She’s just being herself. Apa yang dilakukan Sherina di media sosial soal tegurannya pada Raffi Ahmad yang kumpul rame-rame tanpa pakai masker setelah divaksin, nggak salah sama sekali: Sherina jadi dirinya sendirinya. Bahkan melebihi peran Sherina dalam film masa kecilnya Petualangan Sherina. Dan itu adalah hal paling memuaskan yang selama ini ditunggu oleh para pemirsa penonton trending Twitter, sekaligus generasi yang tumbuh dewasa dengan semangat Sherina dalam Petualangan Sherina.
Sherina adalah tipe public figure yang jarang posting foto harian apalagi OOTD dan endorse-an. Lebih jarang lagi banyak ngomong lewat caption yang berbusa-busa. Ketika awal November lalu Sherina mengunggah empat foto pernikahan dengan deskripsi “…plot twist”, saya langsung teringat twitnya lima tahun lalu dengan tagline dan hashtag “Banzai! … #LGBTRights”. Barangkali ia ingin mencolok mata semua orang dengan seolah-olah bilang: gue bukan lesbian.
Ya, meskipun saya dan kalian nggak akan pernah tahu kenyataannya, sih, urusan rumah tangga dan orientasi seksual seseorang bukan urusan kita. Namun, kalau urusan masker dan party, ya boleh dong Sherina turun tangan. Apalagi yang dikomentari Raffi Ahmad, salah satu perwakilan anak muda dengan privilese luar biasa divaksin duluan, bahkan lebih dulu dari kiai Wakil Presiden. Maka, pertanyaan publik dari Sherina soal di mana keberadaan masker dalam foto pesta Aa Raffi ya sah-sah saja.
Tidak lama Raffi pun mengunggah klarifikasi dan permintaan maaf, tidak hanya pada Sherina, juga pada publik, cara yang elegan juga. Selesailah sudah masalah, biarkan sekarang giliran netizen yang saling terpolarisasi dalam dua kubu. Artis-artis yang ignorant dan insensitive mah party ya party aja, nggak peduli udah vaksin apa belom, nggak urusan pake masker. Golongan yang suka traveling dan naik gunung juga tetep aja jalan-jalan, bebas mau ke mana pun.
Sejak awal, mereka memang kelompok yang nggak terdampak-terdampak amat sama pandemi Covid-19, adsense jalan terus, endorse posting mulus. Meminta mereka sedikit berempati bukanlah hal yang bijak, kalau mau lebih berdampak ya cukup pada hidupmu saja. Unfollow, skip video, fokus pada hal-hal baik yang bisa dilakukan sendiri. Tapi ya namanya Sherina, jiwa “Sherina”-nya meronta, dong!
Sherina gatel melihat ketidakpatutan, pengin nantang selantang-lantangnya. Wong Sadam saja dilawan, ini kok cuma Raffi Ahmad, ya nggak takutlah. Banyak yang membela Raffi dengan dalih “ngopo ra DM wae to”, dan alasan goblok lainnya. Lebih banyak lagi yang mendukung Sherina: pahlawan anak seumuran di masa kecil, apalagi kalau jelas-jelas Sherina ada di pihak rakyat yang terdampak.
Rakyat yang terenggut kebebasan nonton konser rame-rame, teriak-teriak gaje di bioskop, atau nongkrong semalaman di kafe. Di masa pandemi ini, pendapat bernada empati kepada mayoritas akan selalu dimenangkan tanpa perlu berdebat panjang. Apalagi Sherina dengan sadar membangkitkan lenanya publik soal fungsi media sosial. Bahwa sebagai artis, konsekuensi sepanjang usia atas kesempatan tampilnya wajah di semua media penyiaran ya harus bertanggung jawab kepada publik.
Pasca Raffi memberikan klarifikasi, Sherina juga dengan tenang pasang badan lewat tulisan “feel free to also call me out in public if you think I’m wrong”. Dan memang sudah seharusnya begitu karena jumlah followers itulah yang jadi valuasi dalam penghasilan para public figure ini. Mereka mesti sadar bahwa layaknya pejabat pemerintah yang dibayar dan tidak berhak korupsi dana publik apa pun, artis juga di-follow dan nggak berhak menyalahgunakan exposure yang ia miliki.
Namanya selebgram, memang platform itulah tempat ia memulai ketenaran. Meskipun Raffi tidak memulai kariernya dari media sosial, seluruh rakyat Indonesia sudah terlanjur tidak bisa lepas dari Raffi dan Gigi yang entah sudah berapa episode program Janji Suci itu ditayangkan. Semua followers di beragam media digital itu kan juga lazim include dalam kontrak kerjaan apa pun sebagai artis. Lantas, yang dijadikan patokan apa? Ya, followers.
Followers juga kan alasan pemerintah menggandeng Aa Raffi buat divaksin duluan. Biar apa? Biar jadi contoh, buat semua kalangan, bukan cuma yang muda-muda. Para ibu-ibu pengajian juga termasuk golongan yang dirugikan lho selama pandemi. Mereka, kan, jadi nggak bisa ke studio acara Mamah Dedeh. Jadi, jangan bilang kalau foto party tanpa masker itu nggak ngaruh sama sekali, akan selalu ada dampak emosi dari konten harian para artis. Mau difoto pake hape siapa pun, kalau caranya party segitu banyaknya orang ya pasti bakal viral.
Meskipun demikian, saya sih lega pada akhirnya tanggapan Raffi dan Sherina bisa bikin masyarakat lebih tenang. Paling nggak, sampai foto-foto nggak maskeran artis lain leaking ke medsos lagi dalam beberapa hari ini.
BACA JUGA Hal Penting yang Sepatutnya Ada di Film Petualangan Sherina 2 dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.