Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Celaka, di Warmindo Tak Ada Manual Brew!: Secanggih Apa pun Lidahmu, Kopi Saset Tetaplah yang Jadi Juara

Riyanto oleh Riyanto
1 November 2023
A A
Celaka, di Warmindo Tak Ada Manual Brew!: Secanggih Apa pun Lidahmu, Kopi Saset Tetaplah yang Jadi Juara

Celaka, di Warmindo Tak Ada Manual Brew!: Secanggih Apa pun Lidahmu, Kopi Saset Tetaplah yang Jadi Juara (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kisah kemunculan para pendekar kopi

Orang-orang kayak saya itu, yang memuja kopi karena terlampau pengin dibilang si paling kopi, biasanya disebut Pendekar Kopi. Selain harus antigula dan anti-kopi saset, para Pendekar Kopi wajib hukumnya duduk di depan meja bar dan ngajakin si barista membahas apa aja soal kopi. Kalo perlu sampe adu ilmu. Kalo perlu sampe debat kusir nggak kelar-kelar.

Hampir di setiap kedai kopi pasti pernah kedatangan pendekar. Ada yang bilang kalo istilah pendekar itu datang dari barisan Barista Sakit Hati yang nggak bisa jawab pertanyaan pelanggan soal kopi. Ditanya ini itu cuma bisa plonga-plongo. Karena itu si barista memberi label si pelanggan itu Pendekar Kopi. Padahal belum tentu si pelanggan pengin ngetes kemampuan si barista, tapi murni penasaran dan pengin tau. Ya emang ada juga sih yang pengin ngetes skill si barista.

Meski terkesan nyebelin, tapi kehadiran para pendekar kopi itu yang bikin dunia perkopian menjadi seru. Semua pembahasan mulai dari teknik seduh, pengaruh PH air terhadap rasa kopi, sampai menggunjing barista kedai lain bakalan diobrolin sampe tuntas. Bahkan ada pelanggan yang minta gula padahal pesen americano, udah pasti dapet tatapan penuh hina!

Sayangnya, populasi pendekar berangsur-angsur punah. Ada yang tobat. Ada yang buka kedai kopi sendiri. Atau emang tergusur peradaban karena industri kopinya berubah. Nggak ada lagi kursi di depan meja bar. Nggak ada lagi ruang diskusi antara barista dan pelanggan.

Saat kopi susu gula aren melanda, segalanya berubah total. Pendekar kopi yang anti gula bisa apa menghadapi trend gula aren? Mau beralih jadi pendekar gula aren? Mendebat apakah gula aren yang dipake itu beneran gula aren atau gula jawa gitu? Nggak bisa lah.

Kecenderungan multiplikasi trend di indonesia

Perubahan dari kopi antigula menjadi kopi harus gula aren itu cepet banget. Ada yang berpendapat bahwa hal ini terjadi karena di Indonesia, Third Wave Coffee itu mengalami multiplikasi. Artinya kadar FOMO masyarakat itu nggak ada obat. Begitu booming, langsung dihajar habis-habisan dari berbagai sisi, mulai dari masifnya kedai kopi kecil-kecilan yang muncul di mana-mana, pembahasan kopi yang selalu dilakukan setiap hari, mendadak semua orang pingin jadi barista, mendadak semua barista pingin bisa roasting, mendadak yang bisa roasting pingin bisa proses pasca panen, dan seterusnya.

Saking FOMO, hal itu terjadi berkali-kali lipat lebih cepat, sehingga makin geger trend third wave coffee. Akan tetapi makin cepat geger, makin cepat surut juga. Bayangkan, saat setiap malam membahas mengenai kopi, dan terus dilakukan selama berminggu-minggu, lantas apa lagi yang akan dibahas pada bulan-bulan berikutnya? Bukankah banyak yang merasa sudah puas dengan semua pembahasan itu, sehingga memilih untuk nggak terlibat lagi? Kalau merasa sudah puas dengan pembahasan tentang kopi, ya wajar kalau menyudahi pembahasan itu, kan? Kalau pembahasannya habis, otomatis makin jarang pelanggan yang duduk di depan bar dan ngulik kopi bareng barista. Otomatis populasi pendekar kopi juga lama-lama menyusut. multiplikasi trend ini. Kalo mau diperhatiin, nggak hanya terjadi pada industri kopi, melainkan hampir di setiap trend yang muncul di Indonesia.

Kopi itu mau digiling atau digunting yang penting diminum, dan dibayar!

