Kalau ada satu tempat di Kota Batu yang menyimpan cukup banyak kenangan dalam hidup saya, tempat itu adalah Plaza Batu. Saya baru menyadari beberapa waktu terakhir, bahwa Plaza Batu selalu ada di semua cerita masa pertumbuhan saya, dan tentunya cerita nakal saya.
Bagi orang Batu, entah sebagian atau semuanya, Plaza ini bukan hanya sekadar pusat perbelanjaan. Pada masanya, Plaza tersebut adalah pusat peradaban, pusat modernisasi, sekaligus menjadi pusat keramaian, pusat berkumpulnya orang-orang. Letaknya yang berada tepat di utara alun-alun Kota Batu menjadikan Plaza tak pernah sepi pada masanya.
Keberadaan Plaza Batu tercatat pertama kali sekitar tahun 90-an. Saat itu, tidak banyak toko-toko besar (toserba atau supermarket) yang ada di Kota Batu. Sebelum ada Plaza tersebut, hanya ada beberapa toko besar yang terpusat di kawasan Jl. Panglima Sudirman. Namun setelah adanya Plaza ini, pamor toko-toko itu tergeser, dan tergantikan oleh Plaza Batu yang lebih bagus, lebih lengkap, dan tentunya lebih modern.
Dekade 90-an hingga 2000-an, Plaza Batu benar-benar jadi primadona, yang juga menjadi pusat perbelanjaan pertama di Kota Batu yang memakai sistem swalayan. Selain itu, Plaza Batu ini istilahnya “palugada”. Apa yang lu mau gua ada. Mau cari kebutuhan rumah tangga, ada. Mau cari pakaian, juga ada. Cari mainan, cari barang elektronik, cari hiburan, ada. Bioskop? Dingdong? Tempat makan? Alat musik? Ada semua di Plaza ini.
Pembagian tempatnya juga tertata cukup rapi. Lantai 1 ada supermarket sekaligus tempat jual pakaian. Lantai dua ada tempat jual alat dan perabot rumah tangga, alat musik, dan lain-lainnya. Di lantai tiga, ada bioskop dan dingdongnya. Nah di luar gedung (tapi masih di komplek yang sama) banyak terdapat kios-kios. Ada kios tempat makan, jual pakaian, aksesoris, jual mainan, hingga rental PS.
Daftar Isi
Tempat yang pas untuk nongkrong dan bolos sekolah pada zamannya
Sebagai pusat keramaian, tak heran jika Plaza Batu ini semacam jadi Mekkah. Bayangkan saja, ketika weekend, musim liburan, atau menjelang Lebaran, Plaza ini tak pernah sepi. Entah untuk berbelanja, atau sekadar nongkrong saja. Plaza ini benar-benar tak pernah sepi pada masanya.
Lokasinya yang berseberangan dengan alun-alun Kota Batu membuat Plaza ini enak buat nongkrong. Misalnya begini. Sabtu sore kita jalan-jalan di alun-alun, lalu pergi ke Plaza Batu untuk nonton bioskop atau belanja, lalu diakhiri dengan makan malam di sekitar sana. Akhir pekan atau liburan kita akan penuh dengan kegiatan yang menyenangkan.
Saya sendiri pernah merasakannya, tapi untuk kebutuhan lain, yaitu bolos sekolah ketika SD. Saya memang bukan anak yang sering bolos. Sepanjang 6 tahun SD, saya hanya bolos sekitar 3-4 kali saja. Dan semua kegiatan bolos itu tujuannya cuma satu, yaitu main PS di area luar Plaza Batu (nama rental PS-nya adalah RIA).
Meski tidak terlalu sering saya ke RIA untuk main PS, tapi mbolos di sini jelas enak sekali. Tempatnya tertutup, tidak terekspos dari luar, dan pegawai di RIA cukup toleran dengan anak-anak sekolah yang lagi mbolos seperti saya dan beberapa teman saya. Satu-dua jam sudah cukup bagi saya untuk menghabiskan waktu bolos sekolah saya dengan main Winning Eleven atau Def Jam.
Setumpuk kenangan di Plaza Batu
Bagi saya, Plaza Batu bukan sekadar pusat perbelanjaan atau tempat untuk nongkrong dan bolos sekolah. Bagi saya, Plaza ini adalah setumpuk kenangan yang semoga akan abadi apapun yang terjadi. Di Plaza ini, ada banyak hal “pertama kali” yang saya lakukan.
Pertama kali saya merasakan menonton bioskop ya di Plaza Batu. Saya ingat betul film yang saya tonton pertama kali di sana, film Laskar Pelangi. Saya juga pertama kali beli mainan di sana. Yang saya ingat, saya pertama kali beli Tamiya Vanguard Sonic di toko mainan Plaza ini. Saya pertama kali beli Crush Gear Garuda Eagle juga di sana. Dan, saya pertama kali tahu model supermarket swalayan ya di Plaza ini.
Selain itu, saya juga punya langganan di satu kios di sana. Kios itu adalah kios isi lagu dan game. Iya, zaman itu (sekitar tahun 2008-2009) sedang marak sekali kios-kios untuk isi lagu dan game. Dulu, saat HP saya masih Sony Ericsson Z555, saya cukup rajin seminggu sekali atau dua kali pergi ke Plaza untuk sekadar ngisi lagu atau game. Modal 5-10 ribu, saya sudah dapat 4-5 lagu, atau 2-3 game.
Senjakala Plaza
Tak ada yang abadi, termasuk kejayaan Plaza ini. Ketika gelombang minimarket semacam Indomaret dan Alfamart mulai masuk Kota Batu, saat itu pula pamor Plaza mulai turun. Dulu, ketika belum ada Indomaret dan Alfamart, rujukan orang-orang ketika belanja ya kalau tidak Pasar Besar, ya Plaza Batu. Sekarang, ketika Indomaret dan Alfamart sudah ada nyaris di setiap desa dan kecamatan, Plaza ini perlahan ditinggalkan.
Situasi ini diperparah ketika muncul Mall Lippo, satu-satunya Mall di Kota Batu yang semakin membuat Plaza Batu ditinggalkan. Orang-orang jelas lebih memilih Lippo yang lebih lengkap, lebih modern, dan tentunya lebih kece daripada Plaza Batu yang entah mengapa kurang berkembang dan kurang inovatif.
Plaza Batu memasuki senjakalanya. Bioskop dan dingdong sudah lama sirna. Beberapa kios di sekitar Plaza juga sudah tiada. Plaza Batu kini menyisakan supermarketnya saja yang harus diakui, jauh lebih sepi daripada dulu di masa kejayaannya. Mungkin, warga Batu hanya perlu menunggu waktu untuk menyaksikan tempat ini menyudahi dirinya. Mungkin, malah tidak lama lagi akan usai. Namun kenangan di dalamnya, mungkin akan masih tertambat.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Tempat Wisata Overrated di Kota Batu. Apanya yang Spesial, sih?