Tau nggak sih selotip plastik yang kecil itu ternyata musuh besar proses daur ulang sampah, lho.
Dewasa ini, penggunaan selotip plastik semakin meningkat seiring dengan masifnya kegiatan jual beli secara daring. Selama pandemi COVID-19, penggunaan sampah plastik juga telah meningkat karena lebih banyak orang bekerja dan belajar dari rumah, yang menyebabkan peningkatan dalam pembelian makanan dalam kemasan dan penggunaan plastik untuk pengiriman. Berbagai jenis proses pengemasan dari penjual e-commerce pasti bermuara pada penggunaan selotip plastik. Tanpa hadirnya selotip plastik, bisa dipastikan paket para pelanggan tidak aman dan selamat sampai tujuan.
Memang benar penggunaan bungkus berbahan dasar plastik atau material lain yang membutuhkan selotip sebagai perekat cenderung lebih simpel, efektif, murah, dan mudah. Terlebih lagi, eksistensi dari selotip sendiri sering dijumpai di berbagai toko besar hingga kecil sehingga memudahkan orang-orang untuk menggunakannya.
Kebiasaan melakukan kegiatan berbelanja secara daring meningkat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pandemi. Hasil negatif yang nyata-nyata dialami oleh masyarakat akibat adanya pandemi adalah peningkatan tren belanja yang sangat boros. Hal ini diperparah dengan adanya pemberlakuan kebijakan berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Berbagai kebijakan, seperti PSBB, PPKM, juga WFH yang diprakasai oleh pemerintah demi mengurangi dan mencegah kerumunan di tempat umum tentu saja memiliki efek samping terhadap masyarakat. Orang-orang harus beradaptasi dengan berbagai kebiasaan baru, seperti belanja kebutuhan hidup dan membeli makanan dari rumah.
Menurut data yang dikemukakan oleh databoks.katadata.co.id pada 2021 lalu, sebanyak 88,1% dari pengguna internet aktif di Indonesia pasti memakai layanan e-commerce. Angka ini merupakan data tertinggi dan menempati posisi nomor satu di dunia. Bahkan, untuk rata-rata penggunaan e-commerce secara global saja hanya menyentuh angka 78,6% di bawah Indonesia.
Selotip adalah jenis sampah plastik yang umum digunakan untuk mengepak produk-produk dalam kemasan. Selotip dapat menghambat proses daur ulang sampah karena beberapa alasan.
Pertama, ukurannya yang kecil dan ringan sehingga sulit untuk dikumpulkan dan dikelompokkan bersama sampah plastik lainnya. Banyak selotip yang jatuh ke tanah atau tersebar di lingkungan, sehingga sulit untuk dikumpulkan dan diolah.
Kedua, selotip sering kali terbuat dari berbagai jenis plastik yang berbeda, seperti polipropilen atau poliester yang tidak dapat diolah dengan cara yang sama dengan jenis plastik lainnya.
Ketiga, selotip sering kali telah terkontaminasi dengan sampah lain seperti makanan atau kertas yang dapat menyebabkan masalah dalam proses daur ulang juga dapat menurunkan kualitas bahan baku yang dihasilkan.
Terakhir, selotip memerlukan biaya pengumpulan yang lebih tinggi karena ukurannya yang kecil dan berpotensi kontaminasi, hal ini akan menambah biaya yang dibutuhkan dalam proses daur ulang sampah.
Sementara itu, kita juga harus menelaah proses dari daur ulang sampah plastik sebagai berikut:
#1 Pengumpulan sampah
Ini adalah tahap pertama dalam proses daur ulang sampah plastik. Sampah plastik pertama-tama akan dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti sampah rumah tangga, sampah pabrik, dan sampah dari ruang publik. Selanjutnya, sampah plastik akan dikumpulkan dan diklasifikasikan berdasarkan jenisnya sebelum diteruskan ke tahap berikutnya.
#2 Pengolahan sampah
Dalam tahap ini, sampah plastik diolah dengan cara yang sesuai dengan jenisnya. Beberapa jenis plastik dapat diolah dengan cara dicuci dan dipotong menjadi potongan-potongan kecil sebelum diteruskan ke tahap berikutnya. Sementara itu, jenis sampah lain mungkin harus dihancurkan atau dibakar.
#3 Proses penyulingan
Sampah plastik yang telah selesai dikerjakan oleh tahap sebelumnya kemudian diolah dengan cara dihancurkan dan dibakar pada suhu tinggi, sehingga menghasilkan gas yang dapat diambil dan digunakan sebagai sumber energi. Sementara itu, sisa padat dari proses ini dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar alternatif.
#4 Proses granulasi
Pada tahap ini, sisa plastik yang telah diolah di tahap sebelumnya dicampur dengan bahan-bahan tambahan seperti warna atau bahan pengisi, kemudian dicampur dan dipres menjadi granul-granul yang akan digunakan kembali sebagai bahan baku untuk produk baru.
#5 Produksi produk baru
Sampah plastik yang telah diolah dan diformat ke dalam granul dapat digunakan kembali sebagai bahan baku untuk produk baru, seperti tas, keranjang, piring, dan bahkan bahan bangunan.
Penggunaan selotip plastik memang tidak bisa dihindari, terlebih lagi di era sekarang ini. Pada masa kini, belanja secara daring memang merupakan suatu solusi. Sayangnya, terdapat beberapa dampak negatif yang menanti. Penggunaan selotip dapat meninggalkan residu pada sampah yang akan didaur ulang nanti. Oleh karena itu, plastik yang menempel erat dengan selotip tidak akan bisa didaur ulang kembali.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa pabrik daur ulang sampah memiliki sistem yang dirancang khusus untuk menangani selotip dan memisahkan dari sampah lainnya sebelum proses daur ulang. Namun, solusi terbaik adalah mencegah pembuangan sampah plastik dan mengurangi produksi sampah plastik baru. Dan kesadaran masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah plastik yang benar juga sangat penting.
Penulis: Anisa Cahyani
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sampah Plastik: Hanya Ada Satu Kata, Tinggalkan!