Kalau bisa, mending hindari simpang empat Branggahan Kediri kalau nggak mau terjebak macet.
Ketika membicarakan intensitas lalu lintas di Kediri, sebenarnya wilayah kota jauh lebih padat daripada wilayah kabupaten. Pasalnya wilayah kota sangatlah kecil dibandingkan kabupaten. Selain itu, wilayah kota menjadi berbagai pusat aktivitas publik, mulai dari pendidikan, ekonomi, industri, dll.
Jika kita melewati Jalan Diponegoro Kota Kediri pada pagi hari, siap-siap saja akan menghadapi padatnya kendaraan dan bahkan merasakan macet. Karena jalan tersebut menghubungkan masyarakat ke pusat-pusat aktivitas publik, seperti pendidikan dan ekonomi. Belum lagi di situ terdapat SMPN 1 Kediri dan kantor Bea Cukai Kediri.
Akan tetapi bagaimana jika yang macet adalah wilayah kabupaten yang notabene memiliki wilayah yang luas dengan pusat-pusat aktivitas publik yang tersebar? Meskipun Kabupaten Kediri merupakan kabupaten terluas nomor 14 se-Jawa Timur, masih sempet-sempetnya terjadi kemacetan di sini. Setidaknya itu yang terjadi di simpang empat Branggahan Kediri.
Simpang empat Branggahan Kediri identik dengan kuliner khasnya, soto branggahan, yang kedainya berjejer dari utara sampai selatan persimpangan. Branggahan sendiri adalah nama desa di Kecamatan Ngadiluwih, daerah yang menghubungkan antara Kediri dan Tulungagung. Meskipun bukan satu-satunya jalan yang menghubungkan Kediri-Tulungagung, jalan ini adalah jalur yang dilintasi oleh bus-bus besar seperti Harapan Jaya, Bagong, dan Pelita Indah.
Daftar Isi
Ruas jalan terlalu kecil untuk lalu lintas antarkota
Tidak seperti jalan antarkota di kota-kota lain, jalan di simpang empat Branggahan Kediri cenderung sempit. Hanya ada dua lajur berlawanan untuk dua kendaraan secara bersamaan. Jadi bisa dibayangkan bagaimana macetnya simpang empat Branggahan ketika lampu merah.
Belum lagi jika ada kendaraan besar seperti bus dan truk. Dua jenis kendaraan besar ini bisa menyita ruang lajur yang ada. Sehingga kendaraan-kendaraan yang relatif lebih kecil hanya bisa mengantre di belakangnya.
Mengingat jalur ini cukup penting untuk menghubungkan Kediri-Tulungagung, intensitas kendaraan memang cukup banyak. Belum lagi ditambahi lalu lintas dari masyarakat Kediri sendiri. Peh!
Rumah sakit, soto, sampai pabrik gula ada di dekat persimpangan ini
Di selatan persimpangan Branggahan, terdapat Rumah Sakit Arga Husada. Tentu saja banyak kendaraan yang masuk-keluar RS. Itu yang menjadikan intensitas arus lalu lintas semakin padat di simpang empat Branggahan Kediri.
Belum lagi orang-orang yang ingin mengisi perutnya dengan kuliner soto khas Branggahan. Bagi pengendara mobil, mereka harus memarkirkan kendaraannya di samping jalan raya. Mobil-mobil yang parkir itu cukup membuat kesan betapa padatnya simpang empat Branggahan.
Bukan hanya itu, sekitar 2 kilometer arah selatan dari simpang empat Branggahan Kediri, terdapat pabrik gula Ngadirejo. Pabrik tersebut masih beroperasi sampai hari ini. Jadi tak perlu heran melihat banyak truk pengangkut tebu yang keluar-masuk pabrik dan melintasi simpang empat.
Coba bayangkan kalau truk pengangkut tebu itu jalan bareng 3 sampai 5 truk, ditambah bus dan pengendara roda empat lainnya. Mungkin kita bisa nunggu lampu merah sambil makan soto.
Simpang empat Branggahan Kediri strategis
Selain menghubungkan Kediri-Tulungagung, simpang empat ini juga menghubungkan wilayah strategis lainnya. Jika ke arah timur, maka akan menghubungkan wilayah kecamatan Kandat.
Kecamatan kandat ini merupakan daerah yang menghubungkan antara Kediri dan Blitar. Sehingga sangat memungkinkan bagi kendaraan dari Blitar ingin ke arah Nganjuk akan memotong jalan di persimpangan ini.
Kemudian jika ke arah barat, maka akan menuju jembatan Wijaya Kusuma yang menyeberangi sungai Brantas. Jembatan ini menjadi salah satu alternatif penyeberangan di wilayah Kediri.
Di seberang jembatan adalah Kecamatan Mojo, kecamatan yang menjadi jalan alternatif, baik menuju Tulungagung ke arah selatan maupun Nganjuk ke arah utara. Bisa dibayangkan bagaimana betapa pentingnya simpang empat Branggahan Kediri ini.
Lampu lalu lintas di simpang empat Branggahan Kediri tak mampu mengurai kemacetan
Sebenarnya kehadiran lampu lalu lintas merupakan upaya mengurangi kemacetan. Saya tidak bisa membayangkan kemacetan simpang empat Branggahan Kediri tanpa lampu lalu lintas. Meskipun demikian, adanya lampu lalu lintas hanya mengurangi sedikit dari kemacetan yang terjadi.
Beberapa orang akan menyalahkan lampu lalu lintas yang lampu merahnya tidak proporsional dengan intensitas kendaraan. Akibatnya kendaraan akan menumpuk pada saat lampu merah. Bahkan di antara mereka ada yang terpaksa menikmati lampu merah sampai dua kali saking menumpuknya kendaraan.
Salah satu solusi yang bisa digunakan adalah menghindari simpang empat Branggahan Kediri di jam-jam sibuk. Pagi hari mungkin masih belum terlalu macet. Mulai jam 10 ke atas baru akan terasa macetnya, sampai sore bahkan sampai malam. Jika tidak pagi-pagi sekali, kalau mau lewat sini ya harus malam jam 8 ke atas.
Selain itu, pengendara, khususnya pengendara motor, harus pintar-pintar mencari jalan tikus. Beberapa gang di sepanjang jalan Branggahan bisa memotong untuk tidak lewat simpang empat. Bukannya apa-apa, kadang sangat mengesalkan juga jika kita harus mengantre kendaraan di siang hari.
Penulis: Mohammad Sirojul Akbar
Editor: Intan Ekapratiwi