Di Bantul, tepatnya di Kecamatan Sedayu, ada Stasiun Rewulu, lho. Memang nggak ada penumpang kereta yang naik turun di stasiun ini, makanya stasiun ini nggak begitu dikenal orang.
Kalau bicara tentang stasiun di Yogyakarta, nama Stasiun Tugu atau Stasiun Lempuyangan pasti akan langsung terbersit di pikiran sebagian besar orang tentu. Hal itu memang nggak salah sama sekali. Terlebih lokasi kedua stasiun itu ada di Kotamadya Yogyakarta, dekat dengan tempat-tempat wisata, dan lebih mudah aksesnya. Selain itu, Stasiun Tugu atau Stasiun Lempuyangan juga merupakan stasiun kereta api kelas besar yang melayani keberangkatan kereta api penumpang. Jadi, wisatawan dan pengunjung Yogyakarta sudah nggak asing lagi dengan kedua stasiun itu.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Kabupaten Bantul, sebenarnya ada stasiun yang nggak semua orang tahu. Stasiun ini bernama Stasiun Rewulu, stasiun kereta api barang kelas I.
Kalau berkunjung ke sini, kita nggak akan menjumpai kereta api penumpang yang berhenti. Semua melintas aja kayak nggak menganggap Stasiun Rewulu ada. Tapi jangan berpikiran yang nggak-nggak dulu. Tempat ini memang bukan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang kereta api.
Daftar Isi
Stasiun muda khusus untuk BBM
Stasiun Rewulu ini terletak di Desa Argomulyo, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul. Usianya baru setengah abad tahun karena didirikan pada 1972 dan mulai beroperasi tahun 1973.
Stasiun ini punya lima rel. Dua rel di antaranya jadi jalur hilir mudik kereta api penumpang. Uniknya, di sini ada jalur khusus buat kereta api pengangkut bahan bakar minyak (BBM) yang keluar masuk ke terminal bahan bakar minyak atau yang disebut Depo Pertamina. Depo Pertamina yang juga termasuk wilayah Sedayu ini bertugas memasok BBM untuk wilayah DIY, Klaten, dan eks Karisidenan Kedu.
Di Stasiun Rewulu ada sebuah lokomotif dan rangkaian gerbong ketel Pertamina yang sudah nggak digunakan. Oh ya, gerbong ketel atau tangki yang biasanya melintasi Stasiun Rewulu membawa bahan bakar avtur menuju Cilacap dan BBM menuju Madiun.
Hiburan terjangkau bagi masyarakat
Saat saya mulai memasuki wilayah Stasiun Rewulu, saya menangkap situasi yang lumayan mengejutkan. Sebenarnya teman yang menemani saya ke sini sudah memberi tahu bahwa Stasiun Rewulu itu ramai karena banyak orang nonton kereta. Tapi saya nggak tahu kalau akan betul-betul padat.
Di sebelah timur stasiun, tepat di dekat palang pintu, banyak warga yang memenuhi sebuah lahan di sana. Ada yang duduk-duduk di atas beton bersama keluarga, jajan, sampai mencoba permainan buat anak kecil. Saat ada kereta lewat, pandangan mereka langsung tertuju pada kereta itu.
Di belakang dan samping barat stasiun pun nggak kalah ramai. Di sini justru ada pedagang dan atraksi lain yang jumlahnya lebih banyak dan lebih variatif. Kita bisa menemukan penjual bakpao, cilok, sate, makanan ringan, dan mainan di sini.
Sewaktu saya datang Sabtu sore minggu lalu ke Stasiun Rewulu, ada dua permainan odong-odong dan satu permainan melukis yang lapaknya digelar beberapa meter di sebelah rel. Pengunjungnya kebanyakan anak-anak yang datang bersama orang tua mereka. Uniknya lagi, warga lokal yang tinggal di sekitar rel juga memanfaatkan momentum ini buat membuka usaha.
Buat saya, situasi ini nggak aneh. Saya rasa wajar bagi masyarakat untuk mengajak anak-anak nonton kereta api. Saya nggak nggumun karena saya juga sering diajak ke dekat palang pintu kereta api, stasiun, bahkan dipo lokomotif sewaktu kecil.
Nonton kereta adalah hiburan yang murah dan menarik bagi warga. Kalau buat anak kecil, momen nonton kereta ini bisa jadi wisata edukatif buat mereka.
Tempat favorit pencinta fotografi dan anak muda
Saya melanjutkan perjalanan ke arah barat bersama teman. Jalanan di samping rel ini masih berupa tanah dan batu jadi kalau kamu berencana ke sini, pastikan untuk berhati-hati agar nggak terpeleset.
Sewaktu saya melewati jalan ini, ada kereta penumpang yang sedang melintas. Beberapa orang yang tadi sedang duduk-duduk di rumput langsung mengangkat kamera digital masing-masing, membidik momen kedatangan kereta itu. Setelah kereta melintas dan hilang dari pandangan, mereka lanjut mengambil foto objek-objek lain di sekitar Stasiun Rewulu.
Kalau kita mengikuti jalanan ini dengan berjalan kaki maupun naik motor, kita akan turun ke daerah persawahan. Pas menuruni jalan ini, kita bakal melihat kumpulan anak muda di pinggir sawah. Mereka bukan lagi jaga sawah, tapi sedang mencari peruntungan cuan.
Di Rewulu ini ternyata juga ada pemuda-pemuda yang jualan kopi di pinggir sawah. FYI, tren kopi pinggir sawah ini memang lagi happening banget di kalangan anak muda di sebagian daerah di Jawa. Suasana sejuk, pemandangan estetik, dan harga murah jadi alasan gampangnya tren ini populer.
Rel tanpa palang pintu
Ada satu rel lagi yang berada di selatan Stasiun Rewulu. Rel ini sebenarnya adalah rel kelima yang menuju ke Depo Pertamina seperti yang saya sebutkan di atas.
Rel ini berdampingan dengan jalan kendaraan dan di beberapa titik bertemu dengan persimpangan jalan sehingga kita perlu menyeberanginya. Saya sempat bertanya ke teman saya perihal aktif atau nggaknya rel ini. Soalnya, nggak ada palang pintu kereta api padahal letaknya dekat sekali dengan kampung warga.
Menurut teman saya yang merupakan warga lokal Sedayu dan rumahnya dekat Stasiun Rewulu, rel ini masih dipakai oleh kereta pengangkut BBM Pertamina. Mengingat nggak adanya palang pintu, setiap akan ada kereta yang lewat, para petugas bakal menjaga persimpangan-persimpangan yang menjadi pertemuan jalan dengan rel.
Stasiun Rewulu ini bisa kamu kunjungi untuk refreshing dengan jajan sambil nonton kereta. Ada juga terowongan di bawah rel yang katanya legendaris. Gas, main ke sini!
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Stasiun Malang Kotabaru: Stasiun Rasa Bandara Kebanggaan Warga Malang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.