Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

7 Catatan Masalah di Sumbu Filosofis Jogja yang Kini Resmi Jadi Warisan Dunia UNESCO

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
22 September 2023
A A
Mati Tua di Jalanan Yogyakarta sumbu filosofis jogja unesco

Mati Tua di Jalanan Yogyakarta (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sumbu filosofis Jogja sudah resmi menyandang status warisan budaya dari UNESCO. Selamat ya Jogja, sudah meraih mimpi besarmu!

Nggak sia-sia perjuangan demi status besar ini. Meskipun harus menghadapi polemik dan kritik tajam dari masyarakat. Maka waktunya kita merayakan dan merasakan manfaat dari status warisan budaya yang disahkan pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi.

Tapi manfaat sumbu filosofis sah sebagai warisan budaya apa? Ah, pasti ada manfaatnya. Kalaupun masyarakat belum merasakan, sabar dulu saja. Mungkin setahun lagi baru terasa, mungkin 10 atau 100 tahun lagi. Mungkin anak cucu kita yang akan merasakan manfaat status world heritage ini. Kita cukup merasakan sengkarut masalah di sumbu filosofis saja.

Selama menanti penetapan status warisan budaya, sumbu filosofis menjadi saksi berbagai masalah. Dari para pekerja yang mati, ratusan orang di-PHK, klitih, sampai tragedi Omnibus Law. Sebuah catatan yang akan membekas meskipun kini bertabur sorak sorai warisan budaya. Ironis, dan nyata seperti ketimpangan sosial di Jogja.

Orang miskin mati menyedihkan di sumbu filosofis Jogja

Entah sudah berapa orang meregang nyawa di sekitar sumbu filosofis. Dan seminggu sebelum pengesahan warisan budaya ini, ada tukang becak mati di dekat Malioboro. Mereka harus meregang nyawa sendirian di tengah hiruk pikuk kota. Dan saya tidak rela kalau kematian mereka hanya jadi angka statistik.

Kematian mereka mengingatkan pada janji saat wacana warisan budaya UNESCO muncul. Bahwa tidak akan ada kemiskinan di sekitar sumbu filosofis. Namun bagaimana janji itu terealisasi? Apakah sumbu filosofis akan menjadi sumber kesejahteraan bagi orang-orang tersingkir. Atau tidak ada kemiskinan karena yang miskin tersisih oleh hotel dan spot selfie?

240 orang di-PHK di Malioboro

Ketika Malioboro Mall dan Hotel Ibis Malioboro diakuisisi Pemda Jogja (baca: Daerah Istimewa Yogyakarta), ada yang kehilangan pekerjaan. Bukan satu dua orang, tapi 240 pekerja! Kembali ke pertanyaan sebelumnya, apakah ini arti dari tidak ada kemiskinan di sekitar sumbu filosofis? Ketika ratusan pekerja harus pergi demi Pemda Jogja yang makin megah?

Sekali lagi, ini juga bukan angka statistik semata. Ada ratusan tulang punggung keluarga yang kehilangan pekerjaan. Janji mempekerjakan kembali tidak cukup ketika ketidakpastian harus menghantui kehidupan mereka.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Kesawan, Malioboro Medan yang Penuh Sejarah dan Bikin Jatuh Cinta

Klitih di Tugu, darah yang menodai kemolekan Jogja

Siapa bilang daerah sekitar sumbu filosofis Jogja aman? Toh kekerasan jalanan juga terjadi di titik teramai Jogja ini. Salah satunya adalah kasus klitih di barat Tugu Jogja. Darah berceceran dan pukulan melayang di hadapan wisatawan. Benar-benar seperti simulasi GTA San Andreas yang penuh perang antar gang itu.

Bahkan titik nol Jogja yang harusnya romantis juga jadi saksi kekerasan jalanan. Lalu apakah warisan budaya ini benar-benar mencerminkan budaya adiluhung? Ah, mungkin klitih dan kekerasan jalanan itu sudah diakui sebagai bagian dari budaya. Jadi riak dari masalah ruang hidup, kemiskinan, dan maskulinitas toksik yang masih pekat di daerah istimewa ini.

Relokasi PKL dan larangan pengamen angklung yang jadi daya tarik Malioboro Jogja

Jika Anda pernah ke Malioboro sebelum pandemi, pasti ingat nuansa padat yang ngangenin. Barisan PKL yang berjejer di “terowongan” Malioboro, ditambah sorak sorai musisi jalanan dengan angklung, jadi latar belakang para pejalan kaki yang entah sedang bahagia memandang Jogja atau sedang berduka karena tau gebetannya sedang di dalam kamar kos kawannya.

Malioboro, tak bisa dimungkiri, adalah wajah yang menggambarkan romantisnya Jogja.

Namun suasana yang sederhana (dan sedikit ruwet) itu tinggal kenangan. Kini mereka direlokasi ke Teras Malioboro I dan II. Para pengamen angklung ini dilarang beroperasi di Malioboro. Apakah ini benar-benar mempercantik sumbu filosofis Jogja.

Kalau bicara tatanan semata, memang tidak bisa dibantah kalau relokasi ini mempercantik Malioboro. Namun masalah karena relokasi ini tidak sepele. Dari lokasi tidak layak, ukuran lapak tidak manusiawi, sampai wacana relokasi ulang yang melelahkan. Larangan pengamen ini juga melukai sejarah Malioboro yang masyhur sebagai panggung rakyat.

