Maba UGM emang nggak bakalan mengalami perpeloncoan sih selama PPSMB, tapi siap-siap aja ngerjain tugas seabrek.
Bulan Agustus telah tiba. Bagi kebanyakan orang, Agustus identik dengan bendera dan umbul-umbul yang terpasang di kampung-kampung untuk menyongsong peringatan hari kemerdekaan. Namun bagi Universitas Gadjah Mada (UGM), Agustus adalah momen untuk menyambut para mahasiswa baru (maba).
Rangkaian penyambutan maba UGM diwujudkan dalam Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB). PPSMB ini adalah kegiatan resmi berisi orientasi dan pengenalan lingkungan kampus. PPSMB tahun ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang tersusun atas empat tahap.
Pertama, PPSMB Universitas yang berlangsung mulai 31 Juli-1 Agustus 2023. Kedua, PPSMB Fakultas yang diadakan pada 2-3 Agustus 2023. Ketiga, PPSMB Softskills pada 4-5 Agustus 2023. Dan keempat, Action Plan yang rencananya diselenggarakan pada 7-12 Agustus 2023 mendatang.
Saya sendiri sudah merasakan PPSMB pada 2018 silam. Memang, sih, PPSMB yang saya alami sudah terbilang “lawas”. Apalagi selama dua tahun PPSMB diadakan secara online. Bahkan di tahun 2023 ini PPSMB sudah resmi berganti nama, dari yang sebelumnya PPSMB Palapa menjadi PPSMB Pionir.
Tapi, saya kira PPSMB nggak berubah terlalu signifikan dari tahun ke tahun. Jadi, izinkan saya untuk membagikan pengalaman saya menjadi maba UGM yang turut melalui prosesi PPSMB ini.
PPSMB bukan ospek untuk maba UGM
Orientasi ala UGM ini berbeda dengan ospek kampus yang selama ini ditampilkan di sinetron yang sudah telanjur dipercaya masyarakat. Kata “ospek” cenderung identik dengan hal-hal negatif, khususnya soal senioritas. Ospek juga sering dikaitkan sama tugas-tugas aneh, memalukan, dan traumatis. Gara-gara itulah ospek dipandang sebagai prosesi yang alih-alih membahagiakan, justru menakutkan.
Saya inget banget ketika kakak saya baru menjadi maba dan akan menjalani ospek, dia diminta untuk membawa barang-barang yang nggak penting tapi susah ditemukan. Kakak saya diminta membawa uang Rp500 keluaran lama, bola yang dibelah dua untuk dijadikan penutup kepala, sampai—yang paling nggak masuk akal—empeng bayi.
Coba pikirkan, apa hubungannya pengenalan lingkungan sekolah dengan empeng bayi? Tapi tipikal ospek semacam itu nggak akan ditemukan di PPSMB UGM.
Maba UGM nggak bakal disuruh membawa barang-barang aneh di PPSMB. Benda-benda dan penugasan yang wajib dibawa ke kampus, seenggaknya pada zaman saya, berhubungan dengan selebrasi PPSMB, kegiatan perkuliahan, atau pengembangan kapasitas diri.
Tapi penugasannya sulit dan banyak sih, hehehe. Saya dan teman-teman SMA saya ngerjain penugasan PPSMB di perpustakaan kota sampai malam nyatanya cuma bisa menyelesaikan seperempatnya. Berlembar-lembar kertas folio saya habiskan buat mengerjakan penugasan PPSMB. Belum lagi atribut khas PPSMB, pom-pom, yang saya buat kena revisi terus.
Kata co-fasilitator (cofas) gugus saya, pom-pom saya kurang tebal. Seandainya saja beliau tahu kalau saya sampai nglarisin stok rafia di tiga warung dekat rumah dan sampai harus berburu di pasar.
Baca halaman selanjutnya: Nggak ada yang namanya perpeloncoan…