Turunan ke Magelang dan tanda bahwa pulang sudah dekat
Setelah puncak, jalur mulai menurun panjang ke arah Magelang. Dibandingkan sisi Boyolali yang lebih menuntut fokus, bagian ini terasa lebih ramah. Jalannya rapi dan tidak banyak kejutan.
Di kiri dan kanan, rumah warga dan ladang sayur mulai mendominasi. Beberapa titik sering dimanfaatkan untuk melihat matahari pagi dengan latar Merbabu. Pemandangan desa-desa kecil ini membuat perjalanan terasa lebih lambat.Â
Selo dan kebiasaan yang terlanjur cocok
Bagi saya, anak Magelang yang kebetulan merantau di Solo, Selo bukan jalur alternatif. Ini jalur yang sudah terlanjur cocok. Perpaduan udara dingin, dua gunung, dan jalan yang tidak tergesa membuat pulang terasa lebih utuh.
Selo juga dikenal sebagai salah satu kecamatan dengan jumlah basecamp pendakian terbanyak di Jawa Tengah karena menjadi akses resmi ke Merapi dan Merbabu. Maka wajar kalau jalurnya selalu hidup. Tapi, anehnya, suasana di sana tidak ribut dan ruwet, termasuk jalanannya.Â
Pulang lewat Selo bukan soal kewajiban. Ini kebiasaan yang bertahan karena selalu berhasil. Dan selama Merapi dan Merbabu masih berdiri di tempatnya, rasanya jalur ini akan terus saya pilih bukan karena paling cepat, tapi karena paling membantu kepala ikut sampai rumah dengan tenang.
Penulis: Fitria Salma Nur Azizah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















