Saya rasa hampir seluruh orang di dunia ini mengenal Doraemon dan tokoh-tokohnya. Kebanyakan mencintai Doraemon, suka sama Shizuka, melas sama Nobita, dan benci dengan Giant dan Suneo. Nah, kali ini, saya mau bahas bocil kematian paling nyebahi sejagat raya, Suneo Honekawa.
Saya suka kesal pada Suneo karena ia kerap kali flexing atau memamerkan sejumlah barang kepunyaannya. Seperti, mainan radio kontrol yang mahal hingga foto-foto liburannya ke luar negeri bersama keluarganya padahal nggak ada yang nanya. Hadeh, pokoknya tingkat nyebelinnya sudah sundul langit.
Suneo tidak hanya melakukan tindakan flexing tersebut supaya teman-temannya iri, tapi supaya ia bisa bersahabat dengan Giant, biar ia punya bekingan. Maklum, meskipun anak orang kaya, dia bertubuh pendek jadi gampang banget kalau mau dijahili anak-anak nakal.
Setelah dewasa, saya jadi tahu alasan Suneo suka melakukan tindakan flexing tersebut. Kenapa? Suneo merupakan anak tunggal (kita kesampingkan dulu Suneo punya adik bernama Sunetsugu yang tinggal di New York). Apa yang sering menyerang dan hinggap pada anak tunggal? Betul, kesepian.
Suneo kerap flexing ini sebenarnya tanpa alasan. Semata, karena ia menikmati kekayaannya sendirian, dan merasa kosong. Dia tak punya saudara dekat untuk berbagi, pun dia tak tahu bagaimana menjalin persahabatan secara natural. Kawan-kawan yang ada, itu semua artifisial, alias nempel karena ada “alasannya”.
Sayangnya, alih-alih menghilangkan kesepian yang ia rasakan, hal tersebut malah membuat teman-temannya jadi sebel banget padanya. Nobita jadi ngadu ke Doraemon supaya ia bisa mengungguli apa yang Suneo punya. Giant jadi merebut apa yang ia miliki karena ya… itu Giant.
Coba, sekarang pahami penderitaan dia dikit. Dia flexing sebagai usaha cari teman. Alih-alih dapet temen, dia malah dapet musuh plus kena apes. Lalu, pulang ke rumah sebesar istana, yang dia temui adalah kehampaan. Tak ada kakak, tak ada adik, tak ada kawan. Coba, bayangin, perih nggak?
Dan orang kesepian, kerap cari perhatian agar perih mereka sedikit terobati. Untuk Suneo, cara cari perhatian yang ia tahu ya flexing. Kok saya kayaknya paham banget? Yaelah, kita pasti pernah flexing kali. Flexing nilai, kepintaran, barang, prestasi, pacar, atau malah kebodohan. Saya pun sewaktu kecil pernah flexing kayak beliau (meski, tentu saja, levelnya tak sama).
Tapi, untuk Suneo, ironisnya, ini jadi lingkaran setan yang berulang. Kesepian-cari temen-flexing-dapet temen-flexing lagi-temen pada minggat-kesepian. Begitu seterusnya. Tak jarang flexing yang ia lakukan keterlaluan, lalu temennya pada cabut. Terutama saat ia memamerkan koinobori (semacam layang-layang berbentuk ikan) yang ia miliki di hadapan salah satu teman sekelasnya yang ibunya merupakan single mother dan punya banyak anak. Suneo sampai menangis karena menyesali perbuatannya yang telah menyakiti temannya tersebut. Untungnya Dorameon menolongnya.
Untung, untung masih ada orang yang mau mengulurkan tangan untuk Suneo. Kalau nggak, udah jadi orang kaya brengsek naik Fortuner dia.
Kini saya sedikit paham kenapa dia selalu pamer pada teman-temannya. Nggak cuma disebabkan ia tidak punya kakak atau adik yang bisa ia ajak bicara di rumah, ia pun selalu minder dengan tubuhnya yang pendek sehingga yang bisa ia banggakan hanyalah kemewahan yang tidak dimiliki oleh teman-temannya.
Fujiko F. Fujio memang jenius. Blio tidak sembarangan ketika bikin cerita karena pastinya blio melakukan riset yang sangat mendalam dalam bikin tokoh. Tiap tokoh punya tingkat kompleksnya tersendiri, namun kita bisa menerima tokoh-tokohnya tanpa perlu berpikir berat, ya karena masih bocil. Begitu kita sudah dewasa, kita jadi paham apa yang sebenarnya mau disampaikan.
Mungkin itulah pesan Fujiko F. Fujio supaya kita bisa memahami bagaimana perasaan anak tunggal. Anak tunggal tidak setegar anak pertama dan anak tunggal tidak selalu dimanja seperti anak bungsu. Makanya mereka cenderung punya sifat egois, narsis, dan sejumlah sifat negatif lainnya. Meski nggak semuanya sih. Jangan suka mukul rata ya klean.
Kita bisa bilang, Suneo adalah representasi anak tunggal. Ia punya kekosongan yang hanya bisa diisi oleh kehadiran teman-temannya. Namun, pada saat yang sama, ia berusaha terlalu keras untuk meraih simpati teman-temannya hingga alih-alih punya kawan, malah menumpuk lawan. Mungkin itu yang kerap dirasakan oleh anak tunggal: suka bingung cara mencari kawan karena di rumah nggak ada lawan.
Jadi besok-besok, kalau nemu bocil kematian kayak Suneo, pahami dan maklumin aja. Ya mau gimana lagi, kahanan e, Bos. Jangan marah, sebab sepi, sering bikin hati terasa perih.
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Suneo Honekawa Adalah Representasi Sesungguhnya dari Orang-orang Menyebalkan di Instagram