Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Seandainya para Filsuf Melatih Sepak Bola Pakai Strategi dari Pemikirannya

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
16 September 2020
A A
Seandainya para Filsuf Melatih Sepak Bola Pakai Strategi dari Pemikirannya terminal mojok.co

Seandainya para Filsuf Melatih Sepak Bola Pakai Strategi dari Pemikirannya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Jean-Paul Sartre, filsuf eksistensialis asal Prancis, memang pernah menjadi daya tarik utama para pemuda dalam melihat kehidupan. Tak kalah seksi dari Karl Marx dan layaknya Slavoj Zizek pada zamannya, filsuf yang pernah mengecam penjajahan Prancis di Aljazair ini siapa yang nyana jika pernah bersentuhan langsung dalam ranah sepak bola.

Menurut keterangan dari Sepak Bola Seribu Tafsir karya Edward Kennedy yang dikutip dari Tribe, Sartre lah pelopor taktik “false nine” lewat formasi 4-4-1-0. Walau kontemporer ini dalam ranah sepak bola, false nine adalah sebuah role, bukan posisi. False nine pada umumnya merupakan seorang gelandang yang diberikan pos di posisi striker. Namun, yang menjadikan dirinya memenuhi syarat sebagai pengemban tugas false nine adalah ketika ia sukses menunaikan peran, bukan posisi. Jika dirinya seorang gelandang, memainkan peran striker, ya false nine tidak bisa disematkan untuknya.

Kembali lagi kepada Sartre. Stade Saint-Germain lah nama klub yang pernah merasakan servisnya. Hal ini merupakan perwujudan dari buah pemikirannya, “l’étre en soi” dan “l’étre pour soi”. Ia bersikeras bahwa sepak bola sebaiknya tidak dipandang sebagai usaha kolektif. Katanya, dikutip dari Tribe, “Setiap orang dapat merasa sendirian di alam semesta nirmakna, tapi butuh kemampuan hakiki bagi seseorang untuk dapat sendirian di area penalti.”

Singkatnya, Sartre mengadaptasi pemikirannya menjadi sebuah strategi ala dirinya. Nah, satu filsuf saja sudah sangat memberikan porsi keren yang mengenyangkan. Bagaimana seandainya filsuf lain juga turun gunung untuk melatih sepak bola? Tentunya, melalui penalaran dan rasan-rasan seadanya, saya akan memberikan sedikit gambarannya.

Pertama, Karl Marx. Rugi rasanya jika tidak menyebut nama filsuf yang satu ini. Selain itu, tugas mahaberat untuk membayangkan bagaimana gaya permainan timnya, semisal Marx ambil bagian menjadi pelatih sepak bola. Nah, strategi ala Marx tentu ia akan menolak kapital secara mutlak. Tidak ada kelas lewat kepemilikan dan sisanya adalah pekerjaan. Baginya, sepak bola dimiliki secara bersama.

Dalam sebuah lorong, ia akan berkomunikasi dengan tim lawan agar membuang waktu secara percuma hanya untuk memperebutkan alat kepemilikan. Ia akan bilang begini, “Kalau ada anak didik kita yang membawa bola, satu pihak ada yang mempertahankan properti, sedangkan sisanya—kelas pekerja—adalah borjuis yang mempertahankan kemanusiaan. Jadi, damai saja. Kita produksi bola sendiri, bagikan secara rata!”

Kedua, Friedrich Nietzsche. Filsuf ini sebenarnya mati ketika hidup dan hidup ketika mati. Ya, bagaimana, dirinya—terutama pemikirannya—menjadi besar kala ia mati. Nietzsche adalah filsuf aforisme puitis yang berbeda dari filsuf lainnya. Ia berkelumit dengan kesepian, kesendirian, dan kegilaan, Nihilisme adalah titik pandangnya.

