Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Setiap Manusia Pasti Punya Alasan

Maria Monasias Nataliani oleh Maria Monasias Nataliani
8 Mei 2019
A A
alasan masa lalu

alasan masa lalu

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari ini saya menemui hal-hal yang membuat saya berpikir. Bahkan ketika kesempatan tidur bisa saja menghapus apa yang saya pikirkan, nyatanya hal ini masih tetap bercokol di pikiran saya. Saya tidak bisa bercerita karena hal ini hanyalah pemikiran, yang mungkin buat orang lain terlalu biasa. Barangkali saya termasuk pensive person. Selalu memikirkan suatu hal lebih dalam dan berulang-ulang. Saya mengizinkan ide-ide apapun melayang di dalam tiap neuron di tubuh saya.

Beberapa waktu lalu, saya menyisihkan waktu refreshing saya untuk menyaksikan drama televisi dari negeri seberang. Sebelumnya, seorang teman sudah mempromosikan drama ini pada saya. Bagus, katanya. Namun karena beberapa hal yang lebih penting menyita waktu saya, alhasil saya pernah mengatakan pada teman saya itu, saya tidak akan menonton drama tersebut.

Waktu itu, otak saya sedang mencengkeram begitu banyak urusan. Namun begitu semua sudah settle pada tempatnya, saya pun mencoba mengingkari perkataan saya. Saya mulai menjadi penonton. Sebetulnya tidak ada yang brilian tentang drama tersebut. Hingga pada episode lanjut, saya terhenyak. Plot drama ini memberi saya clue. Bahwa setiap manusia punya alasan. Itulah judul cerita saya hari ini.

Kita semua punya alasan dalam mengambil keputusan. Kita semua punya pertimbangan (baca:masa lalu) untuk bertindak. Untuk berencana. Untuk menjadi orang yang seperti apa. Untuk memilih pola pikir yang ini atau itu.

Seseorang  menjadi sangat jahat karena ketidakadilan yang diterimanya di masa lalu. Ia menyusun rencana, membuat seluruh hidupnya dihabiskan untuk membalaskan rasa sakit hatinya. Itu merupakan sedikit clue dari drama yang saya tonton. Bagi saya, hal itu cukup menarik.

Tak berhenti sampai di situ. Beberapa hari lalu, guru saya berbagi tentang satu rahasia dalam hidupnya. Saya diam-diam terpukau. Lalu cerita beliau itu menggiring pikiran saya pulang pada satu kalimat ‘setiap manusia punya alasan’. Memori masa kecil yang menyakitkan kemudian membekas di otaknya. Hal itu kemudian menjadi pemicu kebiasaan beliau di masa muda. Hingga akhirnya, hal tersebut pula yang menjadi alasan beliau memilih profesinya yang sekarang.

Ketika mendengarnya saya sendiri tak mampu menyangkal bahwa saya juga punya alasan. Bahwa saya berjalan sejauh ini bukan tanpa tujuan. Bahwa saya punya pecut masa lalu yang tidak akan membiarkan saya menyerah sebelum segala sesuatunya tercapai. Ambisi manusia, terkadang lahir dari luka-luka masa lalu.

Barangkali ada saya atau Anda pernah mendengar cerita semacam ini. Cerita tentang seorang anak yang membawa serta luka-lukanya ke masa depan. Melukis garis hidupnya sendiri.

Baca Juga:

Menonton Drama Korea Reply 1988 yang Legendaris setelah 10 Tahun Rilis

3 Drama Korea Terbaru yang Sebaiknya Jangan Ditonton demi Kesehatan Mental  

Dia membenci apa yang ia alami sampai detik itu. Ia benci keadaan yang tidak pasti. Ia benci orang-orang bermulut besar yang merendahkan keluarganya. Dalam hatinya, ia mengambil tekad. Ia akan hidup lebih baik daripada orang-orang itu.

Dia jarang menangis meskipun sejak kecil ia tak punya seseorang untuk sepenuhnya bersandar. Masalah terlalu kusut untuk dia urai sendiri. Dia masih terlalu kecil. Dia sering memimpikan kehidupan yang lebih baik. Dia tahu, dia harus segera dewasa untuk bisa pergi sejauh mungkin. Tapi kedua kakinya terikat kencang. Orang-orang jadi makin jahat. Anak itu memendamnya seorang diri. Saat itu, anak itu belum tahu bagaimana berbicara dengan Tuhan. Jadi ia tidak peduli apakah ia merestui ambisinya atau tidak.

Namun seiring waktu berjalan, kedewasaannya mulai tumbuh. Dia mengikis kerak-kerak sakit hati. Tapi lecutan semangat atas segala masalah yang menimpukinya saat kecil, tetap akan bertahan di sel-sel memorinya. Dirinya yang sekarang adalah dirinya yang dulu. Dia tak bisa lari dari masa lalu. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengambil sedikit waktu atau bahkan sepanjang hidupnya untuk berdamai dengan masa lalu.

Dia melangkah jauh, meninggalkan banyak kebahagiaan yang lekat sehari-hari. Demi membuktikan, dia bisa membuka jendela baru bagi dia dan keluarganya. Dia ingin membahagiakan mereka meskipun beberapa mimpi harus dipupus, banyak hal harus dilewati, dan lebih banyak realitas mesti ia jalani.

Seseorang menjadi neurologist barangkali bukan karena dia ingin, melainkan karena ayahnya menderita gangguan aliran darah otak. Seseorang menjadi guru barangkali bukan karena dia ingin, melainkan karena tabungan keluarganya hanya cukup untuk membiayainya kuliah di bidang tersebut. Seseorang menjadi penulis barangkali bukan keinginan murninya, melainkan karena seorang guru bahasanya di masa lalu pernah membuatnya kagum tanpa kata.

Seseorang hidup barangkali bukan karena ia ingin berkenalan dengan masa depan, melainkan karena masa lalu telah memaksa kakinya untuk berjalan.

Setiap manusia, pasti punya alasan.

Terakhir diperbarui pada 8 Mei 2019 oleh

Tags: AlasanDramaKehidupan
Maria Monasias Nataliani

Maria Monasias Nataliani

Part-time writer. Full-time doctor. Menggemari Haruki Murakami, Park Chan Wook, dan iced-Americano.

ArtikelTerkait

Pernikahan Sebagai Persepsi Happy Ending Adalah Pemikiran yang Sesat!

Pernikahan Sebagai Persepsi Happy Ending Adalah Pemikiran yang Sesat!

20 November 2019
Jangan Jadikan Aktif di Ormawa sebagai Alasan Nilai Jelek

Jangan Jadikan Aktif di Ormawa sebagai Alasan Nilai Jelek

5 Januari 2023
3 Alasan Seseorang Sulit Berpisah dengan Pacar Beda Agama

3 Alasan Seseorang Sulit Berpisah dengan Pacar Beda Agama

4 Desember 2022
Membayangkan Dunia Tanpa Drama Korea, Mungkin Ini yang Akan Terjadi Mojok.co

Membayangkan Dunia Tanpa Drama Korea, Mungkin Ini yang Akan Terjadi

5 Maret 2025
Nggak Tahu Ada Razia Nggak Akan Menyelamatkanmu dari Tilang makassar

Nggak Tahu Ada Razia Nggak Akan Menyelamatkanmu dari Tilang

26 Juli 2022
Olahraga Lari itu Sederhana, Kamu Sendiri yang Bikin Rumit

Olahraga Lari Adalah Olahraga yang Lebih “Drama” ketimbang Sepak Bola

18 April 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.