Saya iseng mengetik kata kunci “Jokowi kaget” di mesin pencarian. Hasil pencarian membuat saya kaget. Terdapat puluhan berita dan artikel berisi kekagetan-kekagetan presiden ketujuh Republik Indonesia itu. Jokowi kaget ada PHK massal di Tangerang, Jokowi kaget ada guru bergaji Rp300 ribu, Jokowi kaget investasi mangkrak, dan masih banyak lagi. Untungnya saya tidak menemukan tautan masyarakat kaget melihat Jokowi kaget atau Jokowi kaget melihat dirinya sendiri kaget. Kalau semuanya kaget, repot juga nantinya.
Dunia memang penuh kejutan. Maklum belaka kalau orang sekaliber Pak Jokowi gampang kaget. Lingkup pekerjaan beliau amat luas. Secara otomatis beliau jadi menjangkau hal-hal yang mungkin tak pernah dibayangkannya.
Soal guru bergaji rendah, umpamanya. Tentu beliau tidak bakal menyangka bisa-bisanya “pahlawan tanpa tanda jasa” gajinya jauh lebih kecil daripada staf khusus presiden yang tidak jelas jasanya apa. Padahal guru adalah sosok kunci dalam membangun generasi masa depan bangsa. Kalau gurunya tidak sejahtera, bagaimana mungkin mereka bisa leluasa dan total dalam mendidik murid-murid yang notabene akan jadi andalan negeri ini di masa depan.
Lantas, demi meningkatkan derajat kehidupan para guru bergaji minim, Pak Jokowi pun menggelontorkan dana besar-besaran untuk guru. Beliau memangkas anggaran-anggaran tak perlu, lalu menghibahkannya untuk kenaikan gaji guru. Kemudian guru-guru berbahagia, bisa mendidik para siswa dengan maksimal, dan pendidikan Indonesia pun jadi setaraf Singapura dan Finlandia.
Paragraf di atas adalah contoh kisah fiktif mengenai pemimpin yang berusaha keras menyejahterakan gurunya.
Apa, Anda maunya kalimat-kalimat itu menjadi nyata? Ah, Anda keterlaluan. Kalau semua guru hidupnya sejahtera, nanti presiden di periode selanjutnya mau umbar janji apa?
Sudah tepat langkah Pak Jokowi untuk sekadar kaget melihat guru bergaji rendah atau berita-berita buruk lainnya. Beliau sangat bijak dengan tidak menindaklanjuti kenyataan pahit itu dengan pembaruan kebijakan dan sebagainya. Karena beliau tahu betul, kalau semuanya beliau perbaiki dan tangani, lah enak banget dong presiden selepas beliau?
Nah, itulah Pak Jokowi. Beliau tidak mau serakah dengan pujian dan sanjungan. Cukuplah beliau membangun jalan tol dan membangun kesejahteraan untuk para investor. Adapun urusan kesejahteraan rakyat kecil, itu biar diurus presiden berikutnya saja. Sementara beliau melakukan perbaikan sekadarnya saja, sebab terlalu sempurna itu tidak bagus. Dengan melakukan ini saja fans Pak Jokowi masih banyak, kenapa harus sempurna-sempurna amat?
Selain gampang kaget, Pak Jokowi juga gampang bingung. Soal meningkatnya kasus corona padahal sudah diperlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), misalnya. Beliau mengaku bingung, kok bisa kasus corona masih bertambah, padahal sudah ada PSBB.
“Namun ada juga daerah yang penambahan kasusnya tidak mengalami perubahan seperti sebelum PSBB,” ujar Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (12/5), “ini juga hal-hal seperti ini saya rasa perlu digarisbawahi. Ada apa, dan kenapa,” lanjutnya.
Anda tahu, bingung adalah sejenis pikiran yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang terlalu memikirkan sesuatu yang dicintainya. Dalam hal ini Pak Jokowi membuktikan kecintaan beliau yang besar kepada rakyat Indonesia. Kalau tidak cinta, mustahil beliau bakal bingung. Beliau pasti akan lempang-lempang saja andaikan rasa cinta yang teramat besar tak berada di hati beliau.
Bingungnya Pak Jokowi soal pasien corona yang terus melonjak padahal sudah ada PSBB adalah rasa bingung yang perlu dimaklumi. Tentu saja beliau bingung kenapa corona kok tidak hilang-hilang juga, padahal PSBB sudah dilakukan sangat ketat dan pihak berwenang tidak pernah tebang pilih dalam membubarkan kerumunan dan pemerintah sudah menjamin kebutuhan rakyat. Selain itu, pihak pemerintah juga sudah sangat konsisten dan tidak pernah plin-plan dalam upaya melawan corona. Lantas, kenapa kasus corona nggak selesai-selesai juga?
Pada akhirnya, ketika segala usaha sudah terasa mentok dan tak membuahkan hasil yang diharapkan, beliau cuma bisa bingung. Beliau bingung betapa niat mulianya untuk menyelamatkan ratusan juta rakyat Indonesia dari corona kok tidak bisa juga membuat hati para corona itu untuk memahami, bahwa sebaiknya mereka pergi dan tak usah lagi ada di sini.
Toh, beliau juga sudah menyerukan masyarakat untuk berdamai dengan corona. Tapi kenapa corona masih ngeyel juga, ya?
Nah, pada titik itulah beliau akhirnya kembali bingung.
Kendati begitu, kita tentu tetap bisa mengerti. Bahwa bingungnya Pak Jokowi bukan karena kerja beliau tidak becus, tapi karena beliau sangat mencintai rakyatnya. Bukankah kebingungan—dan kekagetan—adalah bukti cinta yang hakiki?
Kalau tidak percaya, lihatlah ekspresi ibu kita ketika kita tiba-tiba jatuh sakit. Bukankah mula-mula ibu kita merasa kaget dan bingung atas kondisi kita? Demikian pulalah Pak Jokowi sebagai pemimpin Ibu Pertiwi. Kaget dan bingung adalah semerbak harum yang muncul dari bunga cinta beliau kepada rakyatnya.
Gimana, apa sekarang Anda jadi ikutan kaget dan bingung?
BACA JUGA Nadiem Makarim Kaget Ada Orang Indonesia Nggak Punya Listrik, Plis Jangan Kasih Tahu Beliau Gaji Guru Honorer Berapa dan tulisan Erwin Setia lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.