Saya harus katakan ini: tata kota Banyuwangi itu tidak bisa dibilang bagus. Salah satu alasan saya bilang begitu, karena pusat kota ini berada di ujung wilayah, mirip Batang. Jadi jika misalnya kalian tinggal di Kalibaru, butuh satu jam untuk mencapai pusat kota Banyuwangi.
Tentu ini menyulitkan banyak penduduk Banyuwangi yang akan mengakses pusat kota. Saya yang sempat menetap di sana tujuh tahun merasakan sendiri. Saya tinggal di Glenmore dan saat harus ke Kota Banyuwangi butuh upaya ekstra untuk bisa ke sana.
Tak hanya itu, selain masalah pusat kota yang susah diakses, pemerataan daerah juga jadi masalah penting di Kota ini.
Kalian akan melihat perbedaan mencolok antara Kecamatan Kota Banyuwangi dengan wilayah lain seperti Srono, Muncar, Gambiran, atau Kalibaru. Sudahlah infrastruktur timpang, kondisinya juga menyedihkan.
Nah, jika boleh usul nih, apa tidak sebaiknya ibu Kota Banyuwangi digeser ke titik lain. Setidaknya langkah itu bisa mengurangi kepadatan di pusat kota. Lokasi pindahnya pun bisa di dua tempat. Jika nggak Muncar ya Gambiran. Ini alasannya.
Banyuwangi jangan mengekor Bali
Kondisi Banyuwangi sekarang, menurut saya, mirip seperti Bali. Pembangunan berpusat di tempat perputaran uang, tapi mengabaikan daerah lain. Oke, memang masuk akal jika wilayah seperti Denpasar jadi perhatian utama, tapi apakah daerah lain macam Jembrana, Buleleng, lalu diabaikan?
Alangkah baiknya Pemda Banyuwangi tidak melakukan hal semacam itu. Sebab implikasi pada masyarakat akan berimbas panjang. Contohnya ya, di Bali ada usulan pemekaran provinsi gara-gara masalah ketimpangan ini. Menurut saya pribadi, alih-alih mengikuti langkah Bali, justru lakukan langkah sebaliknya.
Maka dari itu, saya menyarankan pindah “ibu kota”. Jadi, daerah lain bisa ikutan kena percikan-percikan pembangunan agar lebih merata.
Muncar, daerah dengan sejarah panjang
Tapi, mengusulkan ibu kota baru untuk Banyuwangi itu tak mudah. Jangan melupakan faktor histori. Banyuwangi dulu kala tidak terlepas dari Kerajaan Blambangan, yang konon merupakan kerajaan Hindu terakhir yang bertahan di Pulau Jawa sebelum akhirnya dikalahkan oleh Kesultanan Mataram Islam.
Nah, pada masa itu pusat Kerajaan Blambangan disinyalir berada di Kecamatan Muncar. Tidak heran di sana ada Desa Blambangan yang menjadi pusat Kecamatan Muncar.
Nah, wilayah Muncar ini cocok menjadi alternatif lokasi ibu kota baru karena sejarahnya yang panjang untuk Bumi Blambangan. Selain itu jika kalian melihat wilayah Muncar juga masih daerah yang minim pembangunan. Kawasan-kawasan di sana bisa dikembangkan untuk relokasi pusat pemerintahan Banyuwangi. Sehingga Pemda memiliki alternatif baru sebagai pusat pemerintahan solusi ketimpangan warga Banyuwangi selatan.
Gambiran, daerah tengah yang bisa diubah
Selain Muncar, saya juga mengusulkan Gambiran sebagai alternatif ibu kota baru untuk Banyuwangi. Jika Pemda ingin pindah dan beralih ke sini, mungkin ini salah satu langkah win-win solution agar tidak ada lagi keluhan warga yang merasa kejauhan saat mengakses layanan publik. Sebab posisi Gambiran memang berada di tengah wilayah Banyuwangi. Warga yang berada di Kalibaru pun nggak merasa kejauhan, begitu pun mereka yang ada di Kalipuro. Intinya berada di tengah wilayah biar adil dan tidak saling iri dengki.
Tidak hanya faktor jarak yang adil, Gambiran juga bisa dikembangkan. Selama saya bekerja di daerah ini, nama kecamatan ini justru kalah pamor dengan Desa Jajag yang merupakan bagian dari kecamatan ini. Sehingga pemilihan Gambiran akan kembali mengangkat nama daerah ini. Gambiran juga punya fasilitas kesehatan yang lengkap dengan tiga rumah sakit berdiri di tempat ini, jadi modalnya nggak kelewat gede lah.
Pembangunan Banyuwangi memang seharusnya tidak hanya berpusat di kota saja. Sudah daerahnya dikuasai satu dinasti keluarga, masak pembangunannya berpusat di situ-situ aja. Apa nggak malu sama tetangga?
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Banyuwangi Kota yang Tak Pernah Ramah bagi Pekerja, Gajinya Rata dengan Tanah!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















