Serang adalah ibu kota Provinsi Banten yang di dalamnya terdapat beberapa universitas, baik swasta maupun negeri. Letaknya yang strategis karena berada di tengah-tengah provinsi membuat banyak kampus akhirnya memilih berdiri di sini. Beberapa kampus yang berada di kota ini antara lain Untirta, UIN Banten, Unsera, Uniba, Unpam, dan UPI Serang. Banyaknya perguruan tinggi di Serang berhasil menarik minat para mahasiswa dari beberapa daerah seperti Tangerang, Lebak, Lampung, dll., untuk kuliah di sini.
Akan tetapi, banyaknya perguruan tinggi di sini nggak diimbangi dengan infrastruktur kota yang memadai. Pasalnya untuk menuju beberapa kampus seperti UIN Banten dan Untirta sulit sekali apabila hanya mengandalkan transportasi umum. Padahal kan tak semua mahasiswa kos dekat kampus. Ada juga mahasiswa yang memilih kos relatif jauh dari kampusnya.
Ada angkot di Serang Banten, tapi…
Sebenarnya di Serang ada angkot yang menjadi transportasi umum dalam kota. Sayangnya, moda transportasi satu ini bikin banyak orang trauma. Beberapa orang, termasuk mahasiswa rantau, yang berniat naik angkot demi penghematan biasanya akan menyesal.
Penyesalan itu datang karena kebiasaan angkot di Serang Banten. Angkot di sini bisa ngetem hingga berjam-jam lamanya. Atau kalaupun nggak ngetem, ya angkot akan berputar-putar sampai penumpang penuh. Coba bayangkan, kalau kayak gini caranya, siapa yang sudi naik angkot? Kecuali penumpang yang pengin tur keliling kota mungkin bisa naik ini.
Nah, lantaran reputasi angkot yang buruk di Serang, mahasiswa rantau pun berusaha menyiasati hal ini dengan beberapa cara. Misalnya, terpaksa cari kos dekat kampus atau memboyong motor dari kampung halaman untuk mobilitas sehari-hari.
Bawa motor dari kampung halaman untuk mobilitas harian malah hilang dicuri orang
Keputusan mahasiswa rantau untuk membawa motor dari kampung halaman dengan maksud mempermudah mobilitas selama di Serang Banten justru berujung kesialan. Kenapa bisa begitu?
Berdasarkan kisah nyata teman-teman saya yang kos di sekitaran kampus UIN Banten, atau daerah yang biasa dikenal Palima dan Andamui, curanmornya banyak sekali. Bayangin, dalam kurun waktu satu bulan saja 30 motor bisa kecolongan di area yang sama. Hampir setiap hari ada berita kehilangan motor.
Kawan saya sendiri sudah mengalami kehilangan motor dua kali selama periode dua semester kuliah berjalan di Serang. Sebenarnya ini sudah sangat keterlaluan. Kok bisa kota ini nggak bisa menjamin keamanan warga yang tinggal di sini.
Kasus kehilangan motor ini tak hanya terjadi baru-baru ini. Tahun 2023 silam pernah muncul berita dua unit motor raib dalam waktu satu malam dari sebuah kos di Serang Banten. Dan kehilangan tersebut bukan yang pertama kalinya.
Kalau mau dikatakan mahasiswa yang lalai, sepertinya kok nggak juga. Memang Kota Serang ini pada dasarnya nggak ramah. Nggak ramah terhadap pendatang dari luar daerah dan juga nggak ramah transportasi umum. Sudah gitu nggak aman pula. Niat hati mempermudah mobilitas di kota orang, eh, para perantau malah kemalingan.
Saya pikir kalau ada survei yang menanyakan apakah mahasiswa yang pernah kuliah di Serang Banten bakal kangen kota ini setelah lulus, mungkin 70 persen jawaban mereka nggak. Soalnya nggak ada yang bisa diharapkan juga di sini.
Penulis: Ali Mustofa
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bagaimana Warga Banten Bisa Bahagia kalau Kotanya Dicengkeram Korupsi dan Politik Dinasti?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















