Sebagai insan yang setia jadi anak rumahan, saya punya waktu mengamati berbagai benda rumah tangga. Namun, ada benda yang menggelitik nurani saya. Benda itu adalah kaleng bekas. Benda ini begitu akrab dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Saking dekatnya, saya bisa menemukan kaleng bekas di setiap rumah yang saya kunjungi.
Kaleng bekas sangat istimewa. Dia menjadi salah satu kontainer bekas yang jauh dari tempat sampah. Berbeda dengan kontainer berbahan gabus dan plastik yang selalu dicampakkan (dan memelatuk aktivis lingkungan). Kaleng bekas kadang lebih berharga dari barang yang mendiaminya. Dan ia selalu dikaryakan setelah paripurna bertugas. Bahkan setiap jenis kaleng bekas ini punya peran dalam keharmonisan penyimpanan barang rumah tangga.
Karena variasi yang muncul, tanpa sadar ada pengastaan dari setiap kaleng bekas ini. Meskipun tidak ada landasan teori yang jelas, tapi tiap variasinya punya peran yang sama dari rumah ke rumah. Maka saya tergerak untuk mengulas dan mengelompokkannya berdasar variasinya. Saya mengambil sampel dari rumah saya, rumah handai taulan, dan beberapa rumah kawan yang pernah saya kunjungi. Metodologi yang saya gunakan adalah sistem gathuk di mana saya menghubung-hubungkan sampel dengan fungsi sesuai logika saya.
Kaleng Khong Guan
Kaleng berbentuk kotak ini adalah primadona dari setiap kaleng bekas. Dipandang sebagai puncak inovasi peradaban manusia. Kemuliaannya menyilaukan tamu yang berkunjung. Ada kesan tersendiri jika melihat kaleng ini: kemewahan yang menggambarkan ekonomi mapan sebuah keluarga yang mampu membeli biskuit multirasa.
Karena memiliki nilai luhur, kaleng ini dikaryakan kembali sebagai kontainer makanan luar biasa lainnya: rengginang dan kerupuk udang. Bentuk yang cantik dan fungsional menjadikan kaleng ini pantas menjadi kontainer pangan yang sama cantiknya.
Kaleng Monde Butter Cookies
Kaleng ini memiliki bentuk bundar dan lebih pipih dari kaleng Khong Guan. Prestisenya sama dengan kaleng Khong Guan. Terutama karena kemewahan biskuit yang ditawarkan. Kaleng ini juga menjadi simbol kedigdayaan sebuah keluarga. Hanya keluarga digdaya yang mampu membeli biskuit yang berjumlah sedikit tapi berharga selangit.
Berbeda dengan kaleng Khong Guan, kaleng Monde bekas tidak diposisikan sebagai kontainer pangan. Dia memiliki peran yang dekat dengan para ibu-ibu. Peran ini adalah kontainer alat jahit. Bentuk pipih yang luas memberikan kenyamanan para bunda untuk menyimpan dan mengakses alat jahit tanpa menghabiskan banyak ruang. Jika peran ini dilakukan kaleng Khong Guan, niscaya jari para bunda terancam tertusuk jarum atau benda tajam lain.
Kaleng Wafer Tango
Kaleng silindris ini juga akrab dengan banyak keluarga saat masa lebaran. Berbeda dengan kaleng monde, diameter kaleng ini lebih kecil namun lebih tinggi. Tetapi, kaleng wafer ini masih kalah pamor dengan kaleng sebelumnya. Dia tidak memancarkan kemewahan. Bahkan kaleng ini juga dipandang sebelah mata akibat iklan produk yang dimuatnya. Janji wafer ratusan lapis hanya tinggal janji. Saya merasa dikhianati iklan ratusan tadi.
Karena pamor yang lebih inferior, fungsi purnatugas kaleng ini pun tidak terlalu gagah. Umumnya, kaleng ini dipakai untuk menyimpan perkakas. Sering kali menjadi kontainer busi bekas kendaraan. Pada akhirnya, kaleng ini tercampakkan di garasi atau gudang rumah. Sedih sekali.
Kaleng oli
Meskipun banyak kemasan oli berbahan plastik, namun beberapa merek oli berkelas tetap mempertahankan kontainer berupa kaleng ini. Kaleng oli juga memiliki ukuran yang variatif, tergantung volume oli di dalamnya. Karena erat dengan dunia kotor kendaraan, kaleng ini juga dipandang sebelah mata. Apalagi dia datang bukan dari golongan kontainer pangan. Tentu tidak akan dikaryakan sebagai kaleng penyimpan bahan pangan.
Peran kaleng oli juga tidak jauh dari benda kotor. Umumnya kaleng ini dikaryakan sebagai penyimpan oli bekas dan minyak goreng bekas. Sebenarnya sangat filosofis. Kaleng oli memberikan kita oli baru, dan kita balas dengan oli bekas. Dia menuntaskan tugasnya tidak hanya sebagai pencapai pembaharuan. Dia tuntaskan sebagai penutup dari sebuah pembaharuan. Maksud saya ya ganti oli tadi.
Kaleng cat
Kaleng cat juga punya nasib seburuk kaleng oli. Karena tidak berasal dari kontainer bahan pangan, kaleng cat juga jauh dari kata prestisius. Meskipun memiliki muatan yang mengindahkan dan melindungi rumah, kaleng ini bernasib tak seindah muatannya. Bahkan kaleng ini selalu dalam antrean depan saat membuang sampah atau saat dijual ke tukang rongsok.
Beberapa kaleng yang beruntung tetap dikaryakan di rumah. Tapi karya yang dilakukan juga tidak semegah kaleng-kaleng bekas sebelumnya. Paling banter kaleng cat dikaryakan untuk menampung tetesan air karena atap bocor. Paling bagus juga dijadikan pot sederhana dan murah meriah.
Kaleng pomade
Meskipun menjadi kontainer obat ganteng, nasib kaleng bekas pomade tidak seganteng itu. Memiliki ukuran yang kecil, kaleng bekas ini tidak punya banyak manfaat. Padahal kaleng bekas pomade memiliki nilai estetika yang tinggi. Beberapa orang mengoleksi kaleng bekas pomade karena nilai estetikanya. Yah, hari ini apa pun bisa dikoleksi. Bahkan pesan singkat mantan pun dikoleksi.
Jika tidak dikoleksi, kaleng ini dikaryakan sebagai asbak. Ya, kontainer obat ganteng ini berakhir sebagai tampungan abu dan arang sisa merokok. Jauh dari peran awalnya yang menambah kegantengan si empunya. Ukurannya yang kecil memang sangat pas untuk dijadikan asbak. Menurut saya, kaleng pomade yang menjadi asbak ini adalah titik terendah dan terhina dari kasta kaleng bekas ini.
Demikianlah penggolongan kasta kaleng bekas yang berhasil saya himpun. Semoga tulisan ini membantu anda sekalian untuk mengurangi sampah dengan memanfaatkan barang bekas seperti kaleng. Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah pantun:
Ada kaleng, ada susu
Cukup sekian, Mas
BACA JUGA Mencuci Kaleng Khong Guan dan Wadah Bekas, Kepahlawanan Ibu untuk Menyelamatkan Bumi dan tulisan Dimas Prabu Yudianto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.