Sebagai pelatih, ia mewajibkan anak asuhnya untuk mengerti diri sendiri sebelum berangkat ke lapangan. Gunanya untuk apa? Ia menerapkan bahwa nihilitas adalah sesuatu yang niscaya. Ia akan terus ada bahkan dalam ranah sepak bola. Tugas kita adalah mengatasinya, tidak dengan menolaknya. Di pinggir lapangan, ketika wasit memperlakukan anak didiknya tidak adil, Nietzche akan berteriak begini, “Fußball ist tot! Fußball bleibt tot!” yang artinya, “Sepak bola telah mati!”

Baca Juga:

Manajemen Tolol Penyebab PSS Sleman Degradasi dan Sudah Sepatutnya Mereka Bertanggung Jawab!

Olahraga Lari Adalah Olahraga yang Lebih “Drama” ketimbang Sepak Bola

Ketiga, Niccolò Machiavelli. Filsuf asal Italia ini semisal melatih, saya yakin blio tidak akan menggunakan taktik Catenaccio. Bukan bermaksud menyepelekan taktik bertahan yang terkenal keras ini, tapi saya yakin Machiavelli akan menjadi pelatih yang memiliki pemikiran lain. Anak didiknya sebelum tidur mewajibkan membaca dan meletakkan buku Il Principe di bawah bantalnya agar seperti Napoleon.

Walau Machiavelli dikenal mengabaikan aspek moralitas, di mata saya blio tak lebih dari sosok yang jujur dalam menggambarkan keadaan pada masanya. Namun, tak bisa dimungkiri, pemikiran Machiavelli mengenai politik dan perang penuh dengan tipu muslihat yang terkadang menjengkelkan. Nah, jika diterapkan ketika blio melatih sepak bola, pasti menjadi menawan.

Misalkan Machiavelli akan menggunakan strategi mengulur waktu ketika anak didiknya unggul. Bisa dengan pura-pura cedera atau membuang bola ketika melewati garis batas permainan. Machiavelli, dalam menentukan anak didik yang memerankan peran penting ini tentu tidak sembarangan. Kalian pasti tahu, dalam bursa transfer Machiavelli akan beli siapa. Ya pastinya, Mas Neymar. Liga Champions bukan omong kosong jika kedua lakon ini saling mengisi.

Keempat, Tan Malaka. Ia memang bersentuhan secara langsung dengan sepak bola. Bahkan, Tan Malaka menjadikan sepak bola sebagai alat perlawanan. Jika Tan Malaka menjadi pelatih sepak bola, sangat simpel. Ia akan skors anak didiknya yang berkata begini, “Duh, ada kucing hitam, kayaknya tim kita mau kedatangan kesialan!”

BACA JUGA 4 Buku yang Pasti Direkomendasikan kepada Maba Filsafat dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 September 2020 oleh

Tags: filsufSepak Bola
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Pensiunnya Bambang Pamungkas Bukti Kita Tidak Bisa Move On dari Permainannya

Pensiunnya Bambang Pamungkas Bukti Kita Tidak Bisa Move On dari Permainannya

18 Desember 2019
ronaldo di madrid

Real Madrid itu Butuh Ronaldo, Bukan Zinedine Zidane

23 Juli 2019
Koch justin netizen indonesia @txtdaricoachy ted lasso coach justin pendapat opini assist mojok

‘Ted Lasso’, Series Sepak Bola yang Harus Ditonton Coach Justin

19 Oktober 2020
Dear Rama Sugianto, Tidak Perlu Lucu untuk Jadi Komentator Sepak Bola, bundesliga

Dear Rama Sugianto, Tidak Perlu Lucu untuk Jadi Komentator Sepak Bola

9 Maret 2020
4 Perilaku Atlet Sepak Bola Indonesia yang Menghambat Prestasi Timnas di Kancah Internasional terminal mojok.co

4 Perilaku Atlet Sepak Bola Indonesia Penghambat Prestasi

29 November 2020
4 Hal yang Sebaiknya Dilakukan Manchester United dan Ini Serius terminal mojok.co

4 Hal yang Sebaiknya Dilakukan Manchester United dan Ini Serius

5 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.