Efisiensi pembelajaran
Banyak yang ngomong: software bagus nggak berguna di hardware ampas. Dan argumen itulah yang dipakai orang-orang yang menjustifikasi adanya sekolah favorit.
Argumen itu menunjukkan dua hal: orang itu nggak tau manusia dan gegabah menyamakannya dengan komputer, dan memang malas berpikir.
Pertama, manusia itu bukan komputer. Otak perlu diasah dan diberikan ilmu-ilmu yang bermutu. Niscaya, manusia ini bakal jadi. Otak itu bukan sesepele komputer. Inilah gunanya sekolah: memberi hal-hal bermutu untuk manusia.
Kedua, kemalasan berpikir inilah yang bikin pendidikan dan negara nggak maju. Kalau yang nggak paham nggak dibikin paham dan nggak mau membikin paham, ya gimana bakal paham?
Orang nggak tahu, bukannya dikasih tahu, malah diminta tahu diri. Logika dari mana?
Jadi, argumen efisiensi pembelajaran dipakai sebagai justifikasi sekolah favorit itu dangkal banget.
Mengejar peringkat sebagai sekolah terbaik
Sebenarnya sah-sah saja terkait orientasi sekolah ingin menjadi yang terbaik dengan bergantung pada prestasi siswanya. Tapi ya…aneh nggak sih?
Masak sekolah bergantung pada murid pintar? Jadinya yang pintar itu sekolahnya apa muridnya?
Saya mendukung zonasi ya karena hal-hal di atas. Meski ya, butuh pemerataan. Tak boleh lagi semua kemajuan hanya dimiliki oleh segelintir sekolah. Buang kayu mati yang membebani sekolah. Beri guru gaji yang besar, jangan UMR doang. Kasih infrastruktur yang baik. Akhirnya, dalam waktu 10 tahun, nanti sudah terlihat kek mana kemajuannya.
Dan untuk orang tua, plis, sekolah favorit bukan segalanya. Jadi jangan suka melabeli. Percuma juga sekolah favorit kalau anakmu kau siram dengan pendidikan tak bermutu di rumah.
Penulis: Diaz Robigo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Masih Ada Sekolah Favorit dan Orang Tua Pindah KK Anak, Sistem Zonasi Gagal Total!