Harbolnas alias hari belanja online nasional sudah beberapa hari yang lalu selesai, tapi bukan marketplace namanya kalau nggak berusaha menggoda iman kaum Hawa. Apalagi kaum Hawa “mendang-mending” macam saya yang penginnya tetep bisa belanja dengan ongkos seminim mungkin. Seperti mendukung niat saya, Shopee muncul dengan gerakan masifnya mengampanyekan free ongkir dan flash sale.
Bagi saya pengguna setia Shopee, belanja tidak melulu setiap harbolnas. Asal voucher free ongkir siap diklaim, saya pun siap checkout barang belanjaan saya yang sudah berhari-hari tertimbun dan menanti giliran di troli. Kelihatan impulsif, tapi kegiatan checkout ini pasti saya pertimbangkan dengan perkiraan harga beserta ongkirnya. Itu dia sebabnya saya selalu sigap kalau ada voucher free ongkir (baca: apalagi kalau minimal pembelian Rp0).
Namun, tak ada gading yang tak retak, dan tak selalu yang berkilau itu indah. Belakangan, Shopee jadi trending di media sosial atas masalah-masalah yang muncul. Masalah-masalah yang muncul ada yang disebabkan atas kebijakan baru, ada juga masalah yang, bisa dikatakan, menunggu untuk meledak.
Bagi kalian yang nggak suka belanja, atau tidak menggunakan Shopee sebagai marketplace pilihan kalian, saya beri kompilasi-kompilasi masalah pelik yang muncul.
Tidak bisa memilih jasa pengiriman
Opsi untuk memilih jasa pengiriman itu, menurut saya, harus ada untuk sebuah marketplace. Kita mau cepat sampai? Pilih yang agak mahal. Mau santai? Pilih yang murah, nggak masalah. Ada yang cepat dan murah? SIKAT!!!
Sayangnya, fitur ini dihapus oleh Shopee. Harbolnas 4.4 kemarin saya dibuat terkejut dengan menghilangnya sejumlah nama jasa pengiriman. Agak sepele memang. Namun, bagi sebagian pengguna marketplace, memilih jasa pengiriman adalah sebuah keharusan.
FYI, kadang meskipun pengguna Shopee sudah memasang voucher free ongkir, voucher itu hanya memotong beberapa persen dari keseluruhan harga ongkir, seperti beberapa kali pengalaman saya. Kasus ini juga yang sering saya alami di Shopee.
Dengan tidak adanya opsi jasa pengiriman, menandakan kalau sebenarnya Shopee nggak selalu berpihak pada penggunanya dan tidak konsisten dengan kampanye free ongkirnya. Munculnya kejanggalan itu membuat sebagian besar pengguna kurang nyaman. Akan tetapi, bagi saya pribadi yang merasa kecewa, saya berusaha berhusnuzan dengan memikirkan beberapa alasan spekulatif tentang mengapa Shopee menghapus opsi jasa pengiriman.
Salah satunya adalah menghindari orang-orang yang beli barang nggak jelas waktu flash sale memanfaatkan fitur tersebut dan bikin overload. Sudah bukan rahasia lagi kalau Shopee adalah tempat kita beli perintilan receh. Flash sale pun seringnya menyasar barang tersebut. Tak mengangetkan kalau ekspedisi bakal penuh barang-barang sepele yang membanjiri mereka di masa flash sale.
Selain itu, menghapus fitur ini bisa berarti bahwa untuk tetap memberi subsidi ongkir gratis, Shopee harus beradaptasi dengan mengeliminasi hal-hal yang memberi beban biaya.
Tapi, kok ya tetep nggak masuk akal ya. Fitur kayak gitu kan memang kebutuhan pelanggan. Plus, barang-barang nggak jelas itu ya ngapain diberi lapak untuk dijual kalau ujungnya bikin beban? Iya nggak?
Upah kurir yang tak manusiawi
Belakangan, perkara upah kurir jasa ekspedisi mitra Shopee jadi trending topic. Upah yang tak manusiawi yang diberikan pada kurir membuat mereka mogok kerja dan bikin barang-barang tak segera sampai.
Masalah ini memang kompleks. Tanpa kurir, barang tersebut tak akan sampai ke pelanggan. Ketika barang tak sampai, orang akan berhenti menggunakan marketplace tersebut, lalu kebangkrutan pun menunggu waktu. Amit-amit.
Dua masalah yang berkaitan—dihapusnya opsi ekspedisi dan upah kurir—ini bikin preseden buruk untuk Shopee. Padahal, Shopee sudah dianggap marketplace idaman para penduduk Indonesia. Nggak lucu rasanya kalau masalah ini menenggelamkan nama mereka dalam waktu yang singkat.
Selain itu, jika masalah ini makin berlarut, ujungnya malah bikin orang-orang nggak lagi pakai marketplace ini. Kenapa? Ya karena bikin mereka nggak mendapatkan layanan yang memuaskan. Kalau free ongkir, tapi barang lama sampai, plus bermasalah dalam sistemnya, mau puas dari mana?
Saya paham, kita nggak bisa segampang itu menuduh Shopee. Tapi, mereka harusnya paham bahwa masalah ini bisa diselesaikan secara mudah dan cepat. Kalau opsi pengiriman dihapus dan upah kurir dinaikkan itu berakibat free ongkir ditiadakan, saya pikir itu nggak akan masalah karena orang sudah paham risikonya belanja online. Marketplace lain nggak tebar-tebar ongkir, tapi sama aja tuh banyak yang pakai. Lagian, orang Indonesia nggak miskin-miskin banget kok, ongkir masih bisalah ditalangi.
Lagian, mau tak mau, kita harus siap lho sama kemungkinan free ongkir dihapus. Kita nggak cuma sekali melihat fenomena diskon besar-besaran suatu layanan jasa atau harga suatu produk ketika awal-awal peluncuran. Setelah fasenya berakhir, kita bakal dihadapkan dengan hilangnya layanan gratis tersebut. Kalau gratis ongkir cuma bikin ribet dan nggak nyaman, mending nggak usah sekalian kan?
Jadi, gimana Shopee? Panik nggak? Panik nggak?
BACA JUGA Marketplace Shopee Ternyata Sarangnya Orang-orang Minim Literasi atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.