Waktu kecil saya pernah mendapatkan ikan lele besar banget. Padahal itu adalah awal-awal saya ikut mancing. Sedangkan tetangga saya yang lebih besar dan sudah sering mancing malah tidak dapat apa-apa. Tapi saya juga pernah ada di posisi si tetangga. Tidak dapat apa-apa, sementara teman saya yang lebih kecil dan baru belajar mancing dapat ikan gabus dan mujair besar-besar. Kelak setelah tahu istilah “keberuntungan pemula”, saya mulai memikirkannya.
Saat membuka bengkel lima tahun lalu, saya seperti mengalaminya lagi, keberuntungan pemula: pelanggan rame sejak hari pertama. Dan begitu terus sampai beberapa bulan setelahnya. Saya sampai berpikir bahwa “membuka bisnis itu ternyata mudah.”
Waktu itu saya blas tidak paham soal bisnis atau bengkel. Saya tidak pernah masuk sekolah teknik. Saya juga tidak punya kenalan atau teman yang bisa diajak mbengkel. Dan soal bisnis, saya hanya pernah baca-baca sekilas, dan yang nempel di kepala cuma “Bisnis itu bisa apa saja. Yang penting buka dulu. Lain-lain akan mengikuti kemudian”. Dan memang benar, waktu dulu membuka bengkel, selain nekat, modalnya saya ya memang cuma geblek saja.
Tapi keberuntungan itu hanya bertahan satu tahun. Atau sekira itu. Tahun kedua dan ketiga, keberuntungan itu habis tak bersisa. Saya bahkan sempat berpikir untuk menutup bengkel dan menggantinya dengan sesuatu yang saya tidak tahu entah apa. Untung saja saya penakut. Tidak berani memulai sesuatu yang baru. Jadilah bengkel saya masih berdiri sampai sekarang.
Keberuntungan pemula bisa habis. Dan pasti akan habis. Itulah kenapa kita melihat banyak warung yang rame saat awal buka, tapi perlahan menjadi sepi dan sepi, dan pemiliknya terpaksa menutupnya. Itu juga alasan kenapa kita merasa begitu mudah saat mencoba sesuatu yang baru, tapi saat mau diseriusi, segalanya tiba-tiba menjadi sulit, berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Dan kita pun menyerah mengejar mimpi-mimpi kita.
Tapi keberuntungan pemula juga bisa dipermanenkan. Di dunia sepak bola, kita mengenal nama-nama seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, atau Eric Cantona dari masa yang lebih lama. Mereka adalah para pemain yang bisa melakukan hal-hal hebat sejal awal kariernya, dan bisa terus mempertahankannya hingga akhirnya menjadi legenda.
Lalu ada juga yang seperti Mohamed Salah. Pernah bersinar di negara asalnya. Lalu menjalani dua musim yang buruk di Chelsea. Dipinjamkan ke Fiorentina dan AS Roma. Tapi sekarang, tak seorang pun yang tak mengenal namanya. Apakah yang dilakukan Mohamed Salah itu bisa disebut sebagai “mengulangi keberuntungan pemula”?
Banyak pemain muda yang melakukan hal-hal spektakuler di awal kariernya. Dan kita menaruh harapan besar pada mereka. Tapi hanya sedikit yang bisa bertahan. Dan beberapa yang lain, yang jumlahnya lebih banyak, menghilang bahkan sebelum kita bisa mengingat namanya.
Sir Alex Ferguson dalam bukunya “Memimpin” bercerita tentang bagaimana dia bisa mempertahankan tingkat performa tinggi selama beberapa dasawarsa. Manchester United di bawah Ferguson memang pernah menjadi legenda.
Disiplin, kerja keras, tekad, kepercayaan diri, dan banyak lagi. Tapi di atas semua itu, yang paling kita butuhkan mungkin adalah kemauan untuk tidak menyerah dan kesediaan untuk terus belajar.
Keberuntungan pemula bisa diulang. Tapi bagaimana caranya dan butuh berapa lama, itu mungkin tergantung kita.
Awal-awal membuka bengkel, banyak hal yang tidak saya bisa. Saya tidak tahu cara mengencangkan rantai yang kendor. Saya tidak tahu cara menambal ban tubeless. Saya juga tidak tahu bagaimana cara memasang kulit baru di jok motor lama. Sekarang pun masih ada hal-hal yang tidak bisa saya lakukan. Tapi ada teman-teman yang bisa melakukannya. Bengkel saya sudah berjalan lebih dari lima tahun. Dan kalau dibandingkan tahun pertama, hasil yang sekarang mungkin sudah melebihinya.
Jadi, bagaimana sebenarnya caranya? Mungkin, ini mungkin, caranya hanyalah dengan terus melangkah.
“Keberuntungan pemula bisa diulangi lagi setidaknya setelah lima tahun, dengan catatan kamu tidak menyerah dan mau terus belajar.” Mungkin.
Awal bisa mulai menulis agak panjang, saya mengirimkannya ke Mojok, dan tayang. Sempat ditolak di kiriman kedua, kiriman ketiga–yang soal kemungkinan Prabowo jadi presiden itu–tayang lagi, dan rame, dapat komen seribu lebih. Saya seneng sekali waktu itu.
Tapi dua tulisan itu–utamanya tulisan kedua–mungkin memang hanya keberuntungan pemula. Saya tidak pernah bisa mengulanginya lagi. Berkali-kali saya mencoba membikin tulisan, tidak pernah bisa sebagus itu. Berkali-kali mengirim, tidak pernah lagi ada yang tayang.
Tidak di Mojok. Tidak di DNK. Bahkan saat Mojok sudah membuka versi Terminal yang seharusnya lebih mudah ditembus. Dan sampai DNK mengundurkan diri dari hadapan kita semua.
Saya sampai pernah putus asa. “Mungkin saya memang tidak cocok jadi penulis.” Untungnya semua sudah berlalu. Dan kalau melihat pola yang terjadi di bengkel, saya mungkin bisa sedikit berharap. Saya hanya perlu untuk “tidak menyerah”. Dan semua pasti akan baik-baik saja.
BACA JUGA Dengan Terbiasa, pada Akhirnya Semua Akan Menjadi Biasa-Biasa Saja atau tulisan Masjudi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.