Habis sudah para jagoan Coach Jus… maksud saya jagoan para warganet di pagelaran EURO 2020. Prancis, Portugal, Jerman, dan Belanda sudah keok lebih dulu sebelum babak 8 besar. Jagoan terakhir yang tersungkur adalah Belgia, yang kata orang-orang sedang diisi oleh generasi emas.
Generasi emas dari mana? Generasi emas yang dibuat tidak berkutik oleh timnas yang Piala Dunia 2018 kemarin tidak ikut? Generasi emas yang prestasi terbaiknya hanya di berhasil di finish di posisi ketiga? Hentikan sudah narasi basi itu. Sekarang waktunya kita tarik gelar generasi emas itu dari Romelu Lukaku dkk.
Jangan coba mulai dengan argumen kalau Belgia pernah memuncaki ranking FIFA di tahun 2015. Pencapaian tersebut sudah diragukan oleh banyak orang, kok. Sudah banyak argumen berseliweran di internet yang menyebutkan kalau sistem ranking FIFA itu tidak masuk akal. Belgia sendiri berhasil merangkak ke posisi pertama karena berhasil menang mudah melawan tim-tim emenjana. Sebut saja seperti timnas Siprus dan Andorra.
Dari komposisi pemain, haduh, nggak bisa diharapkan lagi, Bos! Menurut data dari statista.com, umur rata-rata pemain Belgia adalah 29,1 tahun. Angka itu hanya berbeda 0,1 dibanding peringkat pertama, Swedia. Ini timnas dari pilihan pemain saja sudah tidak layak diberi embel-embel generasi emas.
Sungguh mengenaskan jika berbicara soal umur di timnas Belgia. Di posisi bek, starting lineup mereka didominasi oleh pemain yang sudah berumur 32 tahun ke atas! Belum lagi latar belakang pemainnya yang kebanyakan pemain yang kalah bersaing di tim sebelumnya seperti Thomas Vermaelen dan Jan Vertonghen.
Deretan pemain lapisnya tidak kalah menyedihkan. Bek seperti Jason Denayer dan Dedryck Boyata yang notabene mereka berdua adalah buangan dari Etihad Stadium, dipercaya untuk menjadi harapan kedua dari fondasi yang sudah terlebih dahulu rapuh.
Lalu ke pemain tengah. Kalau yang bisa dibangga-banggakan hanya Kevin De Bruyne, Inggris juga memiliki Jack Grealish yang oleh klubnya De Bruyne, ingin ditebus dengan mahar sebesar 100 juta pound. De Bruyne sudah mendekati masa kepunahannya. Pemain tengah lainnya seperti Axel Witsel yang bermain di liga-liga kurang kompetitif, juga sudah mulai uzur.
Pemain depan? Ya, ya, ya. Ada Romelu Lukaku yang memang harus saya akui satu-satunya pemain yang cukup bisa dibanggakan. Sisanya? Sama saja seperti yang sudah saya sebutkan. Michy Batshuayi yang jadi korban Chelsea, Christian Benteke yang… Ah sudahlah, dan pemain yang masih bau kencur, yaitu Jeremy Doku.
Jadi, inilah saat yang tepat untuk The Red Devils mengembalikan titel generasi emasnya kembali kepada, tak lain dan tak bukan, The Three Lions. Timnas Inggris. Timnas yang baru saja membabat habis pasukan Andriy Shevchenko. Inggris memastikan dirinya lolos dengan yakin ke semifinal EURO 2020 dengan mencetakkan empat gol ke gawang Ukraina. Sampai perempat final ini, Jordan Pickford juga masih bertahan dengan rekor nirbobolnya.
Mungkin ini dia saatnya mengatakan, it’s coming home!
Pemain-pemain Inggris saat ini sudah lebih baik dari generasi emas mereka kala masih dilatih oleh Sven-Göran Eriksson. Di tiap lini, Gareth Southgate memiliki banyak opsi pemain yang kemampuannya harus diberi jempol oleh satu RT. Umur mereka jauh lebih muda dibanding dengan skuad yang Belgia punya.
Mereka menempati posisi kedua dari akhir, dengan rata-rata umurnya adalah 25,2 tahun. Daun muda. Di starting lineup lawan Ukraina dini hari tadi, ada tiga pemain yang umurnya masih berada di bawah 23 tahun. Salah satu adalah rekrutan terbaru Manchester United, Jadon Sancho.
Soal umur memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Bila dilihat dari statistik, Inggris menang lewat Reece James, bek kanan berusia 21 tahun milik Chelsea yang sampai pertandingan tadi masih menjadi satu-satunya pemain yang memiliki akurasi operan tertinggi sepanjang kompetisi. Posisi keduanya? Axel Witsel. Ha! Kalau di permainan mini soccer, Witsel sudah harus sungkem dulu, nih, sama James.
Ini memang sudah saatnya Inggris mulai meminta tolong Wikipedia memperbarui lamannya tentang Golden Generation dan memasukkan skuad Inggris dari 2018 sebagai generasi emas negri Elizabeth.
Mungkin kalau berbicara sesuai statistik dan latar belakang pemain terkesan basi, ya. Bagaimana dengan nilai jual dari pemainnya? Inggris sudah jelas berada selangkah di depan. Tim ini memiliki pemain yang harga jualnya sangat tinggi. Empat bek di lini belakang saja sudah habis 200 juta pound lebih. Depan-depannya? Saya lebih baik tidak memulainya.
Intinya, tim ini memiliki prospek yang baik ke depannya. Melihat kompetisi-kompetisi yang akan datang, sepertinya timnas Inggris memiliki banyak kesempatan untuk membuktikan diri bahwa mereka pantas bisa kembali mendapatkan titel generasi emas yang pernah mereka pegang.
Saya, sih, dari sekarang sudah menganggap kalau ini adalah generasi emas Inggris 2.0. Bagaimana dengan kamu?
BACA JUGA Football Is Coming Home Terooos, padahal Juara Aja Belom dan tulisan Endrapta Ibrahim Pramudhiaz lainnya.