Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Schadenfreude: Kebahagiaan yang Meletup Saat Melihat Orang Menderita

Artika F. Ramadhani oleh Artika F. Ramadhani
21 Agustus 2023
A A
Schadenfreude: Kebahagiaan yang Meletup Saat Melihat Orang Menderita

Schadenfreude: Kebahagiaan yang Meletup Saat Melihat Orang Menderita (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pernah merasakan bahagia di atas penderitaan orang lain? Itu namanya schadenfreude

Kita semua tahu dan sepakat ya, kalau bersenang-senang di atas penderitaan orang itu perbuatan yang kejam banget. Bayangkan aja, kita lagi susah, sedih, bingung, gara-gara tertimpa kemalangan, eh malah ada orang yang senyum-senyum waktu liat muka kita yang penuh kekalutan. Kalau udah ada di posisi kayak gitu, umumnya kita bakal misuh-misuh dan nyalahin dunia yang menurut kita kejam banget.

Dari kecil, kita juga udah diajarin sama orang tua dan guru buat nggak ngerasa senang kalau ada teman yang lagi kesusahan. Kalau ada teman yang lagi kesusahan, tindakan yang harus kita lakukan ya membantunya. Nggak cuma nasihat dari orang tua ataupun pelajaran dari guru di sekolah yang mengajarkan kita buat berempati pada penderitaan orang, tapi juga di dalam ajaran agama. Setiap agama pasti akan melarang umatnya buat ngerasa seneng ketika ada orang yang menderita, entah orang itu adalah saudara seiman ataupun musuh. Setiap agama, hakikatnya mengajarkan kebaikan.

Kadang baik, kadang picik

Meskipun begitu, kalau disuruh jujur, pasti kita semua pernah ngerasain rasa seneng ketika ngelihat orang lain yang lagi kesusahan. Apalagi kalau orang itu musuh atau pesaing kita. Wah… rasanya ada kebanggaan dan kepuasan di dalam hati kita, meskipun bukan kita yang menjadi penyebab kemalangan mereka.

Walaupun kita adalah orang baik yang memegang teguh prinsip-prinsip kebaikan, rasa senang ketika liat orang susah pasti bakal tetap muncul. Kemunculannya reflek dan nggak bisa kita kendalikan. Udahlah, nggak usah susah-susah menyangkal, semua orang juga sama kayak begitu kok.

Nah guys, tau gak kalau rasa senang pas liat orang susah itu ada istilahnya? Namanya, schadenfreude. Kalau ngerasa ini istilah aneh, asing, dan susah buat dibaca, ya wajar soalnya itu istilah dari Bahasa Jerman. Schadenfreude ini merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “Schaden” yang berarti, “kerusakan atau cedera” dan “Freude” yang artinya, “sukacita atau kenikmatan.” Kalau digabungin, artinya jadi, “sukacita atas kerusakan.”

Beberapa hari yang lalu, saya baru aja nemu buku yang ngebahas schadenfreude ini. Judulnya, “Schadenfreude: Mengapa Kita Senang Melihat Orang Lain Susah”, yang ditulis oleh Tiffany Watt Smith. Ya betul, ini buku terjemahan. Mbak Tiffany menulis dengan blak-blakan perasaan yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari yang sering dikutuk ini, dalam sebuah buku yang tebalnya 198 halaman. Tipis, tapi padet. Dari buku ini, saya jadi tahu mengenai asal-usul perasaan guilty pleasure ini, serta gimana cara kita buat ngehadepinnya.

Schadenfreude itu naluri alamiah manusia

Ya, sebagai manusia, kita selalu dituntut untuk bersaing. Meskipun kita bukan binatang yang hidup di hutan belantara, tapi prinsip hukum rimba tampaknya masih berlaku di kehidupan sosial kita. Maksudnya bukan jadi kanibal, tapi maksudnya orang yang unggul dan berkemampuan akan menjadi pemenang. Kalau kita sama sekali nggak punya skill atau kemampuan yang bisa membuat kita survive di berbagai aspek kehidupan, ya siap-siap aja kita bakal disingkirkan oleh orang-orang hebat yang lebih unggul tadi.

Baca Juga:

4 Penderitaan Orang Gampang Masuk Angin

Tiara Uci Mengungkap 5 Penderitaan yang Dirasakan Selama Tinggal di Surabaya

Persaingan inilah yang membuat kita diam-diam menaruh rasa iri dan insecure ketika kita ngelihat ada orang yang kita anggap lebih hebat daripada kita. Diam-diam kita berharap kalau suatu saat nanti dia bakalan jatuh, sehingga kita punya kesempatan untuk merebut posisinya. Sehingga, saat kita melihat orang-orang seperti itu jatuh, akan ada rasa senang dari dalam hati.

Harapan akan tegaknya keadilan

Kalau kita ngelihat berita di televisi tentang preman dan pencuri yang ditangkap polisi, atau ngelihat pembunuh yang didakwa hukuman mati, apa yang kita rasakan? Kalau ditanya gitu, pasti kita bakal jawab “seneng” atau “puas”, atau malah dua-duanya. Waktu ngelihat berita kayak gitu, kita bakal ngomong dalam hati, “Mampus lu kan!”

