Program TV di Indonesia banyak yang problematik, termasuk adegan-adegan dalan sinetron Indonesia yang banyak nggak masuk akalnya.
Menonton tayangan televisi masih diminati oleh sejumlah kalangan di Indonesia. Walau, kata beberapa orang menonton TV sudah hampir ketinggalan zaman. Oleh sebab itu, kalian kalau baca komenan medsos pasti menemukan orang yang dengan hebatnya bertanya, “Kalian menonton TV?” Padahal, TV bisa jadi aset besar bagi Indonesia agar lebih dikenal secara global.
Namun, banyak yang perlu dibenahi dari televisi Indonesia. Mulai dari reality show yang kelewat settingan tapi sok real, sampai sinetronnya yang bisa berlanjut hingga ribuan episode dengan adegan dan permasalahan yang nggak banget. Dari beberapa adegan sinetron Indonesia yang paling memuakkan para penonton milenial adalah adegan ngomong dalam hati.
Adegan tersebut sebenarnya ada di sinetron-sinetron luar negeri. Bahkan, dalam drama Korea pun menyempatkan adegan ngomong dalam hati. Tapi, di Indonesia adegan itu terlalu melampaui batas wajar. Adegan itu bisa melahap habis beberapa menit sinetron untuk satu adegan, bayangkan kalau ada lima aktor yang melakukan adegan itu. Mubazir banget jalan ceritanya.
Memang, yang namanya sinetron itu adalah sebuah karya videografi yang tidak nyata atau fiksi. Namun, sangat tidak wajar jika ada orang yang berbicara dalam hati sebegitu lamanya sambil melamun nggak jelas. Misalnya, ketika kepergok maling HP, sang aktor langsung melakukan adegan ngomong dalam hati dan berbicara, “Haduh, harusnya aku nggak ngumpet di sini, kalau aku tahu kayak ini, aku pasti bla… bla… bla….”
Panjang banget, kan? Coba, kalau di dunia nyata, ketika kepergok maling, mana mungkin ngomong dalam hati dulu selama itu? Paling langsung dikeroyok warga. Sementara, setelah ngomong dalam hati, si lawan bicara aktor itu malah nungguin, terus ngomong, “Kok diem aja?” sungguh tidak masuk akal!
JIka kita melihat drama Korea, ketika ada adegan serupa, sang aktor yang kepergok maling HP itu langsung berwajah panik dan lari. Termasuk lawan mainnya yang ikut ngejar. Paling ngomong dalam hati satu kalimat sambil berlari. Logis tidak? jelas, dong! Itu sebabnya drama Korea banyak peminatnya, selain karena wajah aktornya yang cakep, juga karena adegan dan suasana yang dekat dengan kenyataan, walau tidak total.
Mungkin, sinetron Indonesia lebih berkiblat pada sinetron India. Jika kita lihat, sinetron India yang tayang di televisi kita terkesan terlalu lebay dan hiperbola yang nggak jelas. Mana ada orang tergelincir terus kena tirai, lalu dililitkan ke leher, dan terancam nyawanya. Ah, nggak jelas! Termasuk, efek-efek visual dan suara yang berlebihan, dan biasanya ini terjadi ketika ada adegan berbicara dalam hati.
Adegan-adegan tersebut mungkin masih bisa menggaet hati kalangan senior atau tua. Seperti ibu saya yang setiap malam mantengin sinetron Ikatan Cinta yang konfliknya hampir masuk ke klimaks, lalu diulur lagi. Mungkin karena sinetron ini masih tenar, sutradara dan produser memilih melanjutkannya ketimbang menamatkannya dan membuat season dua setelahnya.
Hampir semua sinetron Indonesia memasukkan adegan tersebut. Entah, disengaja atau tidak. Atau mungkin karena sudah terbiasa. Namun, seharusnya sinetron-sinetron yang sekarang sedang tayang, bisa mengikuti jejak sinetron tahunan Para Pencari Tuhan. Jika kita menyaksikannya dengan seksama, jarang sekali ada adegan berbicara dalam hati.
Akan tetapi, para aktor yang langsung menunjukkan ekspresi sesuai dengan keadaaan yang sedang di-shoot. Hal itu sangat sederhana, tapi sangat cocok untuk diterapkan karena anak-anak zaman sekarang itu nggak suka jalan cerita yang terlalu rumit, dengan masalah yang sepele. Masalah besar dengan jalan cerita yang sederhana lebih disukai oleh kalangan muda zaman sekarang.
Saya contohkan sinetron Preman Pensiun. Sinetron dengan suasana khas Sunda ini memiliki kedekatan dengan masyarakat dan kenyataan. Termasuk dalam adegan-adegan yang disuguhkan. Ketika mengejar maling terasa nyata, jarang ada adegan ngomong dalam hati. Buktinya, sampai sekarang sinetron itu berlanjut hingga seri kelima.
Jadi, jika ingin memperbaiki pertelevisian Indonesia dari segi hiburan khususnya sinetron. Tolong, kurangi adegan ngomong dalam hati. Hal itu memang cukup sederhana, tapi efeknya sangat beda. Bisa jadi sinetron Indonesia bisa terkenal seperti drama Korea? Nggak ada yang nggak mungkin selama kita mau mengubahnya, ya kalau nggak mau berubah ya sudah. Toh, pilihan tontonan di YouTube masih banyak, ngapain harus “ngaboti” acara-acara TV yang nggak jelas itu.
Sumber foto: Instagram @ikatancinta.rcti
BACA JUGA Sinetron ‘Suara Hati Istri: Zahra’, Analisis Sinetron tentang Remaja yang Jadi Istri Ketiga Om-om dan tulisan Muhammad Afsal Fauzan S. lainnya.