Stasiun Weleri, Satu-satunya Fasilitas Publik yang Bisa Dibanggakan dari Kabupaten Kendal

Stasiun Weleri, Satu-satunya Fasilitas Publik yang Bisa Dibanggakan dari Kabupaten Kendal

Stasiun Weleri, Satu-satunya Fasilitas Publik yang Bisa Dibanggakan dari Kabupaten Kendal (Unsplash.com)

Tinggal di Kendal serba nanggung karena banyak fasilitas publik yang prematur. Misalnya saja penataan alun-alun yang acakadut, terminal bus yang nggak “hidup”, pasar induk dengan status terkungkung, dan masih banyak lagi fasilitas publik yang terasa nggak berdenyut di sini. Meski begitu, ada satu fasilitas publik yang patut dibanggakan di sini. Yah, setidaknya bisa menyelamatkan wajah Kabupaten Kendal dari pisuhan perantau atau pendatang yang datang ke sini. Apalagi kalau bukan Stasiun Weleri Kendal.

Stasiun Weleri terletak di Desa Karangdowo, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal. Stasiun ini jadi satu-satunya stasiun yang beroperasi dari total 4 stasiun yang ada di Kabupaten Kendal. Ada tiga stasiun lain yang sudah nggak beroperasi, ketiganya adalah Stasiun Kaliwungu, Stasiun Kendal, dan Stasiun Kalibodri. Stasiun Weleri merupakan satu dari sekian banyak bangunan tua yang diremajakan agar tetap kokoh dan kuat.

Setahu saya, setidaknya ada 6 kereta api yang singgah di stasiun ini. Keenam kereta tersebut adalah Kamandaka, Kertajaya, Joglosemarkerto, Jayabaya, Dharmawangsa, Kaligung dengan tujuan mulai dari Jakarta, Purwokerto, Surabaya, Malang, dan kota-kota besar lainnya.

Meski hanya stasiun kecil, Stasiun Weleri Kendal memiliki fasilitas yang cukup lengkap, ruang tunggu dan musala yang nyaman, serta toilet yang bersih. Selain itu ada banyak stopkontak yang terletak di pojokan, baik ruang tunggu loket maupun ruang tunggu di dalam stasiun.

Tanah Stasiun Weleri Kendal pernah terlibat sengketa lahan

Pada tahun 2018, tanah Stasiun Weleri pernah menjadi sengketa karena statusnya yang dianggap nggak jelas antara milik PT. KAI atau milik desa, terutama di area luar sekitaran stasiun. Warga setempat kemudian melakukan aksi demo karena perluasaan wilayah stasiun untuk kebutuhan parkir yang dianggap melanggar batas tanah milik desa.

Persoalan tersebut hingga kini tak pernah menemui titik terang. Terlebih ketika Pasar Weleri terbakar, persoalan ini kemudian menguap begitu saja tanpa ada penyelesaian yang konstruktif. Makanya hingga saat ini, Stasiun Weleri belum memiliki fasilitas parkir yang memadai. Bahkan nggak ada pagar yang mengelilingi stasiun ini.

Terlepas dari masalah sengketa lahan, sebelum Pasar Induk Weleri terbakar, Stasiun Weleri Kendal menjadi salah satu stasiun paling strategis di Jawa Tengah. Setiap penumpang yang turun di stasiun ini baik di pagi, siang, malam, maupun subuh, akan disambut dengan ramainya aktivitas ekonomi di pasar. Maklum, stasiun ini terletak di distrik paling padat di Kabupaten Kendal saat itu.

Penumpang yang turun di pagi hari menjelang siang, akan disambut dengan pedagang sayur dan aneka jajanan pasar yang bisa dibawa pulang sebagai buah tangan. Sementara penumpang yang pulang tengah malam hingga dini hari bisa mampir ke angkringan atau pedagang soto yang ramai dikunjungi para penjual sayur dari berbagai daerah dataran tinggi seperti Bandungan, Temanggung, dan Wonosobo. Menyeduh teh atau kopi saset oplosan jagung sembari ngobrol menjadi momen yang biasa ditawarkan ketika turun di Stasiun Weleri Kendal.

Jadi lebih sepi ketika Pasar Weleri terbakar

Akan tetapi, romantisme dan suasana hangat itu kemudian hilang begitu Pasar Weleri terbakar. Stasiun Weleri Kendal jadi terlihat lebih sering sunyi ketimbang ramai. Ibarat seseorang yang bersedih begitu ditinggal sahabat karibnya.

Meski begitu, stasiun ini tetap menjadi pilihan utama para perantau dan pendatang. Ia menjadi tempat singgah bagi orang-orang yang ingin pergi ke daerah selatan seperti Sukorejo, Limbangan, Boja, atau Temanggung dan Wonosobo. Bahkan orang-orang yang ingin bepergian ke daerah barat seperti Gringsing, Kabupaten Batang, turut singgah sejenak di sini.

Bagi mereka yang ingin ke Gringsing, Stasiun Weleri Kendal biasanya lebih dipilih oleh para pendatang atau perantau ketimbang Stasiun Pekalongan karena harus melalui Alas Roban yang terkenal angker dan gelap. Tak perlu khawatir jika tiba tengah malam atau dini hari, tak jauh dari stasiun terdapat Masjid Jami yang bisa menjadi tempat menunggu pagi, sebelum akhirnya menaiki bus ke tempat tujuan.

Stasiun Weleri memang jadi penyelamat wajah Kabupaten Kendal. Dengan fasilitas yang ia miliki, stasiun ini menyambut para pendatang dengan ramah dan mengantarkan para perantau dengan kenangan. Ia menjadi saksi dari pertemuan dan perpisahan yang pastinya sarat dengan perasaan emosional. Maka sudah semestinya masyarakat Kendal bangga karena mereka masih punya fasilitas publik yang masih bisa diandalkan.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Taman Hutan Klorofil Kendal: Dibangun dengan Anggaran 4 Miliaran, Berakhir Jadi Tempat Orang Pacaran dan Buang Sampah Sembarangan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version