Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Olahraga

Shin Tae-yong vs Indra Sjafri: Perdebatan yang Bikin PSSI Bahagia

Bejo oleh Bejo
8 Juli 2022
A A
Shin Tae-yong vs Indra Sjafri: Perdebatan yang Bikin PSSI Bahagia

Shin Tae Yong (Alizada Studios via Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Setelah match melawan Vietnam, banyak kritikan datang kepada Timnas U-19 Shin Tae-yong. Suara-suara yang menarik adalah suara-suara yang membandingkan Timnas ini dengan era Indra Sjafri. Pada 2013, Indra Sjafri berhasil membawa timnas U-19 menjuarai AFF U-19 setelah mengalahkan Vietnam di final dengan adu penalti. Prestasi itu pun jadi tolok ukur prestasi timnas era berikutnya, termasuk timnas asuhan Shin Tae-yong kali ini.

Namun, suara-suara keras itu seperti tersapu angin setelah timnas melibas Brunei dengan skor telak 7-0. Dan kembali menggema setelah timnas hanya bermain imbang melawan Thailand di match ketiga.

Kayaknya, banding-bandingin sama Indra Sjafri ini udah jadi hobi. Pelatih mana pun kayaknya juga pasti dibandingin sama Indra. Andai Ancelotti melatih timnas dan kalah, pasti dibanding-bandingin sama Indra Sjafri. Ngeri kali.

Karakter (beberapa) suporter memang begitu. Menang dijunjung, kalah dijatuhkan. Karakter yang mirip politikus-politikus di negeri ini. Padahal, prestasi kita “kagak jauh-jauh amat”. Hanya sekelas Asia Tenggara. Belum ada pelatih kita yang misalnya mampu membawa timnas kita berbicara banyak di ajang Asia seperti yang dilakukan Park Han Seo bersama Vietnam.

Namun, untuk perbandingan ini, kita harus melihat hal ini dengan lebih luas.

Kalau kita lihat, Timnas U-19 era Shin Tae-yong ini memang seperti tak banyak memain dengan “bakat istimewa”. Yang jelas tampak memiliki itu hanyalah Marselino Ferdinan. Dampak kehadirannya pun terasa ketika dia cedera dan ditarik keluar di babak kedua melawan Thailand. Permainan timnas menjadi tidak terorganisir dan kesulitan membangun serangan secara rapi. Suatu hal yang hanya dimiliki Marselino di timnas U-19.

Hal ini berbeda dengan timnas U-19 era Indra Sjafri. Ada banyak pemain berbakat yang membuat Indra Sjafri bisa memainkan sepak bola yang atraktif. Meskipun, dari sekian nama-nama tenar kala itu yang masih survive dan konsisten berada di timnas hanyalah seorang Evan Dimas saja.

Kita perlu sadari. STY punya beban banyak. Timnas tak bisa mengikuti sepak bola modern, dan ia poles banyak pemain hingga timnas sekarang bisa bermain lebih hebat. Pun, timnas negara lain sudah berkembang amat jauh. Kita berusaha mengejar ketertinggalan, mudahnya.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Cocok untuk Jeje Translator setelah Shin Tae-yong Dipecat dari Kursi Pelatih Timnas

Benang yang Kembali Kusut: Langkah Membingungkan PSSI Memecat STY di Tengah Jalan  

Indra Sjafri, punya pemain yang cukup berbakat, plus timnas negara lain belum sengeri ini. Bebannya aja udah beda.

Timnas Shin Tae-yong memang belum sepenuhnya gagal. Tak bisa kita bilang gagal juga sih, orang titik mulainya aja rendah banget. Kadang ini yang kita luput untuk perhatikan: kita minta hasil konkret berbentuk piala, padahal kita layak ikut turnamen aja belum.

Namun, terlepas dari perdebatan mana yang lebih baik Shin Tae-yong atau Indra Sjafri, yang sudah jelas dapat keuntungan bukan STY maupun Indra Sjafri. Yang dapat keuntungan dari perdebatan ini adalah PSSI.

