Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Seragam Sekolah Tak Akan Bisa Menumpas Kesenjangan Sosial: Artikel Balasan

Imam Sanji oleh Imam Sanji
10 Juni 2021
A A
seragam sekolah kesenjangan sosial mojok

seragam sekolah kesenjangan sosial mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Saya baru saja membaca tulisan Mas Mohammad Maulana Iqbal tentang pendapatnya mengenai seragam sekolah. Ada beberapa poin yang bisa saya pahami, namun saya tidak sepenuhnya sepakat dengan apa yang beliau sampaikan. Bahwa misalnya, seperti yang tertera di judul artikel tersebut, seragam sekolah merupakan wujud atau aksi nyata dalam menumpas kesenjangan sosial di instansi pendidikan. Alasannya cukup menarik, yakni dengan menyodorkan realitas mahasiswa di kampus (pengalamannya sendiri) dalam kaitannya dengan etika berpakaian.

Menurut saya, cara pandang Mas Mohammad Maulana Iqbal ini tidak jauh berbeda dengan cara pandang mahasiswa yang suka ngatain beliau semasa kuliah hanya karena pakaiannya yang itu-itu saja. Maksud saya, cara pandang beliau soal kesenjangan sosial di instansi pendidikan terlalu superfisial alias hanya melihat tampilan luar atau permukaan saja. Namun, sebelum membahas bagian kesenjangan sosialnya, saya ingin membahas dulu mengenai pengalaman Mas Mohammad Maulana Iqbal dikatain teman-teman kuliahnya.

Hal-hal seperti itu sebenarnya cukup umum terjadi di kampus. Saya sendiri, pernah pada suatu kesempatan, tengah duduk di depan ruang kelas menunggu jam kuliah sembari membaca sebuah buku ringan untuk mengusir kegabutan. Lalu seorang teman datang dan bertanya berapa saya membeli buku tersebut. Setelah saya memberi tahu berapa saya membeli buku itu, dia bilang, “uang segitu mending dipake buat beli McD, dapat dua.“

Apa yang mau sampaikan dengan menceritakan ini adalah bahwa ini hanya soal apa yang kita anggap penting dan apa yang tidak. Bagi sebagian mahasiswa, barangkali penampilan itu sangat penting, makanya penampilan menjadi hal pertama yang dia nilai saat bertemu orang lain. Sementara bagi yang lain, mungkin penampilan tidak sepenting itu. Entah karena punya prinsip bahwa kecerdasan mahasiswa tidak bisa diukur dari penampilan, atau sesederhana karena tidak mampu saja.

Nah, bagi saya, cara pandang mahasiswa-mahasiswa yang menganggap penting penampilan itu sangat superfisial, persis seperti cara pandang Mas Mohammad Maulana Iqbal soal kesenjangan sosial di sekolah. Seragam sekolah itu hanya tampilan superfisial belaka. Ketika semua siswa terlihat memakai pakaian yang sama (seragam), hal itu tidak serta merta “menumpas” kesenjangan sosial di sekolah. Kesenjangan sosialnya tetap ada, hanya tidak (atau kurang) tampak saja.

Justru aturan wajib memakai seragam di sekolah ini memunculkan masalah-masalah baru, seperti misalnya, ada siswa yang tidak bisa sekolah karena tidak mampu membeli seragam sekolah. Bayangkan jika misalnya tidak ada aturan wajib memakai seragam, mungkin para orang tua dari anak-anak miskin ini tidak perlu pusing memikirkan seragam sekolah karena anak-anak mereka tetap bisa belajar di sekolah dengan pakaian seadanya. Selain itu, belakangan kita tahu bahwa otoritas sekolah untuk mengatur cara berpakaian siswanya rentan menjadi semacam oppression terhadap hak otonomi siswa atas tubuhnya sendiri. Misalnya, siswa wajib atau tidak boleh mengenakan atribut keagamaan tertentu.

Saya tidak tahu apa tujuan yang mau dicapai dengan memberlakukan aturan wajib memakai seragam di sekolah. Jika tujuannya adalah seperti yang disampaikan Mas Mohammad Maulana Iqbal, yakni untuk “menumpas” kesenjangan sosial di sekolah, maka menurut saya menyeragamkan cara berpakaian siswa ini tidak lebih dari sekadar polesan yang tidak substansial. Bahkan saya tidak tahu kenapa kesenjangan sosial di sekolah ini dianggap sebagai masalah? Sejauh yang saya tahu, sesuatu dapat diidentifikasi sebagai suatu masalah, ketika sesuatu itu menghambat seseorang atau suatu instansi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Tujuan didirikannya lembaga pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang diamanatkan konstitusi. Mari asumsikan saja bahwa kesenjangan sosial menghambat sekolah untuk mencerdaskan siswa-siswinya, karena misalnya, ada yang—karena kesenjangan sosial ini—tidak memiliki akses untuk belajar di sekolah. Maka kesenjangan sosial dapat diidentifikasi sebagai sebuah masalah. Namun jika demikian, apakah menyeragamkan pakaian siswa adalah solusi yang tepat? I don’t think so.

Baca Juga:

3 Spot Terbaik Melihat Kesenjangan Kota Jakarta dari Ketinggian

Menerka Alasan Seragam Olahraga Sekolah Desainnya Selalu Bikin Malu

BACA JUGA Saran Warna Seragam Satpam biar Cocok dengan Jobdesknya 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 November 2021 oleh

Tags: artikel balasankesenjangan sosialpendidikan terminalseragam sekolah
Imam Sanji

Imam Sanji

Mahasiswa semester akhir yang sedang prokrastinasi.

ArtikelTerkait

Omongan Senior di Makrab Adalah Hal yang Paling Menyebalkan dan Sia-sia terminal mojok

Omongan Senior di Makrab Adalah Hal yang Paling Menyebalkan dan Sia-sia

11 Agustus 2021
Anak Magang Itu Sebaiknya Menerima Bayaran atau Nggak, sih_ terminal mojok

Anak Magang Itu Sebaiknya Menerima Bayaran atau Nggak, sih?

1 Juli 2021
petugas main angkut penertiban PPKM mojok

Mempertanyakan Dasar Hukum Petugas Main Angkut Saat Penertiban PPKM

7 Juli 2021
Kasta Buku Tulis Anak Sekolah dari yang Tersohor Sampai Terkucilkan terminal mojok.co

Kasta Buku Tulis Anak Sekolah dari yang Tersohor Sampai Terkucilkan

30 Mei 2021
KKN online urgensi manfaat kampus mojok

Kalau Nggak Ada Manfaatnya, buat Apa Kampus Memaksakan KKN Online?

13 Juli 2021
Ketimbang Pengin Jadi Maudy Ayunda, Mending Belajar Jadi Orang Tuanya Saja terminal mojok

Ketimbang Pengin Jadi Maudy Ayunda, Mending Belajar Jadi Orang Tuanya Saja

13 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.