Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Olahraga

Siapa yang Lebih Bangga dengan Keberhasilan PBSI dalam Menyabet Thomas Cup?

Made Supriatma oleh Made Supriatma
19 Oktober 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Dua hari lalu, saya mengikuti pertandingan bulutangkis yang memperebutkan piala Thomas. Adrenalin saya naik, tentu saja. Negeri Tiongkok menurunkan tim kelas duanya dalam Thomas Cup. Saya tidak tahu mengapa.

Ada yang berteori bahwa Tiongkok sebenarnya menyerahkan piala itu ke Indonesia supaya kepentingan bisnisnya lancar. Saya kira itu prasangka buruk. Saya lebih yakin bahwa Tiongkok menyimpan pemain-pemain kelas satunya untuk kejuaraan yang lebih besar dan lebih penting. Saya tidak tahu. Saya bukan pakar perbulutangkisan.

Nah, ada yang menarik di akhir kejuaraan ini. Pemenangnya bukan negara, tetapi lembaga swasta yang berasal dari Indonesia. Bendera Indonesia tidak dikibarkan, yang berkibar adalah bendera PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).

Memang ada kata Indonesia di sana, tapi bukan negara Indonesia. PBSI tidak identik dengan NKRI. PBSI adalah lembaga swasta.

Namun, bukankah PBSI menerima dana APBN? Iya. Tapi, tidak dengan serta merta menjadikannya sebagai lembaga negara. PBSI menerima bantuan untuk “pembinaan bulutangkis” dari Kemenpora. Itu dana alokasi dana Kemenpora. Di dalam APBN, ada PSO dana untuk Kemenpora dan kementerian ini mengalokasikan dananya, salah satunya ke PBSI.

Uang bantuan itu tentu saja salah satu sumber pemasukan dari organisasi swasta bernama PBSI ini. Dia pasti punya sumber pemasukan lain.

Jadi, “fixed” bahwa PBSI adalah swasta. Lha terus bagaimana dengan Indonesia? Kan PBSI membawa nama Indonesia juga? Iya, betul. Ia lembaga swasta Indonesia.

Terus, bagaimana dengan kebanggaan kita sebagai bangsa? Ya, boleh-boleh saja mencantolkan nasionalisme ke dalam prestasi PBSI ini. Sama seperti Anda bangga bahwa Indomie adalah karya jenial anak bangsa.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Tidak ada salahnya. Mungkin berguna juga. Paling tidak rasa bangga itu membuat Anda merasa memiliki bangsa ini dan berbuat sesuatu. Misalnya, dengan cerewet kalau pengelolaannya tidak beres. Bisa saja, kan?

Tapi di balik itu, ada sesuatu yang serius. Lembaga swasta menang Thomas Cup!

Ini akan membuat kaum libertarian dan kaum marxis bergembira. Keduanya, dengan alasan berbeda, sangat membenci negara.

Kaum marxis menganggap negara hanyalah sebuah “panitia penghisapan yang dikendalikan kaum borjuis.” Paham ya arti kata-kata besar itu. Negara itu nanti akan layu dengan sendirinya kalau masyarakat sosialis tercapai. Itu adalah masyarakat di mana semua orang bekerja sesuai kemampuannya, mendapat sesuai kebutuhannya.

Anehnya, dalam pandangan kaum marxis, negara itu diperlukan untuk mencapai masyarakat itu. Perlu ada kediktatoran kaum proletariat untuk mewujudkan masyarakat sosialis itu.

Nah, dalam perspektif ini kemenangan PBSI dalam Thomas Cup ini jelas tidak sejalan dengan kediktatoran proletariat. PBSI adalah lembaga swasta, bukan milik publik dan tidak dikendalikan oleh proletariat, kecuali yang para penontonnya mungkin sebagian besar adalah kalangan proletar.

