin karena bentuknya yang kecil dan jumlahnya banyak membuat sebagian orang kerepotan membawanya. Selain itu, recehan juga kerap hilang atau tercecer.

Terus terang saja saya juga lumayan risih ketika harus membawa recehan dalam jumlah yang cukup banyak. Coba bayangkan kalau saya berbelanja ke warung kelontong dan mendapat kembalian lima ribu rupiah yang diberikan dalam bentuk recehan. Uang Rp500 logam sejumlah 10 koin itu tentu akan berbunyi saat saya masukkan dalam kantong celana.

Kalau ditaruh di kantong baju, uang recehan rentan tercecer karena tiap kali menunduk atau membungkukkan badan, bukan tak mungkin uang akan jatuh dari saku. Selain itu, saat menerima recehan, kita membutuhkan usaha lebih ketika menghitungnya karena nilai pecahannya yang terlalu kecil. Makanya kita menganggap memberikan uang kertas lebih praktis dan tak merepotkan.

Persepsi nilai rendah

Dalam proses jual beli dengan uang kertas tentunya uang kembalian sangat penting karena untuk memberikan nilai jual maupun beli agar nilai tukar tetap seimbang. Salah satu alasan lainnya mengapa kita merasa sungkan memberikan recehan adalah persepsi bahwa uang receh memiliki nilai yang rendah.

Padahal sebenarnya kalau recehan dikumpulkan dengan jumlah yang sesuai, nilainya tetap sama dengan yang kertas. Tapi, jumlah fisik uangnya yang jadi lebih banyak. Selain itu, karena nominalnya kecil, uang recehan sering kali dianggap kurang berarti. Makanya kita kerap merasa malu atau rendah diri saat bertransaksi menggunakan recehan.

Baca Juga:

4 Alasan Belanja di Miniso Lebih Nyaman daripada di Niceso, Bukan Cuma Soal Harga 

5 Dosa MR DIY yang Nggak Bisa Diampuni, Bikin Pelanggan Kapok Datang Lagi

Persepsi sosial

Masyarakat kita sering kali berpandangan bahwa memberikan uang receh dianggap sebagai tindakan yang nggak sopan atau nggak pantas. Ada juga beberapa orang yang merasa takut memberikan recehan karena khawatir bakal merepotkan orang lain.

Selain itu, ada juga kecenderungan ingin dipandang baik oleh orang lain dan menjaga citra positif di mata orang lain. Sebab, memberikan uang receh dianggap bisa merusak citra diri karena uang ini dikonotasikan dengan orang yang pelit atau kere.

Kesimpulan dari fenomena mengapa kita merasa sungkan memberikan uang receh saat membeli sesuatu ternyata melibatkan faktor psikologis seperti persepsi nilai, kepraktisan, dan yang lainnya. Meskipun uang receh memiliki legitimasi yang sama dengan uang kertas, tetapi dengan banyaknya faktor tadi akhirnya membentuk stiga terhadap penggunaan recehan dalam transaksi sehari-hari.

Penulis: Diaz Robigo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Nyelotip Uang Koin: Kebiasaan Orang Indonesia yang Nggak Mungkin Dilakukan Orang Jepang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 26 Agustus 2023 oleh

Tags: belanjaUanguang receh
Diaz Robigo

Diaz Robigo

ArtikelTerkait

Indomaret Point vs Alfamidi Mending yang Mana, sih Terminal Mojok

Indomaret Point vs Alfamidi: Mending Belanja di Mana?

8 November 2022
Jadi Bandar Arisan Itu Berat, Kamu Nggak Akan Suka

Jadi Bandar Arisan Itu Berat, Kamu Nggak Akan Suka

31 Juli 2022
Ilustrasi mirota kampus

Mirota Kampus: Surga Belanja sih, tapi Antrenya Nggak Masuk Akal!

24 November 2022
Sama-sama Direvitalisasi, Berikut Ini 4 Hal yang Ada di Alun-alun Tegal tapi Tidak Ditemui di Alun-alun Utara Jogja

Tegal: Kota yang Tepat untuk Menghabiskan Uang

16 Juni 2022
Penting tapi Kadang Dilupakan: Kursi Tunggu di Tempat Belanja terminal mojok.co

Penting tapi Kadang Dilupakan: Kursi Tunggu di Tempat Belanja

8 Oktober 2020
5 Produk Starbucks selain Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Dibeli Terminal Mojok

5 Produk Starbucks selain Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Dibeli

6 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.