Identik dengan kemewahan dan eksklusivitas, Distrik Gangnam di Seoul, Korea Selatan tak ubahnya sebuah simbol status sosial. Siapa pun yang tercatat sebagai pemegang KTP Gangnam pasti akan langsung mendapatkan sebutan orang kaya dan menjadi ikon kemapanan.
Di drama Korea maupun dunia nyata, Gangnam selalu digambarkan sebagai distrik glamor. Huniannya saja bernilai fantastis dan bisa bikin kantong UMR kita menangis. Harga apartemen seluas 3,3 m2 di Gangnam mencapai KRW 72 juta atau setara Rp840 juta. Belum lagi biaya hidup, transportasi, dan pendidikan di distrik ini juga sangat mahal.
Semahal apa pun Gangnam tetap nggak akan menahan orang-orang Korea untuk bercita-cita tinggal di sana suatu saat. Gangnam turut diminati oleh orang luar Korea semenjak meningkatnya popularitas lagu “Gangnam Style”. Makin banyak orang yang tahu soal Gangnam deh.
Tapi, bukan dunia fana kalau di baliknya nggak menyimpan sisi gelap. Semewah apa pun Gangnam yang membuatnya didambakan oleh banyak orang untuk dikunjungi maupun ditinggali, kawasan ini juga punya banyak borok. Bisa jadi sisi gelap Gangnam ini membuatmu punya pandangan yang berbeda terhadap distrik mahal ini.
Daftar Isi
Kejahatan seks, prostitusi, dan suap di klub mewah
Masih inget sama Burning Sun? Kasus yang bergulir dari 2018 sampai 2019 ini menyeret sejumlah nama besar, seperti Seungri eks-Big Bang, musisi Jung Joon Young, hingga eks-gitaris CNBLUE, Lee Jong Hyun. Di antara rentetan kasus Burning Sun, kejadian yang paling menghebohkan adalah dugaan skandal seks, prostitusi, kejahatan seksual, sampai penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Saking terkenalnya kasus Burning Sun, drama Korea Taxi Driver 2 sampai mengangkat kasus tersebut di beberapa episodenya. Ada beberapa tokoh yang disinyalir merupakan plesetan dari oknum-oknum yang terlibat, seperti Victor (disangka namanya memiliki arti yang sama dengan Seungri) dan CEO Yang Mi Kyung yang diduga menggambarkan CEO YG Entertainment Yang Hyun Suk.
Ternyata, di Gangnam kejadian seperti itu nggak hanya berlangsung di Burning Sun. Di berbagai club mewah di Gangnam, banyak aktivitas ilegal yang melibatkan selebriti, pengusaha, sampai polisi. Mirip dengan Burning Sun, banyak club di Gangnam yang menjadi pusatnya kejahatan seksual. Banyak perempuan yang menjadi korban pemerkosaan menggunakan narkoba. Lebih parahnya lagi, mereka turut jadi korban spy cam.
Pengusaha juga biasanya menyuap polisi untuk menghindari pajak. Nggak jarang juga mereka menyumpal mulut pihak kepolisian biar nggak menutup klubnya maupun menciduk oknum-oknum yang terlibat dalam kejahatan seksual di klub yang bersangkutan.
Orang miskin dilarang ke Gangnam
Kalau ngomongin makanan Korea, mungkin yang pertama kali terlintas di benak kita adalah tteokbokki, odeng, atau bungeoppang. Ketiga makanan itu termasuk street food yang umumnya dijual oleh pedagang kaki lima di Korea Selatan. Korean Tourism Organisation (KTO) di bawah Kementerian Budaya dan Pariwisata juga gencar mempromosikan street food Korea ke masyarakat dunia.
Tapi Wali Kota Gangnam, Shin Yeon Hee, sepertinya punya rencana lain. Dia pengin mengubah Gangnam menjadi wilayah mewah yang menarik minat wisatawan luar negeri untuk berbelanja barang-barang high-end di sana. Tapi mirisnya, Wali Kota Shin menggunakan kekerasan fisik untuk mengusir para pedagang kaki lima. Ia menyewa preman untuk mengintimidasi para pedagang dengan mengancam, memaki, dan menghancurkan lapak mereka. Pedagang lansia pun nggak luput dari kekerasan itu. Video kekerasan terhadap pedagang kaki lima ini sempat viral di media sosial.
Pemukiman kumuh korban kuasa negara
Masih tergabung di kawasan Gangnam, ada sebuah desa dengan ratusan rumah semi-permanen dari kardus dan triplek. Desa Guryong yang berdiri nggak jauh dari gedung-gedung tingg ini sudah berdiri sejak 1988. Penduduk yang tinggal di Guryong mayoritas adalah orang-orang lansia yang setiap harinya cuma dapat uang sedikit banget dari pekerjaan serabutan. Situasi dan kondisi Desa Guryong ini mirip-mirip sama tempat tinggal Keluarga Kim di film Parasite.
Penduduk Desa Guryong dulunya adalah warga Seoul yang terusir dari tempat tinggal mereka karena proyek pembangunan kota untuk menyambut Olimpiade Musim Panas 1988. Korea Selatan yang pada masa itu masih dipimpin oleh seorang diktator mengerahkan militer untuk membersihkan semua perkampungan yang berpendapatan rendah. Rumah-rumah mereka diratakan dan lahannya dijadikan jalan, gedung bertingkat, stadion, dan taman kota.
Warga Desa Guryong ini nantinya akan direlokasi ke tempat lain secara bertahap. Pemerintah Metropolitan Seoul merencanakan agar pemindahan semua penduduk Guryong selesai pada 2025. Tapi sebelum semua proses relokasi ini selesai, Guryong justru dilanda bencana kebakaran. Sedihnya, tragedi kebakaran ini sering banget terjadi di Guryong sejak 2009 hingga 2023.
Di balik gemerlapnya Gangnam yang digadang-gadang jadi kawasan paling mewah di Korea Selatan, masih tampak kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Kawasan Gangnam rupanya juga nggak aman buat perempuan. Harus pikir-pikir lagi kalau mau datang ke sana, sih.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sisi Gelap Korea Selatan: Ketika Makeup Tebal Tak Mampu Menutupi Kebusukan