Stasiun Purworejo Sudah Betul Jadi Cagar Budaya Saja, Tidak Perlu Diaktifkan Kembali

Stasiun Purworejo Sudah Betul Jadi Cagar Budaya Saja, Tidak Perlu Diaktifkan Kembali Mojok.co

Stasiun Purworejo Sudah Betul Jadi Cagar Budaya Saja, Tidak Perlu Diaktifkan Kembali (unsplash.com)

Stasiun Purworejo adalah stasiun bersejarah yang terletak di jantung Kota Purworejo. Tidak seperti stasiun tua lain yang masih digunakan hingga saat ini, stasiun ini hanya berakhir menjadi cagar budaya. Ternyata, warga Purworejo tidak begitu memerlukan kehadiran stasiun yang terletak di Jalan Mayjend Sutoyo itu. Kok, bisa? 

Stasiun Purworejo adalah stasiun terminus. Artinya, stasiun yang berada di ujung jalur rel kereta api. Dengan kata lain, kereta yang tiba di stasiun ini tidak bisa melanjutkan ke tujuan selanjutnya karena memang rel berakhir di stasiun tersebut. Kereta yang berhenti di stasiun ini harus kembali atau mundur ke stasiun sebelumnya, dalam hal ini Stasiun Kutoarjo. 

Stasiun Kutoarjo adalah satu-satunya stasiun yang terhubung dengan rel di Stasiun Purworejo. Jarak rel antara dua stasiun itu sepanjang 12 km. Bagi warga Purworejo, Stasiun Kutoarjo adalah stasiun andalan untuk bepergian ke luar kota seperti Jogja dan Jakarta. 

Seperti namanya, stasiun besar dan utama di Kabupaten Purworejo itu justru terletak di Kutoarjo, kecamatan yang letaknya jauh dari pusat kota. Kenapa stasiun yang tidak berada di pusat kota itu menjadi yang stasiun yang utama? Selidik punya selidik, Stasiun Kutoarjo lah yang terhubung dengan jalur rel kereta api selatan Jawa yang dibangun pada masa kolonial Belanda. Sebenarnya ada satu lagi stasiun di kabupaten yang terhubung, Stasiun Jenar, tapi letaknya lebih jauh. 

Stasiun Purworejo riwayatmu kini

Stasiun yang dibangun pada 1887 itu memang sejak awal tidak disiapkan menjadi stasiun utama, hanya stasiun feeder atau pengumpan saja. Jadi, pada zaman dahulu, warga Kota Purworejo yang ingin bepergian ke luar kota bisa naik kereta api dari Stasiun Purworejo ke Stasiun Kutoarjo. Lalu baru bisa melanjutkan ke stasiun-stasiun di kota lain. Itu mengapa, kereta feeder ke Kutoarjo begitu ramai. 

Seiring waktu berjalan, pilihan transportasi semakin beragam. Menuju Stasiun Kutoarjo tidak hanya menggunakan kereta, tapi bisa menggunakan transportasi lain. Lambat laun, stasiun di pusat kota ini tidak lagi diminati. Sebelum ditutup pada 2010, stasiun ini hanya melayani satu kereta api feeder ke Kutoarjo dengan lokomotif Simbah BB300.

Baca halaman selanjutnya: Reaktivasi sebatas …

Reaktivasi sebatas wacana

Lama tak beroperasi, rencana reaktivasi Stasiun Purworejo beberapa kali bergulir. Terbaru, pada 2023 yang lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melakukan kunjungan dan mengungkapkan rencananya untuk melakukan pengaktifan kembali. Jauh sebelum itu, pada 2013 beberapa pejabat, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar, mengatakan akan melakukan reaktivasi. Alasannya sebenarnya masuk akal. Stasiun Purworejo masih layak untuk digunakan, sekaligus bisa membantu mobilitas warga Kota Purworejo ke Kutoarjo. 

Akan tetapi, sebagai warga Purworejo, saya kok sangsi ya rencana reaktivitas bisa menarik warga untuk menggunakannya ya. Berkaca pada reaktivasi rel jalur Kutoarjo-Purworejo pada 1990-an, rel yang sempat tidak aktif sejak 70-an itu diputuskan untuk aktif kembali pada 90-an. Setelah belasan tahun aktif, akhirnya Stasiun Purworejo berhenti beroperasi lagi pada 2010 hingga saat ini. 

Hal lain yang membuat saya ragu, saat ini bertebaran transportasi umum yang menghubungkan Kota Purworejo ke Kecamatan Kutoarjo atau sebaliknya. Harganya terjangkau dan tidak memakan waktu lama. Ambil contoh, angkot jalur A, cukup membayar Rp5.000 kalian bisa sampai lokasi dalam waktu 25 menit. Kalau punya kantong agak tebal, bisa juga menggunakan jasa ojek online atau taksi online. 

Menurut saya, reaktivasi stasiun ini tidak penting-penting amat. Bagaimana menurut kalian?

Penulis: Riyanto
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Stasiun Beran Sleman, Stasiun Penghubung Jogja dengan Magelang yang Kini Menjadi Markas Koramil

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version