Membahas kuliner Wonosobo tidak akan pernah ada habisnya. Daerah dengan julukan Kota di Atas Awan itu punya berbagai macam kuliner yang menggoyang lidah. Sebut saja mie ongklok, nasi megono, sagon, tempe kemul, dan masih banyak lagi. Nggak ketinggalan variasi soto seperti soto golak dan soto pringapus.
Setiap kuliner memiliki keunikan rasa dan tekstur. Tidak sedikit pula yang punya sejarah menarik. Soto golak dan soto pringapus misalnya, setelah ditarik ke belakang makanan ini muncul di tengah masa-masa sulit. Iya, kalian nggak salah dengar, dua makanan ini awalnya hanyalah alternatif kuliner yang kini digemari oleh berbagai kalangan.
Soto golak muncul di tengah masa paceklik
Soto ini berasal dari daerah Kaliwiro, Wonosobo. Berbeda dengan soto pada umumnya di Wonosobo yang berisi bihun dan potongan daging sapi atau ayam, dan nasi. Soto holak menggunakan golak sebagai pengganti nasi. Golak merupakan sumber karbohidrat yang berasal dari singkong.
Penyajian soto dan golak biasanya terpisah. Wajar saja, golak sebenarnya seperti cemilan. pelanggan bisa dengan bebas mencampurkan berapa banyak golak dengan soto. Rasa kuliner ini dominan gurih. Rasa gurih yang kuat karena keberadaan daun bawang dan bawang goreng.
Konon, alternatif panganan ini muncul di tengah paceklik atau gagal panen. Pada saat itu masyarakat sulit atau tidak mampu membeli beras. Mungkin kondisi ini sulit kalian percaya, mengingat sekarang Wonosobo merupakan salah satu daerah yang menghasilkan beras berkualitas unggul dan mahal. Namun, percayalah, masa-masa paceklik itu benar-benar bikin kerepotan warga Wonosobo hingga tercetus kuliner alternatif.
Soto pringapus keinginan masyarakat kelas bawah mencicipi daging
Soto pringapus merupakan soto dengan isian kuah gajih sapi, tauge, ketupat, seledri. Biasanya dinikmati dengan sate gajih yang baru disiapkan ketika ada orang yang memesan, Aroma dan rasanya begitu kuat karena campuran dari berbagai rempah.
Panganan ini begitu digemari di wilayah Kertek Wonosobo. Warga biasanya mencicipi panganan ini setelah melakukan kegiatan jual beli di pasar. Mereka menyantapnya sembari mengobrol sesama penjual atau pedagang, membuat suasana makan akan terasa dekat dan hangat.
Selain di pasar, orang Wonosobo biasanya mencicipi soto pringapus ketika lenggeran atau warokan, kegiatan kesenian, di desa-desa. Soto ini identik dengan lenggeran atau warokan karena penjualnya memang berkeliling sesuai dengan jadwal acara kesenian. Hingga pada akhirnya, ada beberapa orang yang memiliki inisiatif untuk membuka warung soto pringapus secara menetap.
Sajian soto dengan lemak daging yang begitu digemari ini muncul karena orang-orang yang tidak mampu memesan soto sapi. Mirip dengan kisah sate kere di Solo ya. Masyarakat yang terbatas secara ekonomi mencari alternatif panganan lain yang kini justru digemari oleh berbagai kalangan.
Bagaimana kalian jadi tertarik mencicipi 2 soto di atas? Tenang saja variasi soto itu dapat dengan mudah ditemukan di Wonosobo kok. Jadi kalau mampir Kota di Atas Awan, jangan lupa mencicipinya ya.
Penulis: Yoga Aditya L
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Wonosobo Memang Kota Preman, tapi Ada Sisi Positifnya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.