Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Solo Tembus Jogja? Apakah Hanya Kekerasan yang Akan Kita Wariskan Kelak?

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
25 Juli 2022
A A
Solo Tembus Jogja Apakah Hanya Kekerasan yang Akan Kita Wariskan Kelak (Unsplash.com)

Solo Tembus Jogja Apakah Hanya Kekerasan yang Akan Kita Wariskan Kelak (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Senin (25/7) siang. Rombongan suporter Solo berhasil tembus Jogja. Mereka membuat video di depan Tugu Jogja. Di sebuah landmark, sebuah tanda, sebuah identitas. Tak lama, rombongan bergerak masuk ke Jalan Gejayan, sebelum menuju ke Jalan Magelang. Sebuah pameran aneh yang bikin hati saya ngilu.

Senin siang, saya yakin mayoritas suporter Jogja tidak ada yang tahu bakal kejadian seperti ini. Pertama, Persis Solo akan bermain di Magelang. Wajarnya, rombongan suporter akan menghindari gesekan di perbatasan, apalagi sampai nekat masuk ke wilayah Kota Jogja. Karena tidak terduga, maka suporter Solo “masih sehat bugar” ketika bikin video di Tugu. Kalau ketahuan, bisa kamu bayangkan Senin 25 Juli 2022 akan jadi Senin berdarah.

Kedua, mungkin ada yang tahu kalau rombongan suporter Solo akan “mencoba menembus wilayah lawan”. Namun, tidak disebarkan secara masif untuk menghindari gesekan berbahaya dan saya respect dengan keputusan ini.

Namun, bukan itu yang ingin saya tegaskan di sini. Entah ini bisa disebut penegasan atau apa. Yang pasti, sebetulnya saya lelah betul dengan sepak bola Indonesia, di mana kekerasan yang terjadi sudah berwujud kedaerahan. Malas. Capek. Sedih. Semua jadi satu.

Entah, apakah suporter Solo tidak belajar dari kejadian almarhum Haringga Sirla? Sangat jahat kalau kalian sudah lupa akan nama almarhum. Apakah meninggalnya Haringga Sirla tidak cukup mengajari bahwa nyawa itu segalanya?

Persetan dengan segala atribut klub yang kalian dukung. Mau Solo, mau Jogja, mau Sleman, Bantul, Semarang, Surabaya, Malang, Jakarta, Bandung, mana saja. Kalian mati, kalian membusuk di dalam tanah. Klub-klub kesayangan kalian itu akan move on dan melupakan kalian. 

Yang tersisa hanya dendam yang akan diwariskan lagi dan lagi. Tidak lelah dengan semua ini?

Jahat sekali suporter sepak bola Indonesia kalau hanya bisa mewariskan kekerasan ke generasi selanjutnya. Mending kita semua tidak ada yang mengenal sepak bola, kalau olahraga ini menjadi sumber penderitaan mereka yang kalian tinggal mati dan membusuk di dalam tanah.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Saya tahu tulisan hanya akan seperti air hujan di musim kemarau. Basah sebentar, lalu hilang dihirup bumi. Tidak akan berbekas. Saya juga tahu, akan ada yang membantah dengan gagah, baik dari Solo maupun Jogja, bahwa ini “membela kesayangan” atau menggunakan dalih permusuhan sejak zaman kerajaan Mataram yang konyol sekali.

Dan sekarang, Senin sore ketika artikel ini selesai ditulis, dendam itu akan terus bersambung. Siap-siap saja suporter Jogja melakukan aksi balas dendam di perbatasan, di jalur-jalur kepulangan, atau bahkan menembus langsung ke Kota Solo. Dan itu artinya bencana.

Saya tidak tahu lagi harus bersuara kepada siapa. Ke petinggi suporter? Ke manajemen klub? Ke kepolisian? Toh kematian suporter itu tidak pernah menjadi hal yang penting banget di sepak bola Indonesia. Lihat saja di Bandung kemarin. Apakah sudah ada yang menjadi tersangka dari meninggalnya 2 Bobotoh waktu mengantre masuk stadion? Apakah pengusutannya berjalan cepat?

Sudah begitu suporter sendiri tak pernah dewasa dan mau jaga jarak dengan kekerasan. Seakan-akan, semuanya senang sekali merayakan kekerasan dan mendoktrin generasi selanjutnya bahwa darah suporter lawan itu halal.

