Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Status Zona Hitam untuk Solo Justru Berpotensi Dipelintir oleh Penikmat Konspirasi

Dicky Setyawan oleh Dicky Setyawan
15 Juli 2020
A A
solo zona hitam mojok

solo zona hitam mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari ini kita dihebohkan dengan kabar dari Kota Solo, melalui Ketua Gugus Tugas Penangganan Covid-19 Solo menyatakan bahwa terjadi penambahan 25 kasus baru, dan langsung menaikan status menjadi zona hitam. Menurut hemat saya, ini sangat berlebihan.

Apalagi sebenarnya tidak ada status zona hitam. Lebih tepatnya zona hitam karena keterangan di gambar terlalu banyak sehingga warna merah cenderung menjadi hitam. Menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman dilansir dari Kompas.com menjelaskan, kondisi hitam bisa memiliki arti darurat dengan kenaikan kasus diatas 2000-an.

Pernyataan Ketua Gugus Tugas Penangganan Covid-19 Kota Solo ini nyatanya juga disemprot Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar berkata “Zona hitam ki jarene sopo to? (Zona hitam itu katanya siapa sih?) Yang ngomong siapa? Mungkin pengamat atau lagi benci? Kok banyak yang bilang zona hitam. Mungkin yang hitam itu bajumu!”. Sayangnya berita semacam ini dikomsumsi mentah-mentah oleh masyarakat awam, yang pada akhirnya menimbulkan dua kemungkinan: kepanikan dan ketidakpercayaan terhadap Covid-19.

Orang-orang kini lebih sering maido daripada makin waspada, apalagi dengan kenaikan status yang terlalu dini seperti ini. Orang yang percaya konspirasi selalu berargumen bahwa Covid-19 ini lebih besar karena media. Terlebih untuk mereka yang terlalu radikal dalam menkonsumsi informasi seperti itu. Semakin lebay beritanya semakin pula mereka tidak percaya dengan media mainstream.

Memang benar penambahan kasus di Kota Solo ini terbilang drastis. Tetapi yang harus diingat bahwa dari 25 kasus hanya 3 yang bukan merupakan kasus dari tenaga medis. Artinya penularan ke masyarakat umum masih tergolong rendah. Statusnya aja yang lebay yaitu zona hitam. Saya tahu peningkatan status ini upaya preventif agar masyarakat lebih waspada, tapi masyarakat sudah kadung tergiring opininya bahwa status hitam aja biasa aja kok.

Bayangkan dengan status tertinggi dengan penularan yang masih terbilang cukup rendah ini, orang yang mendewakan teori konspirasi akan berkata “bener kan, sebenarnya  Covid-19 gak berbahaya, katanya zona hitam, nyatanya masih biasa-biasa aja.”. Hingga hari ini setiap saya membuka kolom komentar beberapa akun mengatasnamakan info kota yang sudah menjadi ruang diskusi masyarakat, mereka yang berasumsi bahwa Covid-19  tidak lagi berpegang pada argumen-argumennya, namun cuma menimpali dengan “halah bodo amat, enggak penting, terus?”

Yang saya takutkan adalah semakin banyak orang yang percaya teori konspirasi, semakin bodo amat mereka dengan protokol kesehatan. Sebagian yang percaya teori konspirasi ini kadang bukan cuma percaya konspirasinya, tetapi beneran secara literally percaya kalau Covid-19 itu enggak ada sampai-sampai menolak memakai masker.

Sayangnya orang-orang yang berasumsi seperti ini kebanyakan kaum muda yang bisa mendapatkan akses informasi dari mana saja. Kaum muda memang punya kans terjangkit yang lebih rendah. Hanya saja, jika mereka menularkan ke kaum lansia, urusannya jadi runyam.

Baca Juga:

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

Orang yang percaya konspirasi memposisikan diri mereka seperti korban atas kebohongan yang katanya diciptakan pemerintah dan media. Saya jadi teringat scene di salah satu episode Upin & Ipin, dimana Jarjit si pengembala mengerjai Upin dan Ipin yang seorang petani untuk menyelamatkan biri-birinya dari serangan serigala, saat hendak dibantu si petani sadar kalau serigala enggak beneran ada, sampai berulang-ulang. Saat serigala beneran datang, si petani yang kadung tidak percaya ini tidak lagi mau membantu si pengembala.

Tim penangganan tugas dan media nampaknya  lupa, bahwa orang semakin percaya dengan konspirasi bukan cuma karena mereka lebih sering menerima informasi searah dengan pemikirannya, tetapi juga semakin seringnya mereka mendapatkan informasi yang tidak sesuai kenyataan. Saya paham niat baiknya agar lebih waspada, tetapi orang kita di era keterbukaan ini tidak lagi mempan di kasih wanti-wanti seperti itu. Cukup melabeli setiap penambahan kasus sewajarnya saja.

Yang harus menang melawan Covid-19 ini bukan mereka yang percaya dengan sains, WHO dsb terhadap mereka yang percaya dengan teori konspirasi atau sebaliknya, tapi kita semua. Mau percaya yang mana itu terserah pilihan masing-masing, tapi menghormati orang lain adalah kewajiban kita semua.

BACA JUGA Ari Lasso dan Uji Pendengaran Kalimat Misterius di Lagu Dewa 19 dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Juli 2020 oleh

Tags: Konspirasisolozona hitam
Dicky Setyawan

Dicky Setyawan

Pemuda asal Boyolali. Suka menulis dan suka teh kampul.

ArtikelTerkait

Jalan Slamet Riyadi Solo, Pusat Ekonomi Sekaligus Pengubur Rezeki Mojok.co solo, surakarta, kartasura, solo baru

Jalan Slamet Riyadi Solo, Pusat Ekonomi Sekaligus Pengubur Rezeki

23 November 2023
Sendang Mbah Meyek Jadi Daya Tarik Wisata Baru di Kota Solo (Pexels by Thể Phạm)

Misteri Sendang Mbah Meyek: Warisan Budaya dan Daya Tarik Wisata di Jantung Kota Solo

29 Desember 2024
KRL Jogja Solo, Karanganyar-Stasiun Tugu, Punya Banyak Masalah (Unsplash)

KRL Jogja Solo, dari Karanganyar ke Stasiun Tugu, Menyimpan Banyak Masalah dan Ini Bukan Pekerjaan Rumah bagi PT KAI Saja!

20 November 2023
Kampung Distro Jalan Sam Ratulangi Solo, Sisa Kejayaan Clothing Lokal yang Makin Terkubur Eksistensinya

Kampung Distro Jalan Sam Ratulangi Solo, Sisa Kejayaan Clothing Lokal yang Makin Terkubur Eksistensinya

22 Oktober 2023
Rekomendasi Nasi Liwet yang Tidak Boleh Dilewatkan Saat Berwisata ke Solo Mojok.co

3 Rekomendasi Nasi Liwet yang Tidak Boleh Dilewatkan Saat Berwisata ke Solo

21 April 2025
Taman Balekambang Ditutup (Lagi), Bukti Perilaku Warga Solo yang Lebih Perlu Ditata daripada Tamannya Mojok.co

Taman Balekambang Ditutup (Lagi), Bukti Perilaku Warga Solo yang Lebih Perlu Ditata daripada Tamannya

30 Juli 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.