Ya guys, sadar nggak sadar, ini juga salah satu bentuk schadenfreude. Kita seneng ngelihat seorang penjahat yang dihukum, kita seneng ngelihat koruptor yang ketangkep. Kita lebih sering memaklumi perasaan yang senang yang ini, karena menurut kita ya, emang pantes mereka kena karmanya.

Schadenfreude itu bukan sesuatu yang buruk kok sebenarnya. Seperti yang saya bilang di awal, schadenfreude itu muncul sepenuhnya alami dari naluri kita sebagai manusia. Kita semua akan senang kalau keadilan ditegakkan dengan cara yang benar. Inilah yang bikin kita seneng kalau ada pembunuh yang dihukum mati. Padahal kalau dari sisi si pembunuh, ini sebenarnya kemalangan bagi dia. Justru kita malah ngerasa sedih dan kesel kalau dia malah nggak jadi dihukum mati, walau bagi dia itu adalah sebuah keberuntungan.

Keinginan menjaga kesolidan kelompok

Schadenfreude nggak semata-mata tentang individualitas, tapi juga berkenaan dalam kehidupan berkelompok. Wajarnya, kalau udah menganggap diri sebagai bagian dari suatu kelompok, akan ada rasa bahwa kita sehati dan sejiwa dengan anggota kelompok lainnya. Serta kita juga bakal punya kecenderungan buat menganggap orang-orang di luar kelompok sebagai rival atau ancaman.

Kalau ada kelompok lain yang kena timpa kemalangan, umumnya kita bersama dengan anggota kelompok yang lain akan merasa senang. Yang kayak gini banyak nih kalau di dunia perfandoman. Kalau udah mengarah ke perilaku toxic, ujung-ujungnya bakal terjadi fanwar. Tapi sisi lainnya, sesama anggota fandom bakal menjadi lebih erat dan solid dalam rangka menjatuhkan fandom lain. Tapi yang kayak gini nih nggak usah ditiru ygy.

Sadar atau tidak, schadenfreude juga punya banyak manfaat bagi diri kita sendiri. Yang pertama, bisa menumbuhkan rasa syukur. Setidaknya, keadaan kita lebih beruntung dari mereka. Kita juga bisa mengantisipasi kejadian serupa akan terjadi pada diri sendiri. Misalnya, kita ngelihat video orang yang kecebur di kolam lele gara-gara pas jalan malah asyik liat HP. Melalui video itu, kita jadi sadar buat selalu berhati-hati kalau lagi jalan.

Stres gara-gara schadenfreude

Tapi kadang-kadang, schadenfreude juga bikin kita stres. Kita sering kali ngerasa kalau seneng di atas penderitaan orang lain itu jahat banget. Tapi perlu kita semua ketahui, schadenfreude nggak sepenuhnya buruk. Kadang kita juga butuh semacam penyegaran untuk menjaga kewarasan pikiran kita, atau untuk menenangkan diri yang selalu merasa insecure. Schadenfreude juga bisa menjadi pengingat, kalau kita semua hanyalah manusia biasa, yang bisa aja gagal kapan aja.

Yang saya tulis ini cuma sebagian kecil dari keseluruhan isi bukunya aja. Saya sarankan buat baca sendiri bukunya secara full, untuk penjelasan yang lebih lengkapnya.

Penulis: Artika F. Ramadhani
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA “Yaelah Gitu Doang!”: Teman Kesusahan, Kok Malah Dijadiin Kompetisi?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Agustus 2023 oleh

Tags: Kebahagiaanpenderitaanschadenfreude
Artika F. Ramadhani

Artika F. Ramadhani

Anak SMA yang lagi belajar nulis.

ArtikelTerkait

Tiara Uci Mengungkap 5 Penderitaan Tinggal di Surabaya

Tiara Uci Mengungkap 5 Penderitaan yang Dirasakan Selama Tinggal di Surabaya

8 April 2023
Konten TikTok Jadi Standar Hidup: Masa Bahagia Saja Harus Mengekor Orang Lain?

Konten TikTok Jadi Standar Hidup: Masa Bahagia Saja Harus Mengekor Orang Lain?

11 Oktober 2022
Berat Badan di Bawah Angka Ideal dan Arti Kebahagiaan yang Semu terminal mojok.co

Berat Badan di Bawah Ideal dan Arti Kebahagiaan yang Semu

2 Maret 2021
uang

Uang Tidak Bisa Membeli Segalanya, Ini Buktinya!

8 Juni 2019
Gorr Adalah Kita, Orang-orang Tertindas yang Ingin Melawan

Gorr Adalah Kita, Orang-orang Tertindas yang Ingin Melawan

30 Juni 2022
pada uang

Jangan Suka Berburuk Sangka Pada Uang, Nanti Uang Akan Malas Mendekati Kita Loh!  

16 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.