Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Sebagai Warga Desa, Saya Justru Repot Ngadepin Mahasiswa yang KKN Online

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
30 Juli 2021
A A
Skill yang Harus Dimiliki Orang Indonesia Sebelum Usia 25 terminal mojok.co

Skill yang Harus Dimiliki Orang Indonesia Sebelum Usia 25 terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Wahai pihak kampus, beneran situ masih maksa tetep diadain KKN Online, nih?

Kalau boleh jujur, ada KKN aja itu merupakan sesuatu yang aneh. Apalagi KKN jauh sampai ke tempat-tempat wisata nan eksotis. Kampus-kampus besar di Jogja, mengirim mahasiswa mereka ke antah berantah, padahal di sekitar Jogja masih banyak bopeng sana-sini. Masih banyak celah yang seharusnya bisa dikaji.

“Kuliah Kerja Nyata”, kan, ya, singkatannya, kalau nggak salah? Apanya yang nyata lha wong di pinggiran kampus, penjualan lapen hilir mudik terjadi, prostitusi sana-sini dinanti. Kampus berlomba adu foto di Raja Ampat, sedang satu meter di samping mereka masyarakatnya sedang sekarat.

Katanya kampus adalah kawah candradimuka dalam mencetak bibit emas generasi penerus bangsa, tapi kok di lingkungan kampus sendiri masih banyak celah yang tersaji? Jalanan diportalisasi sana-sini, menciptakan gap dengan masyarakatnya sendiri.

Menciptakan bibit terbaik untuk masyarakat, tapi sejak dini diajarkan menjadi berjarak dengan lingkungan terdekat. Ya nggak masalah, sih, yang penting feed Instagram sampai ke pelosok negeri. 

Pandemi menghajar seluruh lapisan masyarakat, bahkan sampai lapisan akademik. Ambulans meraung-raung di sepenjuru kota, oksigen langka, hoaks bekelindan di jagat media sosial, pejabat nonton sinetron, menteri komentari hukum yang salah di sinetron, sedang kejahatan HAM di Indonesia sejak lampau masih menjadi kabut yang sulit disibak. Puncak komedi.

Setelah seluruh kelucuan terjadi, dari golongan akademik muncul yang namanya KKN Online. Ini lebih aneh lagi. Jika boleh mengambil term yang diangkat oleh Yafi’ Alfita dalam tulisannya yang berjudul “Kalau Nggak Ada Manfaatnya, buat Apa Kampus Memaksakan KKN Online?”, mahasiswa sedang dalam posisi yang serba salah.

Saya setuju bahwa mahasiswa nggak salah, justru serba salah. Bagaimana bisa disalahkan, memang sejak kapan kampus paham apa yang dibutuhkan oleh mahasiswanya selain mengejar prestise dan legasi? Mahasiswa adalah kambing yang siap diadu oleh ganasnya kultur desa dan juga birokrasi kampus.

Baca Juga:

Dear Warga, Jangan Pasang Ekspektasi Terlalu Tinggi ke Mahasiswa KKN, Takutnya Nanti Kecewa

13 Tabiat Mahasiswa KKN yang Dibenci Warga Desa, Jangan Dilakukan atau Kalian Jadi Musuh Bersama

Namun, nggak hanya mahasiswa yang serba salah. Kami sebagai masyarakat desa pun merasakan hal yang sama serba salahnya. Bahkan ditambah serba bingung. Serba pekewuh. Namun serba bisa seperti Pak Luhut sih nggak. Tentu membantu rekan mahasiswa merupakan sebuah kebanggaan, tapi ketika dihadapkan dengan proker yang sifatnya online, kami sebagai warga desa bisa apa?

Online, lho ini. Iya, proker online. Nggak ada itu yang namanya bangun gapura, bangun masjid, atau apa pun itu.

Saya akan mencoba membuka realita apa yang terjadi di lapisan akar rumput, semisal pihak kampus terlalu jauh untuk menjangkau kami. Tinggal minum kopi, main gim Zuma, dan baca tulisan ini. Jadi, begini. 

KKN itu tujuannya—jika saya boleh ambil benang merah seluruh kampus—menjadi media mengabdi kepada masyarakat. Mahasiswa datang, menelaah apa yang dibutuhkan masyarakat, jadilah program kerja yang nantinya menjadi bahan kerja sama yang dilakukan oleh mahasiswa dan warga desa setempat. Itu, kan, ya, idealnya sebuah KKN?

Pandemi datang dari Wuhan. Bukan hanya Indonesia, bahkan seluruh warga dunia geger dibuatnya. Sampai sini paham, kan, wahai para petinggi kampus? Baik, saya lanjutkan, ya?

Lantas pemerintah—katakanlah (karena memang begini adanya)—gagal mengurus pandemi. PSBB, PPKM, PPKM Darurat, PPKM Level 15, PSIM, PSS Sleman, dan istilah-istilah lainnya dikeluarkan dalam rangka memutus mata rantai. Namanya beda, tapi intinya sama: pemerintah nyuruh warganya di rumah tapi nggak diberi pasokan ketahanan pangan yang memadai. Ya, nilai plusnya, negara lebih ahli bermain istilah ketimbang ngurus kebijakan yang jelas.

Desa limbung karena perkara pandemi. Jujur saja, ketimbang berharap kepada Luhut dan jajarannya, kami lebih berharap kepada pejabat desa setempat baik itu RT, RW, maupun Dukuh. Pasalnya menurut kami, kinerja mereka lebih nyata bagi akar rumput. Lebih ngosak-ngasik, lah ketimbang main istilah njlimet doang.