Perubahan industri yang cepat memang bisa jadi adalah penyebab tobatnya para pendekar kopi. Mau jadi pendekar pun nggak ada lagi yang bisa diajak debat kusir. Kulturnya berubah. Baristanya juga nggak kayak yang dulu-dulu. Kedai kopi juga mulai jarang yang punya manual brew. Akhirnya harus terima kalo ngopi itu nggak melulu manual brew. Nggak melulu anti-gula. Kalo cuma mau anti-gula, Nescafe Classic itu juga enak tanpa gula. Kemasan Saset, tapi kopi Robusta asli. Masa yang itu mau anti juga? Masa mau bilang kopi itu digiling bukan digunting? Kan sama-sama kopi asli dan nggak pake gula?

Baca Juga:

Menggugat Kafe yang Hanya Menerima Pembayaran QRIS, Apa yang Kalian Lakukan Itu Diskriminatif

5 Rekomendasi Warung Makan Tanpa Tukang Parkir Dekat Unsoed Purwokerto, Semoga Tukang Parkir Nggak Baca Ini!

Berbagai benturan fakta itulah yang bikin saya merasa tercerahkan. Ternyata ada kopi yang digunting, tapi berasal dari kopi asli dan rasanya enak meski tanpa gula. Bisa dibilang itu adalah tahapan pencerahan pertama.

Pencerahan kedua datang ketika saya ngeh, kalo buat temen makan, manual brew itu enggak cocok. Mau seenak apa pun kopi seduhan manual brew, tetapi kalo makan nasi telor orak-arik di warmindo, tetep es teh juaranya. Kalo mau ditemenin kopi ya varian es Good Day nggak ada lawan.

Celaka, di warmindo tak ada manual brew!

Kalau saja di warmindo ada manual brew, setiap habis makan di sono, pasti bakal pesen satu cangkir dan nongkrong lama. Apalagi kalo ada wifi kenceng di sono. Makin betah lagi pasti. Celakanya, di warmindo nggak ada manual brew, dan emang nggak harus ada.

Padahal kalo mau dihitung-hitung, antara pergi ke kedai kopi atau ke warmindo, pasti lebih sering ke warmindo, kan? Jadinya ya potensi untuk tergoda dengan varian kopi saset, bakal makin tinggi. Seidealis apa pun tentang kopi, kalo tiap ke warmindo lihat orang minum es kopi saset di terik siang bolong, bakal tergoda juga. Hal inilah yang bikin saya tobat dan mulai menikmati lagi kopi saset.

Hanya saja kadang pikiran liar saya berkecamuk. Seandainya saja di warmindo ada manual brew, apakah saya akan tetap idealis tentang kopi dan masih jadi pendekar? Tapi setelah merenung lama, kok saya merasa pemikiran itu sesat ya? Soalnya misal emang setiap warmindo jual manual brew, terus yang mau ke kedai kopi siapa?

Penulis: Riyanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Barista Jogja: Antara Seksi, Romantis, dan Upah Kelewat Rendah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 6 November 2023 oleh

Tags: kafekopi sasetmanual brewsnob kopiwarmindo
Riyanto

Riyanto

Juru ketik di beberapa media. Orang yang susah tidur.

ArtikelTerkait

Jogja Itu Nggak Istimewa dan Tidak Lagi Sama (Pexels)

Jogja Itu Nggak Istimewa dan Tidak Lagi Sama karena yang Istimewa Itu Orang-orangnya

10 Februari 2025
5 Menu Warmindo Jogja yang Saya Harap Ada di Warmindo Jakarta Mojok.co burjo angkringan

4 Alasan Mengapa di Lingkungan Kampus, Burjo Lebih Rame Dibandingkan Angkringan

19 Agustus 2025
Pecel Lele Lawan Berat Warteg Kharisma Bahari di Jogja, Bukan Warmindo (Unsplash)

Di Jogja, Pecel Lele yang Menjadi Lawan Berat bagi Warteg Kharisma Bahari, Bukan Warmindo

8 Juli 2023
Jangan Remehkan Es Kopi Sachet Warmindo karena Lebih Enak dari Es Kopi Susu ala Kafe

Jangan Remehkan Es Kopi Sachet Warmindo karena Lebih Enak dari Es Kopi Susu ala Kafe

13 Maret 2025
5 Siasat dari Mantan Barista untuk Menghadapi Mahasiswa yang Nongkrong di Kafe Berjam-jam, Rombongan, dan Nggak Jajan Mojok.co

5 Siasat dari Mantan Barista untuk Menghadapi Mahasiswa yang Nongkrong di Kafe Berjam-jam, Rombongan, dan Nggak Jajan

17 Juni 2024
5 Kafe Ramah Anak di Jogja

5 Kafe Ramah Anak di Jogja

24 Juni 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.