Mungkin di antara kalian, tidak banyak yang mengenal manga berjudul Shaman King. Saya pertama baca manga ini sekitar 2005, saat saya kelas 2 SMP. Saat itu, di kalangan anak SMP maupun SMA Kota Bandung manga-manga seperti Naruto, One Piece, maupun Detektif Conan lebih populer, terutama di kalangan anak laki-laki. Sangat sedikit sekali anak SMP maupun SMA di Bandung yang membaca Shaman King.
Shaman King sendiri adalah sebuah manga yang ditulis dan Hiroyuki Takei. Ia bercerita tentang petualangan bocah bernama Yoh Asakura yang merupakan seorang Shaman, atau orang yang dapat berinteraksi dengan roh, baik yang masih bergentayangan di bumi maupun yang sudah pergi ke alam sana. Shaman ini kemudian menggunakan roh-roh tersebut untuk meramal masa depan, mengungkap masa lalu, ataupun menjadikannya anak buat untuk kemudian bertarung sesama Shaman.
Manga Shaman King ini terbit di Indonesia oleh penerbit M&C sebanyak 32 volume. Ia tidak populer sama sekali. Saya pun sempat meremehkannya. Namun, ketika membacanya, saya ketagihan dan membacanya sampai selesai, bahkan saya masih membacanya sampai sekarang untuk mengisi waktu luang.
Di negara asalnya, Jepang, manga ini termasuk populer dan telah terjual sebanyak 35 juta kopi. Sayangnya, versi animenya sangat berbeda dengan versi manganya sehingga popularitas manga dan animenya jauh di bawah Naruto dan One Piece.
Yoh Asakura ini bercita-cita untuk menjadi Shaman King, sebutan dari Raja Shaman, yakni Shaman yang memenangkan Shaman Fight. Shaman Fight adalah sebuah turnamen untuk menentukan siapa Shaman yang berhak menjadi Shaman King, yang diadakan setiap 500 tahun sekali. Nantinya Shaman King ini berhak untuk “memiliki” Roh Agung, yang merupakan sebuah entitas roh terkuat di alam semesta.
Bagi yang tumbuh dengan membaca manganya, ada angin segar untuk kita semua. Versi remake animenya akan tayang di Netflix tahun ini dengan teknologi terbaru sehingga kualitas gambar dan suaranya tidak usah diragukan lagi. Begitu banyak harapan yang tertumpu pada anime ini, terlihat dari komentar para penggemarnya di trailernya di kanal YouTube.
Cerita dari Shaman King ini sebetulnya cukup umum dalam dunia manga dan anime. Formula yang digunakan adalah anak remaja berusia SMP pemalas yang memegang takdir keselamatan dunia di tangannya. Di tengah perjalanannya dia bertemu banyak orang, yang kemudian menjadi lawan dan kawannya. Lalu dia termotivasi untuk berlatih keras dan pantang menyerah. Endingnya, seperti anime yang sudah-sudah yang sama-sama kita ketahui.
Tentu saja akan ada banyak adegan pertarungan hidup dan mati, dan menang di saat-saat akhir ketika nyawa sudah di ujung tanduk seperti puluhan anime yang memiliki formula yang serupa. Namun, ada banyak cerita di balik motivasi para Shaman di seluruh dunia. Roh yang Yoh Asakura temui di perjalanannya ini menarik untuk disimak. Pasalnya, masing-masing Shaman memiliki motivasi yang berbeda mengapa mereka mau menjadi Shaman King. Masing-masing dari mereka ingin “menggunakan” Roh Agung untuk mewujudkan impiannya masing-masing.
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, setiap tokoh yang ada pada cerita Shaman King memiliki sejarah masa lalu yang kelam dan motivasi yang berbeda kenapa mereka mau menjadi Shaman King. Hal yang sangat menarik untuk disimak dan dipetik hikmahnya untuk dijadikan pelajaran hidup kita semua. Saat SMP, saya pun begitu terinspirasi oleh manga Shaman King karena di dalamnya disisipkan trivia-trivia atau fakta menarik tentang sejarah umat manusia selama ribuan tahun.
Dari Rachel Venya saya belajar, eh, maksud saya, dari manga ini saya belajar bahwa sebetulnya tidak ada orang yang jahat. Pasalnya, di mata orang lain, justru kita adalah tokoh jahatnya. Sedangkan diri kita sendiri adalah tokoh utamanya.
Apakah anime ini bisa bangkit setelah hibernasi selama bertahun-tahun? Jawabannya, tentu saja bisa, jika anime ini betul-betul mengikuti manganya. Mudah-mudahan dapat menjadi anime yang populer, sama seperti Attack on Titan, Naruto, maupun One Piece.
Sumber Gambar: YouTube Dace727
BACA JUGA Susah Dimungkiri bahwa ‘Rurouni Kenshin’ Adalah Anime Terbaik Era 90-an dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.