Kalau STY gagal, berarti STY yang salah. Kalau STY berhasil, berarti PSSI yang bagus. Sebab, bila timnas kalah dan bermain buruk sorotan langsung tertuju ke STY, bukan ke PSSI. Tetapi, bila timnas meraih hasil bagus sorotan langsung tertuju ke Iwan Bule selaku Ketua Umum PSSI.

Teman-teman masih ingat dong kasus di kualifikasi Piala Asia beberapa waktu lalu? Setelah mengalahkan Kuwait dengan skor 2-1, siapa yang disorot dan dijunjung oleh PSSI? Apakah Rachmat Irianto yang mencetak gol penentu? Apakah Nadeo dengan segala savesnya? Apakah STY dengan segala taktiknya? Bukan! Yang dijunjung adalah Iwan Bule. Lucu, bukan? Tapi, itulah Indonesia. Hal-hal konyol seperti itu nampak menjadi hal yang lumrah di sini.

Pak Ketum bisa happy-happy saja nonton timnas di stadion meski tak menang. Karena kalau kalah STY yang kalah, kalau menang ya Pak Ketum yang menang.

Shin Tae-yong hanyalah alat cuci tangan dari PSSI untuk menutupi kesalahan dan ketidakmampuan mereka dalam mengelola sepak bola Indonesia.

Sekadar tips, kalau timnas U-19 gagal di ajang AFF ini, mungkin Shin Tae-yong bisa mencoba cara lain yang non teknis untuk menjaga kursinya di kepelatihan timnas. Misalnya, dengan mulai mengupload foto bersama pak Ketum lebih sering. Mulai menjunjung tinggi pak Ketum dan mulai membukakan pintu mobil pak Ketum supaya STY semakin aman dan nyaman di kursi kepelatihan timnas.

Ini memang bukan organisasi politik, tapi feodalisme itu nyata dan ampuh di negeri ini.

Meski urusan sepak bola, taktik itu nomor dua. Yang utama adalah kemampuan menjilat. Itu karakter dan syarat utama bila anda ingin dapat kursi di republik ini.

So, hati-hati ya, STY. PSSI mungkin nampak mendukung Anda. Tapi bisa jadi, mereka hanya sedang mencari kesempatan untuk menunggangi popularitas ketika Anda berhasil dan menunggu momentum untuk memecat Anda ketika sorotan kegagalan tertuju pada mereka.

Bravo timnas!

Penulis: Andri Athoillah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Haruna Out? Goodbye Shin Tae-yong, Revolusi PSSI Cuma Sebatas Angan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 Juli 2022 oleh

Tags: indra sjafriperdebatanPrestasipssiShin Tae-yongTimnas
Bejo

Bejo

Seorang warga biasa yang menikmati sepak bola.

ArtikelTerkait

Surat Kecil untuk Cristiano Ronaldo: Pergilah Kasih, Kejarlah Keinginanmu messi

Ronaldo vs Messi: Fanatisme Paling Toxic dalam Dunia Olahraga

15 Desember 2022
persiba bantul bangkit liga 3 bantul projotamansari mojok

Lupakan Glorifikasi, ayo Bangun Persiba Bantul!

12 Oktober 2020
Selempang Cum Laude untuk Wisuda: Penting, tapi Tidak Sepenting Itu biaya wisuda, malang, kampus di malang

Selempang Cum Laude untuk Wisuda: Penting, tapi Tidak Sepenting Itu

22 Oktober 2023
kondangan

Kondangan Fighter yang Galau Antara Flat Shoes dan High Heels: Dasar Nggak Penting!

22 Agustus 2019
PSSI, Begini Cara Booking Lapangan yang Baik dan Benar

PSSI, Begini Cara Booking Lapangan yang Baik dan Benar

28 Mei 2022
Emak-emak Sufor Melawan Sinisme Fanatikus ASI

Emak-emak Sufor Melawan Sinisme Fanatikus ASI

27 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.