Sulit berdamai
Berhari-hari tinggal di Jogja—sembari menggantungkan mimpi dan menambah macet kota ini—saya berupaya berdamai soal selera. Tak bisa dibantah, lidah saya sudah kelewat akrab dengan soto gagrak Solo.
Mau tidak mau, saya berusaha men-Jogja-kan diri untuk terbiasa menyantap soto Jogja berkuah kuning, tentunya dengan tambahan kol yang masih terbilang wagu itu. Berdamai, selayaknya saya terbiasa mengatakan ‘es teh tidak terlalu manis’ di Jogja, alih-alih ‘es teh mondo’ sebagai sebutan ‘es teh less sugar’ di Solo.
Namun berhari-hari tinggal di Kota Istimewa, tiap jelang sarapan, pikiran saya melayang ke daratan di timurnya yang berjarak 60-an kilometer. Pada akhirnya, satu hal yang saya lakukan tiap kali harus balik ke Jogja, ialah setidaknya singgah sebentar ke warung soto bening di kawasan Solo Raya. Tentunya dengan remukan karak, es teh mondo, dan isapan Menara setelahnya.
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Soto Bapak-Bapak di Jogja yang Sangat Affordable untuk Dompet Mahasiswa



