Kemenangan PBSI ini mungkin akan membuat kaum libertarian bersuka cita. Kaum ini sangat anti terhadap negara. Mereka lebih kongkrit dari kaum marxis karena mereka anti negara sejak awal.

Fokus libertarianisme adalah pada kebebasan individu. Jadi apa saja yang mengekang kebebasan individu harus diberantas tuntas. Mereka percaya bahwa kemajuan hanya bisa dicapai kalau orang memaksimalkan kemampuannya.

Tidak ada cara lain untuk memaksimalkan kemampuan kecuali persaingan bebas. Siapa yang hebat, kuat, inovatif, cerdas, dia yang menang. Katakanlah ini semacam Darwinisme sosial. Walaupun agak berbeda juga dan tidak ada ruang di sini untuk mengulasnya lebih dalam.

Itu sebabnya kaum libertarian anti negara. Mereka melihat negara sebagai penghalang kebebasan individual. Mereka sangat pro pasar kapitalisme. Hanya kapitalisme yang mampu memajukan umat manusia karena di sini kebebasan (baca: persaingan) dimaksimalkan.

Mereka percaya, kompetisi akan membawa kemajuan. Sebaliknya, regulasi dan redistribusi, yang biasanya dilakukan oleh negara, akan mematikan persaingan dan dengan demikian menghambat kemajuan.

Nah, siapa kira-kira yang lebih bangga dengan keberhasilan PBSI menyabet Thomas Cup?

Saya kira kaum marxis akan mengutuk kemenangan swasta ini. Lembaga seperti PBSI itu seharusnya milik negara dan harusnya tunduk di bawah negara. Bukan PBSI yang seharusnya menjadi pemenang. Tapi negara, dalam bentuk idealnya adalah sebuah kediktatoran proletariat (dalam konteks kekinian, kediktatoran oligarkis?)

Kaum libertarian mungkin akan sedikit tersenyum. Pemenangnya adalah lembaga swasta. Bukan negara. Tapi mungkin senyum mereka akan hilang demi mendengar bahwa PBSI menerima dana dari APBN yang berasal dari pajak warga. Itu tidak seharusnya terjadi! Biar PBSI bersaing dengan kekuatan sendiri!

Jadi, kemenangan PBSI ini membuat teori-teori tentang negara dari kedua pandangan tersebut lebih bernuansa.

Terus, Anda berdiri di paham yang mana? Oh, Pancasila? Mengapa? Karena mantan marxis banyak di pemerintahan dan libertarian masuk Golkar?

Ikuti Made Supriatma di Facebook.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 Oktober 2021 oleh

Tags: Bulutangkispbsipilihan redaksiThomas Cup
Made Supriatma

Made Supriatma

ArtikelTerkait

5 Dosa MR DIY yang Nggak Bisa Diampuni, Bikin Pelanggan Kapok Datang Lagi

5 Dosa MR DIY yang Nggak Bisa Diampuni, Bikin Pelanggan Kapok Datang Lagi

8 November 2025
15 Serial Netflix Underrated yang Sayang untuk Dilewatkan Terminal Mojok Studio R3 Shutterstock

15 Serial Netflix Underrated yang Sayang untuk Dilewatkan

14 April 2022
Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Sebenarnya Lebih Mirip UIN daripada Universitas Negeri Biasa. Bikin Mahasiswa Pengin Insaf Tiap Masuk Gerbang Kampus

Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Lebih Mirip UIN daripada Universitas Negeri Biasa, Bikin Mahasiswa Insaf Tiap Masuk Gerbang Kampus

5 Februari 2024

10 Rapper Indonesia Terbaik Sepanjang Masa

11 Oktober 2021
Alun-alun Purwokerto Jadi Semakin Cantik Setelah Renovasi, tapi Tetap Problematik

Alun-alun Purwokerto Jadi Semakin Cantik Setelah Renovasi, tapi Tetap Problematik

2 April 2024
The Batman: Film Superhero kok Begini?

The Batman: Film Superhero kok Begini?

4 Maret 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.