Lantas, datanglah para mahasiswa KKN. Membawa proker-proker yang katanya akan dikerjakan secara daring. Bayangkan saja, simbok saya yang petani lombok suruh zooming dan ngomongin tata cara membuat kompos yang baik dan benar. Atau Bulik saya yang bisa saja Google Meet sambil mepe gabah.

Itu pun penuh dengan kendala. Di desa, jujur saja sinyal masih ndlap-ndlup walau ada beberapa yang sudah pakai tower dan wifi mandiri. Tapi KKN itu prokernya untuk seluruh masyarakat tanpa terkecuali, kan? Ngumpulin semua warga di balai desa, gitu? Mbok sing nggenah, malah ada penularan klaster baru yang ada.

Warga desa bukannya bahagia malah kebingungan. Mahasiswa bukannya mengabdi malah kasihan sendiri. Sedang kalian, pihak kampus, jangan sembunyi doang di balik ruangan berpendingin sambil menyiapkan kebutuhan akreditasi.

Masyarakat jangan dipermainkan seperti ini. Dan memang seperti inilah fakta dan aktualitas yang ada di lapangan. Sedang di masa pandemi, kesehatan anak-anak kalian, para mahasiswa, harusnya jadi prioritas utama, nggak bisa diganggu-gugat.

Ketimbang membenci, kami sebagai warga desa justru kasihan kepada mahasiswa-mahasiswa KKN ini. Mereka datang tanpa bekal yang jelas—lha wong katanya pembekalannya saja hanya muter video di kanal YouTube. Warga desa bingung, mahasiswa bingung, yang ada justru hanya membuat lelah, lantas imun turun.

Update data sebaran kasus Covid-19 di Kabupaten Bantul, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul per Rabu (28/7/2021) pukul 15.30 WIB, dengan data-data sebagai berikut : pic.twitter.com/eEL7eiMMON

— Pemkab Bantul (@pemkabbantul) July 28, 2021

Mari mengacu kepada data. Bantul dalam keadaan darurat Covid-19 ketika tulisan ini diketik, yakni berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul per Rabu (28/7/2021). Di tempat simbah saya, Imogiri, ada 826 kasus dan kebetulan Bu Lik dan saudara saya termasuk dalam data tersebut.

Lantas, berapa tim KKN yang kampus Anda kirimkan untuk bertugas di Imogiri? Bagaimana jika mahasiswa-mahasiswa Anda sendiri yang terkena penularan, sedang kegiatan KKN Online tentu memusingkan mereka. Pun dengan warga desa. Ini Imogiri lho, daerah yang dipeluk pegunungan saja sudah hampir menyentuh seribu.

Belum di daerah lainnya, semisal Banguntapan dengan 2158 kasus positif Covid-19. Lantas tim-tim yang diturunkan, mahasiswa yang rumahnya sekitar Banguntapan, mau nggak mau ya keluar dari rumah dan mencemplungkan diri kepada masyarakat.

KKN Online maka selamanya akan berjalan secara online? Begitu, kan, harapan Bapak Ibu pihak kampus? Yah, sayangnya, realita di lapangan nggak seperti itu.

Atau jangan-jangan, KKN di masa pandemi seperti ini adalah bentuk usang yang harusnya dikaji ulang? KKN adalah benda kuno, menengok kesehatan nilainya lebih tinggi ketimbang pengabdian. Sedang pengabdian itu bisa saja bentuknya kini saling jaga satu sama lain, menghormati tenaga kesehatan, dan berdiam diri di rumah.

Bagaimanapun saya hanya warga desa. Nggak tahu, lah itu yang namanya birokrasi tahi kucing. Yang saya tahu, kampus sedang mempertaruhkan nyawa mahasiswanya dalam balutan sok idealis bernama pengabdian.

Bahwa pengabdi setan saja jelas mengabdi kepada siapa. Lantas, pengabdian ini sejatinya mengabdi kepada siapa? Kepada masyarakat atau malah kepada kampus? Mahasiswa KKN seharusnya gembira, bangga, dan senang, kok ya jadinya seperti apa yang diungkapkan oleh Fyodor Dostoyevsky: orang-orang yang malang.

BACA JUGA Kalau Nggak Ada Manfaatnya, buat Apa Kampus Memaksakan KKN Online? dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: covid-19kkn onlinepandemipendidikan terminalwarga desa
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Rekomendasi Tempat Tinggal bagi Mahasiswa Prasejahtera terminal mojok

Rekomendasi Tempat Tinggal bagi Mahasiswa Prasejahtera

17 Juni 2021

Membayangkan Bisa Bersekolah Bareng Idol Korea di SMA Seni SOPA dan Hanlim

20 Juni 2021
Bikin Solid hingga Nggaya dengan ‘Gwajam’, Jaket Angkatan di Kampus Korea Selatan terminal mojok

Bikin Solid hingga Nggaya dengan ‘Gwajam’, Jaket Angkatan di Kampus Korea Selatan

6 Juni 2021
Bukan Sekretaris, tapi Tugas Bendahara Adalah yang Terberat di Masa Sekolah terminal mojok.co

Panduan Memahami Sikap Wali Kota Tegal yang Ngakunya Nggak Ngerti Ada Konser tapi Ketahuan Nyawer

1 Oktober 2020
Bagi Saya, Nggak Masalah kalau Ada Teman Minta Jasa Gambar Gratis terminal mojok.co

Sistem Pembagian Tugas Kerja Kelompok Itu Sebenarnya Ora Mashok

21 Juni 2021
seragam sekolah kesenjangan sosial mojok

Seragam Sekolah Tak Akan Bisa Menumpas Kesenjangan Sosial: Artikel Balasan

10 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.