Bulan Ramadan, bulan suci bagi umat muslim sudah berjalan hampir setengahnya. Di bulan yang penuh dengan berkah ini semua umat muslim di dunia melaksanakan kegiatan berpuasa. Tapi, nggak semuanya puasa, kok, yang sedang mengalami halangan tentu nggak dipaksa berpuasa. Ada juga yang sengaja nggak berpuasa karena memang lagi nggak mood. Jangan bersikap sinis ke dia, ya. Barangkali dia sekadar ingin menikmati Sirup Marjan yang tentunya nggak merugikan orang lain.
Agaknya, bulan Ramadan menjadi prime time untuk mengiklankan segala jenis sirup di belahan dunia ini, terutama Indonesia. Bahkan, saya pikir iklan sirup yang masif tayang di bulan Ramadan itu seolah telah menjadi tradisi tahunan yang mendarah daging. Sebab, nggak mungkin nggak ada iklan sirup di bulan Ramadan, misalnya Sirup Marjan. Nggak masalah, itu lebih terlihat menghibur dibanding Presiden yang lebih memilih jadi saksi pernikahan daripada saksi tuntasnya kasus pelanggaran HAM.
Tak bisa dimungkiri, sirup memang terlihat begitu lezat dilihat ketika sedang berpuasa. Sering kali membuat orang menelan ludah saat melihatnya. Kelezatannya hingga menghantui angan. Dan saya pikir orang yang gemar nonton TV nggak mungkin nggak melihat iklan sirup itu. Jangan terlalu naif. Siapa pun yang berpuasa dan melihat iklan sirup, pasti berpikir sirup itu segar jika diminum siang hari, apalagi pakai es batu. Hmmm…
Sayangnya, saya nggak jarang mendengar orang berkata bahwa iklan sirup memicu niat untuk membatalkan puasa. Bahkan sekali waktu, teman saya pernah berkata kalau ia batal puasa gara-gara iklan sirup. Orang yang berkata iklan sirup punya potensi bikin batal puasa itu saya anggap agak bermasalah.
Memang fakta nggak bisa disembunyikan bahwa sirup itu tampak menyegarkan di bulan Ramadan. Tak lain pernyebabnya karena orang yang berpuasa tengah merasa haus. Rasanya segala jenis sirup kedudukanya sedang naik derajat lantaran didambakan, namun dalam waktu bersamaan iklan sirup justru dicemooh. Lho, kok nyalahin iklan sirup, sih? Jangan salahkan sirup yang segar diminum di siang bolong itu, dong! Lebih baik merenungi diri saja.
Sesungguhnya iklan sirup itu justru layak dipuji. Terutama iklan Sirup Marjan. Keren, konsepnya nggak itu-itu saja, jadinya enak ditonton. Pada tahun ini, iklan Sirup Marjan menampilkan konsep sejenis cerita legenda. Boleh jadi tahun depan memakai konsep sejarah. Tentu ide seperti itu patut diapresiasi.
Saya merasa iklan Marjan itu lebih baik ditampilkan berkali-kali di TV daripada menampilkan acara pernikahan Aurel dan Atta Halilintar yang nirfaedah, pun nggak ada urgensinya dan lebih membagongkan.
Jadi begini, lebih baik Anda sekalian yang acap kali goyah imannya karena iklan Sirup Marjan. Stop bilang kalau iklan sirup itu jadi sumber masalah. Lho, kan aneh kalau iklan sirup hanya menampilkan gelas kosong. Seperti iklan Indomie yang menampilkan wadah kosong. Aneh dan berlebihan, saya pikir cuma cari perhatian saja. Ya mungkin maksudnya sebagai usaha menghargai orang yang lagi puasa, tapi tetap saja aneh.
Bagi saya, lebih baik segala bentuk iklan minuman dan makanan itu disikapi biasa saja seperti bulan-bulan lainnya. Ramadan itu bulan yang berkah, tapi jangan mengaburkan keberkahan itu dengan sikap-sikap yang aneh, dong. Iklan-iklan sirup itu justru mengingatkan kita untuk bersikap semestinya ketika menyambut bulan yang berkah.
Artinya jika kita menyikapi iklan-iklan itu dengan semestinya, kita juga bisa menyikapi para pengusaha warung makan yang buka di siang hari saat Ramadan dengan semestinya juga. Iklan kan hanya memiliki tujuan meyakinkan konsumen. Nggak ada niat buruk untuk menggangu orang puasa.
Begitu juga dengan para pengusaha warung makan yang buka di siang hari. Mereka sekadar meyakinkan para konsumen kalau mereka siap melayani orang yang nggak berpuasa. Lebih-lebih mereka ini sebenarnya melayani orang yang berkeyakinan lain. Sejak dulu saya resah dan gelisah mendengar berita razia warung makan yang buka saat siang hari. Plis, deh. Jangan kaku-kaku gitu pikirannya, Mylov.
Ingat, bepuasa itu menahan diri dari segala apa pun yang berhubungan dengan nafsu, termasuk amarah. Dengan berpuasa seharusnya kita bisa bersikap lebih adil terhadap sesama. Bukan menciptakan ironi yang menbagongkan seperti melakukan razia terhadap pengusaha makanan yang buka di siang hari itu tadi.
.*Takjilan Terminal adalah segmen khusus yang mengulas serba-serbi Ramadan dan dibagikan dalam edisi khusus bulan Ramadan 2021.
BACA JUGA Kraca, Kuliner Populer Orang Ngapak Pantura dan Banyumasan Tiap Bulan Ramadan. #TakjilanTerminal22 dan tulisan Nikma Al Kafi lainnya.