Hampir semua bus di Jawa menyediakan servis makan bagi para penumpang. Sementara di Sumatra, jangan harap tiket bus kalian sudah termasuk makan, ya.
Ngomongin soal pelayanan bus AKAP, sekarang ini memang banyak perusahaan otobus di Indonesia—baik yang besar atau juga yang baru muncul di permukaan bumi—saling adu sikut menjual servis terbaiknya. Mulai dari menawarkan kursi ekstra lega, snack banyak macam mau tamasya, hingga pelayanan bintang lima bak anak raja semua tersedia. Tapi ya tergantung kelasnya juga.
Akan tetapi bagi yang sering naik bus AKAP atau yang lebih umum dengan sebutan bus malam, ada satu pelayanan yang sudah terkesan biasa dan lumrah diberikan ke penumpang yang biasanya nggak memandang kelas dan kasta. Coba tebak pelayanan apa yang dimaksud? Ya, servis makan gratis dari bus.
Daftar Isi
Servis makan gratis untuk penumpang bus sudah jadi hal biasa
Sepertinya memberi servis makan secara cuma-cuma ke penumpang bus tanpa memandang kelas apa sudah jadi hal wajib, ya. Hampir semua bus jarak jauh pasti dapat makan. Maka nggak dimungkiri kalau naik bus malam, dijamin anti-lapar. Penumpang nggak perlu lagi merogoh kocek sekadar untuk mengganjal perut.
Bahkan servis makan ini menjadi salah satu alasan saya lebih sering naik bus daripada kereta api. Tapi plus minus, sih. Bagi orang yang malas mengeluarkan uang lagi cuma untuk mengisi perut kayak saya ini, bus memang jadi pilihan utama. Istilahnya penumpang tinggal duduk dan berangkat karena sudah bayar all in termasuk urusan perut.
Akan tetapi, semua alasan tadi nggak berlaku kalau kita naik bus dari dan ke Sumatra. Lho, kok bisa?
Bus Sumatra tak seperti bus Jawa yang memberi servis makan bagi para penumpang
Beda banget dengan di Jawa, bus AKAP di Sumatra kayaknya anti banget memberi makan gratis kepada para penumpangnya walaupun cuma sekali makan gitu. Jarang banget ada bus AKAP yang mondar-mandir di pulau ini yang memasukkan servis makan yang sudah jadi hal lumrah di Jawa sejak dulu kala. Entah apa alasannya.
Hampir semua kelas di bus AKAP Sumatra jarang ada yang memberi servis makan ke penumpang. Dari kelas terendah sampai yang bisa rebahan sama saja. Kalau penumpang mau makan, ya bayar masing-masing. Harga tiket nggak termasuk servis makan.
Padahal di antara perusahaan bus di Sumatra, banyak operator bus besar asal Pulau Jawa yang sebenarnya kalau narik di tempat asalnya memberikan servis makan pada penumpang. Tapi begitu mereka melebarkan sayap bisnis ke Sumatra, servis makan tadi dihilangkan begitu saja.
Kebiasaan ini hebatnya konsisten, lho. Mau pergi ke mana pun—seperti yang pernah saya naiki ke Lampung, Sumsel, bahkan Sumbar—bus-bus di Sumatra istikamah sekali untuk nggak memberi makan penumpang sebagai salah satu pelayanannya.
Pelayanan lain sudah mulai berbenah
Kalau boleh jujur, sebenarnya pelayanan lain bus-bus Sumatra ini—selain servis makan—sudah mulai berbenah, lho. Sekarang bus AKAP di Sumatra mulai memberikan pilihan kelas yang lebih beragam kepada para penumpang, jadi nggak cuma ekonomi dan eksekutif, nama kelasnya makin njelimet. Selain itu sekarang juga ada layanan di dalam bus macam AVOD. Wih, pokoknya sudah mulai mirip dengan pelayanan bus di Jawa. Tapi lagi-lagi pelayanan dasar seperti servis makan gratis justru jarang ada yang mau kasih.
Kalau alasan ditiadakannya servis makan gratis bus gara-gara nyeberang pulau, rasanya kok nggak masuk akal. Soalnya banyak juga lho bus dari Jawa ke Bali, Lombok, bahkan sampai Sumbawa yang memberi servis makan gratis bagi penumpang. Bahkan ada yang kasih servis makan sampai 5 kali dalam sekali perjalanan! Tapi kalau naik bus di Sumatra, jangan harap, deh.
Memang sih servis makan ini kelihatannya sederhana. Wong cuma masalah nggak dapat makan ko protes. Tapi kita perlu mengingat kalau bujet untuk makan saja saat perjalanan naik bus memang cukup besar. Gimana nggak besar, sekali makan saja kita bisa menghabiskan uang Rp30-40 ribu. Terus kalau 3-4 kali istirahat makan gimana? Boncos juga, Bos.
Biaya makan ini kalau cuma bepergian seorang diri, ya. Kalau bawa pasukan, ya bisa habis lebih banyak lagi cuma buat makan. Kalau dihitung-hitung, biaya makan bisa hampir sama dengan harga tiket bus sekali jalan.
Jadi, begitulah romantika naik bus Sumatra. Sebelum berangkat, pastikan kalian bawa uang lebih, ya, jangan pas-pasan. Soalnya harga tiket bus di sini belum termasuk servis makan. Atau saran saya, mending naik pesawat sekalian lah.
Penulis: Mohammad Arfan Fauzi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Rawon Duta, Alasan Kuat Mengapa Harus Naik PO Eka.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.