Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Siswa yang Menang Lomba, Sekolah yang Dapat Piala

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
21 Oktober 2021
A A
yang menang lomba siswa, yang dapet piala sekolah
Share on FacebookShare on Twitter

Punya piala adalah pencapaian untuk banyak orang. Bisa memajang piala di ruang tamu merupakan bukti nyata prestasi. Beberapa orang memang ingin pamer. Ada juga yang pengin menggunakannya sebagai peningkat derajat keluarga. Sementara sebagian kecil menggunakannya untuk hiasan. Tapi, ada juga yang niat beli piala, biar dikira berprestasi.

Yang jelas, piala bisa menunjukkan bahwa kita bisa memenangi sesuatu, atau berbuat sesuatu lebih dari kebanyakan orang. Dan untuk beberapa orang, hal itu amat penting.

Sejak kecil saya sering mewakili sekolah dalam beberapa perlombaan. Hampir semuanya menghasilkan piala, terutama seni lukis. Sayang, semua hasil kemenangan itu tak ada yang bisa dibawa pulang ke rumah. Seperti kebanyakan sekolah lain, piala adalah hak milik sekolah. Kalau pengin punya, harus bikin duplikatnya. Sialnya, biaya bikin duplikatnya itu cenderung mahal, susah digapai untuk ekonomi pas-pasan.

Mungkin Anda sekalian juga merasakan pengalaman nyemoni semacam itu. Biasanya hanya piagam yang diberikan. Piagam memang bisa menambah nilai saat pendaftaran masuk sekolah. Tapi, piala punya nilai yang lebih daripada itu. Ia adalah tanda dan bukti dari perjuangan. Tak jarang, barang itu menjadi kenang-kenangan, pun sebagai sarana orang tua untuk membanggakan anaknya di depan tetangga.

Untuk orang berduit, bikin duplikat memang mudah. Tapi, terkadang hidup berjalan seperti sinetron atau film Joshua Oh Joshua. Anak yang tak berpunya, justru yang berprestasi. Lebih susah lagi saat semua anak di sekolah itu punya ekonomi yang mengsedih. Kenapa bukan sekolah saja yang bikin duplikatnya, yang asli buat si pemenang, kan sama saja? Namun, nyatanya tak semudah itu. Budaya ini merupakan budaya turun temurun dan memang susah digoyahkan. Seperti budaya anti-mengakui kesalahan, anti-minta maaf, dan main buzzer.

Yang saya alami lebih menjemukan. Saat tanya perihal hak saya mengenai piala, jawaban yang saya terima sungguh ajaib. Kata seorang guru, saya sudah difasilitasi dan dibiayai sekolah, pun itu merupakan kebiasaan sejak dulu. Mungkin maksud dari dibiayai dan difasilitasi adalah saya disewakan angkot untuk berangkat bersama kawan lain yang mewakili sekolah. Tapi, saya latihan sendiri, beli alat-alat sendiri, tanpa pelatih maupun diberi alat. Dikasih ding, duit buat beli kertas, itu pun hanya cukup untuk beli satu lembar kertas.

Tapi, tak mengapa. Kata guru saya itu adalah cara ((membalas budi)) kepada sekolah. Lalu ada yang menambahkan, bahwa lomba itu untuk kepentingan siswa sendiri. Sehingga orang tua yang harusnya memfasilitasi semuanya (melihat orang tua membeli kertas dan crayon saja membuat saya nggak enak dan nggak tega). Dan atas “kebaikan” sekolah, saya harus menerima hak kepemilikan saya hilang. Lalu saya ditawari untuk membuat duplikatnya. Duit seko ngendi, Pak? Alhasil piala itu hanya bisa saya lihat di rak sekolah. Hingga saya lulus, barang itu tetap di sana sampai kini.

Kisah-kisah menyebalkan semacam ini jamak terjadi. Banyak yang bernasib sama. Padahal piala jelas-jelas diberikan kepada siswa pemenang, bukan kepada rak dan lemari sekolah. Memang, terkadang ada sekolah yang benar-benar punya peran, namun bukan berarti boleh menyerobot hak kepemilikan. Tak semua sekolah juga seperti itu, banyak juga yang menyerahkan piala kepada siswanya. Sebuah kesadaran yang harusnya disebarluaskan. Tapi, kalau sudah ada perjanjian dan sama-sama ikhlas, tentu tak mengapa.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

Piala memang terlihat gagah dan bisa bikin yang punya terlihat trengginas. Prestasi siswa memang beririsan dengan daya tarik sekolah. Semakin banyak prestasi, tentu nama sekolah ikutan makin moncer. Terkadang jumlah piala di lorong dan rak sekolah ikut menjadi indikator prestasi sebuah sekolah. Dan memang citra sekolah ikutan jadi bagus saat ada banyak piala yang dipajang.

Namun, ketika deretan tanda prestasi yang ada di lemari itu bukan haknya, apa yang dibanggakan? Rasanya miris, sekolah tak memberi kontribusi yang signifikan, namun mengambil jatah kemenangan paling besar. Tak meneteskan keringat, tapi maju paling depan saat juara.

Perilaku mengambil tanda prestasi milik siswa ini menurut saya harus segera disudahi, sih. Kecuali sudah ada perjanjian atau kompensasi, jangan sekali-kali sekolah kepikiran mengambil tanda prestasi. Apalagi kalau nggak berkontribusi, wes ra mashok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Oktober 2021 oleh

Tags: pialaSekolahSiswa
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

Praktik Akad Nikah di Sekolah Nggak Berfaedah, yang Lebih Penting Masih Banyak!

Praktik Akad Nikah di Sekolah Nggak Berfaedah, yang Lebih Penting Masih Banyak!

9 November 2022
7 Rekomendasi Toko Alat Tulis Murah dan Terpercaya di Shopee

7 Rekomendasi Toko Alat Tulis Murah dan Terpercaya di Shopee

26 Juni 2023
Orang Tua Lebih Memilih Sekolah Swasta meskipun Biayanya Mahal karena Memang Sebagus Itu, Sekolah Negeri Perlu Ngaca sekolah swasta gratis

Orang Tua Lebih Memilih Sekolah Swasta meskipun Biayanya Mahal karena Memang Sebagus Itu, Sekolah Negeri Perlu Ngaca

25 Juli 2024
madura calon mertua menikah dengan teman satu kantor mojok

Tradisi Piala Bergilir Saat Teman Menikah Itu Konyol!

14 Mei 2021
Kontroversi Depok: Membangun Masjid tapi Menggusur Sekolah, Logikanya Gimana Sih?

Kontroversi Depok: Membangun Masjid tapi Menggusur Sekolah, Logikanya Gimana Sih?

15 Desember 2022
Menerka Alasan Baju Olahraga Sekolah Desainnya Selalu Bikin Malu

Menerka Alasan Seragam Olahraga Sekolah Desainnya Selalu Bikin Malu

26 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.