Sisipan Iklan di Sinetron Indonesia Bikin Alur Cerita Jadi Nggak Nyambung

Menerka Alasan Alur Cerita Sinetron di Indonesia Banyak yang Absurd terminal mojok.co

Dulu, tiap kali nonton sinetron Indonesia, saya paling malas ketika sampai di bagian iklan. Biasanya bakalan lama banget. Tayangan sinetronnya hanya main lima sampai sepuluh menit, iklannya bisa sepuluh sampai lima belas menit. Makanya, tiap iklan saya lebih milih ganti stasiun TV, meskipun ujung-ujungnya malah kelupaan sama sinetron sebelumnya.

Baru-baru ini, tayangan iklan di sinetron Indonesia makin variatif, meskipun tetap sama menyebalkannya sih. Iklannya nggak lagi disiarkan bergantian saat jeda tayangan, melainkan disisipkan ke adegan.

Dari situlah masalah ini dimulai.

Iklan-iklan ini biasanya muncul di saat yang nggak tepat dan sering mengacaukan jalan cerita yang sedang berlangsung. Pokoknya, ganggu banget dan bikin illfeel. Bayangkan, saya pernah melihat tayangan sinetron yang tokoh suaminya baru saja ketahuan selingkuh lalu bertengkar hebat dengan istrinya. Ujug-ujug mereka duduk berdua di meja makan. Si istri dengan mesranya menawarkan sang suami minum teh bersama (yang berasal dari sponsor). Apa nggak aneh tuh?

Setelahnya, alur cerita kembali lagi pada konflik awal saat mereka bertengkar dan saling teriak. Seolah-olah adegan minum teh dari sponsor tadi nggak pernah ada. Ya ampun, saya yang menonton tayangan tersebut seketika bingung. Maksudnya gimana, ya?

Kali lain, saya menemukan pengalaman yang lebih tragis. Salah seorang tokoh dalam sinetron Indonesia yang saya tonton baru saja mengalami kejadian traumatis. Saking tertekannya, ia memilih mengurung diri di kamar dan menolak berbicara dengan kakaknya. Dalam tayangan tersebut, disorot muka sang tokoh yang sedang menangis dan depresi. Pokoknya, adegannya amatlah tegang dan mengaduk perasaan. Penonton melankolis macam saya ini udah mau menangis rasanya.

Saat hanpir ngelap ingus, tiba-tiba adegan lain muncul. Tokoh kakak dan adiknya (iya, adiknya yang tadi depresi dan nangis-nangis itu) sudah duduk di meja makan. Sang kakak mengeluh capek dan lapar. Lalu, si adik menawarkan si kakak untuk makan mi buatannya yang merupakan salah satu merek sponsor di sinetron tersebut.

Cerita makin absurd ketika mereka berdua lalu makan bersama sambil tertawa-tawa setelah sebelumnya si adik dengan sangat fasih menjelaskan manfaat dan kandungan mi itu. Lah, bukannya tadi adegannya emosional? Kok tiba-tiba ngelawak?

Saya nggak tahu, dari mana para sutradara dan produser dapat ilham menyisipkan iklan ke adegan sinetron. Mungkinkah terinspirasi film luar negeri? Dari drama-drama Korea? Sebagai ide cari cuan, strategi ini memang jos. Mau nggak mau, suka nggak suka, penonton bakalan melihat iklan tersebut.

Yang menyebalkan adalah eksekusinya. Seakan nggak bisa lebih kreatif, iklan-iklan tersebut muncul di tengah konflik hingga menjelang klimaks. Hasilnya: cerita yang lagi ditonton jadi nggak nyambung. Terkadang, malah muncul tokoh-tokoh figuran—yang sebelumnya sama sekali nggak ada di sinetron tersebut—hanya demi menjelaskan produk sponsornya. Pffft.

Kalau mau meniru drakor mah harusnya adegan yang disisipi iklan tersebut harus bisa lebih realistis. Kemunculan si iklan juga mesti di saat yang tepat, nggak memotong adegan penting atau konflik yang sedang berlangsung. Saya ingat pernah menonton drama Korea The Doctors yang diperankan oleh Park Shin-hye. Dalam satu episode, Shin- hye merasa kelelahan sehabis bertugas di rumah sakit. Ia lalu memutuskan keramas. Nah, di sinilah produk-produk sponsor muncul. Halus, pas.

Yang juga perlu dicatat, Shin-hye memakai sampo yang produknya hanya disorot sekilas. Iya, cuma sekilas dan nggak semena-mena merampok atensi saya sebagai penonton. Kemudian, secara implisit dirinya berbincang-bincang dengan seorang teman tentang rambutnya yang berubah jadi wangi, lembut, dan blablabla. Setelah itu percakapan dilanjutkan dengan permasalahan yang dihadapi Shin-hye. Kerasa kan gimana sisipan promosi bisa terjadi secara natural tanpa merusak alur.

Contoh lain. Di drakor Descendants of the Sun, saya menemukan produk sponsor yang muncul di saat konflik sedang berlangsung. Tapi, hebatnya, sisipan ini sama sekali nggak mengganggu alur cerita yang sedang terjadi. Habis, produk tersebut emang diperlukan dalam adegan itu. Pokoknya keren banget. Nggak ada kesan hard sell sama sekali.

Ke depannya, saya pikir sisipan produk-produk sponsor di sinetron Indonesia kudu lah dibikin lebih halus. Nggak perlu lagi merusak alur cerita. Udah cukup sinetron-sinetron selama ini bikin penonton macam saya berubah mood. Yang tadinya udah mau nangis jadi ngakak sendiri.

BACA JUGA 8 Hal yang Biasanya Sering Kena Razia di Sekolah dan tulisan Siti Halwah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version