Saya masih ingat, Dex Glenniza, mantan managing editor Pandit Football pernah bilang begini:

“Bagi sebagian besar pendukung kesebelasan, nyanyian-nyanyian suporter juga bisa menanamkan pikiran di dalam bawah sadar orang yang mendengarnya… nyanyian yang terus diulang-ulang ini, apalagi jika sudah didengarkan sejak anak-anak, akan tertanam di pikiran alam bawah sadarnya.”

Isi nyanyian ini tidak memberikan dampak secara langsung di kehidupan suporter generasi baru karena terbentur hukum negara, hukum adat, dan ajaran agama. Ia bersemayam dan akan meledak muncul ketika mendapatkan ekosistem yang dibutuhkan.

Ekosistem yang dibutuhkan adalah ketika suporter generasi baru ini berkumpul bersama pendukung kesebelasan yang sama, dengan pemikiran yang sama. Apalagi ketika mereka bertemu dengan suporter lawan. Alam bawah sadar itu menyeruak dan menjadi dorongan besar untuk merusak. Ia mendapatkan ruang untuk diekspresikan.

Kata Sigmund Freud, dorongan dari alam bawah sadar yang sifatnya naluriah dari manusia pada dasarnya bersifat destruktif. Saya sangat setuju dengan pendapat ini, apalagi ketika menggunakan konteks suporter sepak bola Indonesia. Adanya kekerasan yang diwariskan, ditanamkan dengan sangat paripurna, seperti bibit badai yang siap disemai pada waktunya.

Ya, itulah yang terjadi di Tugu, Gejayan, dan Jalan Magelang. Warisan kekerasan dari suporter Solo dan mohon maaf harus saya tegaskan, suporter Jogja. Jangan kira ini hanya 1 arah saja. Ini hanya fragmen kecil dari sejarah kekerasan yang sudah terlalu panjang. Ini hanya 1 dari banyak kejadian yang saya yakin akan terulang lagi.

Akhir kata, saya hanya bisa titip salam untuk para petinggi suporter Solo, Jogja, dan semua suporter di Indonesia. Kekerasan itu seperti candu. Ia akan bertahan lama di dalam darah. Menjadi racun bagi otak, tapi memberi rasa nikmat yang tidak terbayangkan.

Dan, kejadian Solo tembus Jogja, bisa memantik kekerasan lain, entah dalam waktu dekat atau lama. Yang pasti, usaha membangun kedamaian itu ada dan pernah saya jelaskan di sebuah tulisan. Link tulisannya saya taruh di bawah tulisan. Silakan jika berminat untuk membaca.

Lalu, untuk sekarang dan nanti, semuanya bergantung kepada niat, hati, dan akal sehat.

Penulis: Yamadipati Seno

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Senjakala Suporter Sepak Bola Indonesia: Mari Memutus Warisan Kekerasan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

 

Terakhir diperbarui pada 25 Juli 2022 oleh

Tags: GejayanJogjaPasoepatipsimsoloSolo tembus JogjaSuporter
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

ArtikelTerkait

Saya Justru Menyesal Tidak Jadi Kuliah di Jogja pariwisata jogja caleg jogja

Jogja Istimewa, tapi Pengguna Jalannya Bikin Sengsara!

28 Juni 2023
Indomaret Yudonegaran Jogja Cabang Paling “Sultan”, Berada di Kompleks Tempat Tinggal Keluarga Kerajaan Mojok.co

Indomaret Yudonegaran Jogja Cabang Paling “Sultan”, Berada di Kompleks Tempat Tinggal Keluarga Kerajaan

25 April 2024
Solo Punya Segalanya, tapi Masih Kalah Pamor sama Jogja

Kasihan Solo, Selalu Dibandingkan dengan Jogja, padahal Perbandingannya Kerap Tidak Adil!

27 November 2025
5 Angkringan Kulon Progo yang Murah, Enak, dan Nyaman terminal mojok.co

5 Angkringan Kulon Progo yang Murah, Enak, dan Nyaman

9 November 2021
Jogja Kota Salah Urus dan Sulit Dinikmati Warganya Sendiri (Unsplash)

Jogja Tidak Pantas Lagi Menyandang Kota Wisata dan Kota Pendidikan karena Tidak Bisa Dinikmati oleh Warganya Sendiri

2 Februari 2024
4 Rekomendasi Ayam Geprek Jogja dengan Rasa Sambal Paling "Nendang" Mojok.co

4 Rekomendasi Ayam Geprek Jogja dengan Rasa Sambal Paling “Nendang”

9 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.