Ini merupakan pengalaman pribadi saya sebagai kasir di salah satu jaringan retail besar di Indonesia. Pekerjaan yang dianggap ‘cuma’ jaga toko namun termasuk salah satu yang berisiko. Risiko disemprot orang, harus merogoh kocek di luar kebutuhan, dan masih banyak lagi. Itu masih di luar tekanan atasan dan lingkungan kerja yang kurang mendukung juga, lho, ya.
Meskipun banyak buntung daripada untungnya, setidaknya dari situlah saya dapat mengumpulkan recehan demi recehan. Untuk pembaca yang berniat ingin menjadi kasir retail atau pernah berada pada kondisi tersebut tentu menganggukkan kepala dengan beberapa pengalaman saya di bawah ini.
#1 Menghadapi konsumen dengan berbagai watak
Menjadi kasir artinya harus bertemu dengan orang yang beda-beda setiap hari dengan watak yang berbeda pula. Jika beruntung saya akan bertemu dengan konsumen yang murah senyum, ramah, dan tak jarang justru memberi barang gratis maupun ‘ambil aja kembalinya’. Tak jarang saya pun mendapatkan kiriman nasi kotak dari konsumen yang sudah kenal cukup lama.
Tentu tak sedikit pula konsumen yang memiliki sifat keras dan menyepelekan pegawai minimarket. Merasa dirinya lebih tinggi jabatannya dan tentu saja gila hormat.
#2 Uang hilang/uang kasir kurang
Nah ini duka yang wajar dan sudah menjadi rahasia umum di dunia retail. Harus menggantikan uang atau barang yang hilang di toko. Mulai dari setoran uang kasir yang kurang, barang-barang di toko yang hilang, dan pengeluaran tak terduga lainnya.
“Memangnya nggak ada CCTV? Tidak dicek ya uang kembaliannya kok sampai kurang? Kerja yang teliti dong!”
Kalimat tersebut tentu yang tersirat di benak pembaca jika saya mengeluhkan hal ini. Jadi gini ya, CCTV meski terlihat tentu tak bisa menangkap si pencuri tersebut secara langsung. Lagi pula, belum tentu si swiper akan ketemu dan mengakui perbuatan tercelanya. Adanya kekurangan setoran uang kasir juga disebabkan oleh berbagai faktor, terutama kelalaian. Meski sudah hati-hati, kok masih ada saja celah kesalahan yang pastinya tidak disadari.
#3 Loyalitas tanpa batas
Jangan harap bekerja di bidang retail akan setepat waktu saat bekerja di pabrik. Bisa tenggo dan bahkan lembur 15 menit saja dibayar. Jika sudah mantap mengabdi menjadi pramuniaga retail, memang jiwa dan raga harus sepenuhnya ada di toko. Bahkan sampai ada istilah rumah itu nomer dua, nomer satu ya toko ini. Ckckck.
Loyalitas dua jam, tiga jam, bahkan bisa sampe satu hari penuh di toko pun bukan hal yang mengherankan lagi. Jadi, bagaimana? Sudah siap untuk kemping di depan toko?
#4 Kesempatan untuk mendapat harga promo
Mendapatkan harga promo bahkan hingga separuh dari harga normal tentu menjadi salah satu hal yang dapat saya syukuri saat menjadi kasir retail. Banyaknya promo dan voucher menarik pun memperdaya saya untuk belanja. Lumayan untuk memberi orang tua maupun sanak saudara.
#5 Memborong produk promo
Menjadi kasir retail erat kaitannya dengan target produk promo yang harus dijual oleh kasir maupun toko. Sayangnya, tidak semua produk dengan harga promo pasti laku. Tak sedikit yang tetap terhitung mahal dibandingkan toko konvensional. Sehingga sebagai kru toko pun mau tidak mau, bagaimana pun caranya harus menjual produk hingga target tercapai.
Cara terakhir dan yang paling jitu adalah membeli sendiri barang tersebut kemudian menjualnya ke warung atau agen dengan harga yang ndlosor. Selisih penjualan alias kerugian siapa lagi yang bayar kalau bukan…
Penulis: Arum Ariyaya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Curhat Kasir Indomaret dan Alfamart tentang Tipe Pelanggan yang Menyebalkan