Saya jadi sedih membayangkan orang-orang bahagia dan cidro tadi kalau berjalan di Malioboro sekarang. Tak ada lagi lagu yang mengiringi hati mereka. Dunia paling buruk, bagi saya, adalah dunia berisik tanpa musik.

Sampah di sumbu filosofis Jogja

Sampah lagi, sampah lagi. Tapi sulit bicara Jogja, khususnya destinasi wisata, tanpa menyebut sampah. Bahkan di hari penetapan sumbu filosofis Jogja sebagai warisan budaya UNESCO, masalah sampah belum selesai. Tumpukan sampah masih menghiasi Jogja yang lelah dengan karut marut bertahun-tahun ini.

Malioboro jelas mendapat perhatian utama masalah sampah. Namun seperti tabir, ia hanya menutupi masalah yang harusnya selesai sebelum gelar warisan budaya disandang. Jadi setelah dapat gelar dari UNESCO, gimana masalah sampah Jogja ini? Apakah para tuan sudah punya jawaban yang taktis, atau masih bicara solusi simbolis?

Hotel, air tanah, dan korupsi

Ketika wacana sumbu filosofis muncul, saya pikir akan ada perombakan total. Termasuk pada keberadaan hotel di sekitar garis imajiner Jogja ini. Ternyata saya kelewat optimis. Masalah perizinan hotel ternyata tetap ada dan berlipat ganda di Jogja. Termasuk masalah apartemen Royal Kedhaton yang lokasinya tidak jauh dari Stasiun Tugu. Diam-diam ada kasus korupsi besar di dunia akomodasi wisata ini, sampai melibatkan Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti.

Bahkan tanpa korupsi dan masalah legalitas, hotel masih menyisakan masalah lingkungan. Terutama tentang air tanah yang harusnya jadi kehidupan warga sekitar. Bagaimana mau sejahtera, kalau air yang jadi sumber hidup habis terhisap industri wisata?

Demo berdarah menolak omnibus law di sumbu filosofis Jogja

Catatan terakhir adalah sebuah tragedi nasional. Sumbu filosofis (pernah) menjadi lokasi demonstransi penolakan terhadap UU Ciptaker yang dulu disebut Omnibus Law. Mungkin demo kali ini mirip dengan apa yang terjadi saat reformasi. Bukan sesuai yang bisa dibanggakan, melainkan tragedi yang berakhir pilu.

Dari kisruh horizontal antara demonstran dan (katanya) warga lokal, sampai berujung larangan demo di sumbu filosofis memang memilukan. UU Ciptaker kini sah jadi produk hukum, dan tempat menyuarakan aspirasi kini tertutup bagi aksi masyarakat. Semua demi menjaga garis imajiner penuh filosofi yang nggak bikin kenyang.

*******

Bukan berarti saya ingin mengganggu suka cita penetapan sumbu filosofis Jogja sebagai warisan budaya UNESCO. Tapi catatan masalah ini tidak bisa berlalu sebagai kisah lama semata. Apakah Jogja sudah belajar dari masalah yang muncul di tempat penuh budaya dan makna ini? Atau masalah di sumbu filosofis Jogja akan tetap lestari bersama romantisasi tanpa akhir?

Entahlah. 

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pasar Malam di Kawasan Sumbu Filosofi, Pemkot Jogja Sebut Tak Berizin

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 September 2023 oleh

Tags: MalioboroMasalahsumbu filosofis jogjatugu jogjatukang becak matiunesco
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Kiat-Kiat Mengobati Patah Hati di Kota Jogja

Kiat-Kiat Mengobati Patah Hati di Kota Jogja

7 Januari 2020
Apakah Malioboro Masih Istimewa Tanpa PKL di Emperan Toko? terminal mojok.co

Apakah Malioboro Masih Istimewa Tanpa PKL di Emperan Toko?

20 Januari 2022
Guru Kencing Berdiri, Murid Disuruh Jaga Reputasi: Kenapa kalau Ada Kasus di Sekolah, Bukannya Diselesaikan, tapi Murid Dibungkam demi Reputasi?

Guru Kencing Berdiri, Murid Disuruh Jaga Reputasi: Kenapa kalau Ada Kasus di Sekolah, Bukannya Diselesaikan, tapi Murid Dibungkam demi Reputasi?

4 Februari 2025
Bandar Grisse, Ikon Baru Gresik yang Menyimpan Keresahan (foto milik penulis)

Bandar Grisse, Ikon Baru Kota Gresik yang Ramainya Mulai Melahirkan Keresahan bagi Warga Sekitar

23 Oktober 2024
10 Lagu Bahasa Inggris yang Cocok untuk Pernikahan

5 Problem Utama di Tahun Pertama Pernikahan

26 Desember 2022
5 Aturan Tidak Tertulis di Stasiun Tugu Jogja, Patuhi agar Perjalanan Semakin Nyaman Mojok.co

5 Aturan Tidak Tertulis di Stasiun Tugu Jogja, Patuhi Supaya Perjalanan Lebih Nyaman

13 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

30 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.